16

7 1 0
                                    


***

Lagi lagi nadira merasa gugup saat akan menemui arka.

"ada yang bisa saya bantu?"tanya nadira mencoba menghilangkan rasa gugupnya.

"darimana saja kamu? Saya sudah menelponmu dari tadi. "bentak arka membuat dira terdiam

"maafkan saya"nadira hanya bisa mengucapkan kalimat itu.

"maaf katamu?.sekretaris macam apa kamu, bos mu sudah masuk terlebih dahulu sedang kan kamu.. "ujar arka masih dengan nada tingginya
Rasa cemburu jelas kentara dari raut wajahnya, tapi nadira tak menyadari itu.

"maaf pak, lain kali saya tidak akan mengulangi itu lagi"ujar dira menunduk.

Aeka menarik napas kesal.

"bersiaplah, kita akan pergi meeting"

"baik pak"ujar dira dan berlalu dari ruangan arka.

Sesampai diruangannya, nadira menatap makanan yang rey bawa untuknya, tapi naasnya itu belum tersentuh sama sekali, dengan cepat dira meraih laporan itu, bergegas pergi sebelum ia mendapat ucapan pedas arka lagi.

***

Nadira tampak gelisah, ia tau bahwa ia telah melewatkan jadwal minum obatnya, dan ini berakibat patal pada tubuhnya.

Sampailah disebuah hotel yang sudah mereka janjikan.

Nadira dan arka memasuki restaurant terkenal disana.

"selamat siang pak hartanto"sapa arka ramah

"selamat siang pak arka"jabat orang yang usianya jauh lebih tua dari arka.

"kita mulai"ujar arka

Mereka memulai membicarakan perihal urusan perusahaan
Sedangkan dira tampak semakin gelisah, tangannya sudah gemetar hebat. Dia ingen ke toilet.

Tapi niatnya ia urungkan, karna sangat tidak sopan rasanya meninggalkan meja meeting.

Kepalanya semakin pusing, ia tak bisa lebih lama di sini lagi, kalau tidak ia akan pingsan.

"permisi,saya ijin ke belakang dulu"ujar dira tanpa menghiraukan kedua orang yang sedang menatapnya aneh itu.

Di dalam toilet badannya ambruk sudah,untung toilet sedang sepi.

Dari menangis tergugu napasnya sudah tersenggal senggal.

"kakak... "lirihnya

Tanpa membuang waktu lagi dira langsung meminum obat itu, obat yang menemaninya selama ini.

***

Arka tampak kesal sedari tadi dira tak keluar kamar mandi, padahal meeting sudah selesai, bahkannarka sudah berada di mobil, pesan nya pun dira abaikan.

"dimana sih dia?"arka terus saja menggerutu

Saat ia ingin turun guna mencari dira, langkahnya terhenti saat melihat dira berlari ke arahnya.

"maafkan saya, anda jadi menunggu"ujar dira menyesal.

"jalan pak"ujar arka dingin tanpa menghiraukan ucapan dira.

Dira menarik napas,menatap arka di balik kaca.

***

Restauran itu ramai pengunjung

Nadira tersenyum melihat bundanya tengah asik melayani pembeli, beberapa hari yang lalupun dia berada di posisi itu.

Tak jarang senyum iti terukir manis,kala melihat bundanya yang sudah tua tampak lincah mengatur para pegawainya.

Dengan langkah pelan dira memasuki tempat itu,sampailah di dapur.

"assalamualaikum bunda"sapa dira memeluk bundanya dari belakang.

"eh... "ujar bundanya tampak kaget.

"anak nakal."ujar bundanya mengusap kepala dira.

"waalaikumsalam sayang"ujar bundanya lembut.

"bunda pasti lelah, biar dira bantu ya"ujar dira mengambil alih nampan itu.

"eit... Gak boleh, kamu kan baru pulang kerja. Kamu lapar? "tanya bunda

Nadira mengangguk.

"bunda siapkan ya"ujar bunda lagi.

Lagi lagi dira mengangguk.

"bagaimana pekerjaanmu"tanya bunda yang sibuk memasak.

"dira menyukainya bunda"ujar dira memeluk lagi bundanya, tapi kali ini bunda tidak kaget.

"syukurlah, kenapa manja sekali"tanya  bunda

"dira kangen bunda"ujar dira lagi.

"bundapun sama"ujar bunda menatap dira dan mengecup kening dira lama.

"apa dira selalu meminum obat? "tanya bunda lagi

Dira tersenyum dan mengangguk.

"bagus, jangan selalu kesehatan ya sayang"ujar bunda menbelai pipi mulus dira

"siap bos"ujar dira seperti dapat perintah daei atasan.

"dasar, ya sudah mandi lah,baru dira makan"

"oke bunda, dira ke kamar dulu ya"ujar dira mengecup pipi bundanya.

"sayang bunda. "ujarnya lalu meninggalkan bunda yang mengeleng melihat tingkah dira.



Tatapan yang samaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang