"Mmmm Sepertinya ini lebih baik Dara" ujar Dami saat Dara menyelesaikan beberapa sketsanya."Jinjja?" Yang diberi anggukan cepat oleh Dami.
"Syukurlah kalau kau suka. Nanti aku juga akan membuat beberapa sketsa lagi dan nanti kau yang pilih untuk dikeluarkan dimusim panas nanti" ujar Dara.
"Itu pasti akan jadi pilihan terberatku kekekeke semua rancanganmu bagus-bagus Dara" ujar Dami dengan mencubit pipi Dara.
"Hahahaha aku tidak sebaik itu Eonie....Bagaimana kalo kita juga minta saran dari beberapa orang untuk rancangan kita ini. Aku yakin semakin banyak masukan akan semakin bagus nanti hasilnya"
"Ide bagus" ujar Dami antusias.
"Baiklah kalo begitu. Mungkin besok aku sudah kekantormu" ujar Dara sambil membereskan perlengkapannya.
"Really? Kau memang terbaik Dara" Dami memeluk Dara dari samping.
Ting tong ting tong
"Itu pasti Jiyong" ujar Dami saat mendengar bel apartemennya berbunyi
Mendengar nama Jiyong tubuh Dara langsung menegang. Aaiisshh kenapa aku tidak pulang saja tadi batin Dara.
"Aku buka pintu dulu ya" ujar Dami dan berlalu pergi.
"Sekian lama aku menghindar dari bocah itu dan sekarang aku menyerahkan diri begitu saja. Tenang Dara kau bukan gadis yang cengeng lagi. Jika dia melakukan sesuatu padamu kau hanya tinggal melakukan sesuatu juga padanya" ujar Dara sedikit berbisik.
Dara mendengar keributan antara kakak adik itu diluar....
"Kenapa kau lama sekali haa!! Kau tau kami sudah sangat lapar" ujar Dami pada Jiyong."Tadi aku bertemu temanku dulu. Cih sudah sukur aku mengantar sketsamu, mengantar makanan dan sekarang kau marah-marah padaku" ujar Jiyong dengan menyerakhan kantong hitam yang berisikan makanan ke Dami.
Tiba-tiba dami menarik kuping kiri Jiyong karena kesal dengan adiknya ini.
"Yaaakk!! Aku ini Nunnamu jadi wajar aku menyuruhmu ini itu!""Aaa...aaa..appo Nunna....aku mohon lepaskan" ujar Jiyong mencoba melepaskan tangan Dami dari telinganya.
"Minta maaf padaku jika mau dilepaskan"
"Shirro kau yang salah" jawab Jiyong.
"Cih dasar bocah gila. Gara-gara kau temanku kelaparan" ujar Dami dengan menarik Jiyong kedalam apartemennya.
"Salah sendiri kenapa menyuruhku membeli" ujar Jiyong dengan mencoba melepaskan diri dari Dami tapi itu sia-sia karena Dami menarik telinga dan lengannya dengan kuat dan kasar. Benar-benar kejam bukan? Tapi itu pantas untuk laki-laki pecicilan seperti Jiyong.
"Aku benar-benar gila punya adik sepertimu" ujar Dami frustasi dengan melepas telinga dan lengan Jiyong didepan Dara.
"Yaakk!! Ini sangat sakit" ujar Jiyong dengan mengusap telingannya yang memerah tapi dia masih belum menyadari kehadiran Dara.
"Apa adikmu juga seperti ini Dara?" Tanya Dami pada Dara yang masih bagaikan patung ditempatnya. Dia ingin lari saat ini juga.
Saat mendengar nama Dara Jiyong langsung menegakkan kepalanya dan dia melihat gadisnya ada disana. Gadis yang selama ini yang dia tunggu-tunggu kedatangannya.