Chapter 9

673 75 13
                                    



"Dara apa kau sudah menemukan model prianya?" Tanya Dami pada Dara yang sibuk dengan leptopnya "dua hari lagi rancangan kita sudah selesai" tambah Dami.

"Oh my god aku lupa unnie" Dara menepuk keningnya karena melupakan sesuatu yang penting. Bagaimana tidak kini fikirannya terbagi- bagi, satu di paris dan satu lagi dikorea ditambah lagi urusan hatinya dengan Jiyong yang tidak kunjung ia pahami.

"Lalu apa yang harus kita lakukan...mianhae aku menyerahkan semuanya padamu" ujar Dami merasa bersalah.

"Aku yang minta maaf unnie. Aku akan menghubungi beberapa kenalanku untuk mau jadi model kita" Dara mengambil ponselnya dan menghubungi teman modelnya satu persatu yang menurutnya pas untuk konsep mereka.

Dua jam telah berlalu tapi tidak satupun temannya yang memiliki jadwal kosong dan mengambil job ini. Mereka sudah terlanjur menekan kontrak dengan yang lain. Dara sungguh kehilangan akal. Otaknya encernya tiba-tiba tidak bisa berfikir lagi. Dara harus cepat menyelesaikan pekerjaan disini karena karir dan pekerjaan di paris sudah menunggu. Dia juga akan merampungkan rancangannya dalam waktu dekat. Jika pekerjaannya disini belum selesai juga itu akan berpengaruh dengan jadwal yang sudah tersusun rapi di paris. Dia tidak bisa membayangkan wajah murka chaerin padanya.

Dara meletakan kedua sikunya diatas meja dengan dengan kedua tangannya menopang kepala kecilnya. Dia menarik rambutnya untuk menghilangkan rasa nyeri yang tiba-tiba muncul.

"Dara aku sudah menghubungi beberapa model tapi mereka semua sibuk. Ah bagaimana ini" keluh Dami dengan wajah panik.

Dara menarik nafasnya untuk menenangkan fikirannya dan memejamkan matanya sejenak lalu membukanya kembali "jangan panik unnie. Aku sangat yakin kita pasti akan menemukan jalan keluarnya. Aku benar-benar bodoh tidak mengingat hal ini. Aku seperti baru kemaren terjun didunia ini. Seharusnya sejak lama kita sudah melakukan tanda tangan kontrak dengan model" Dara sungguh menyesali kecerobohannya dan dia juga merasa bersalah pada dami.

"Jangan salahkan dirimu sendiri Dara. Ingat kita ini tim jadi ini keteledoran kita bersama" Dami mengusap bahu Dara lembut agar dongsaengnya itu sedikit lebih tenang padahal saat ini dia juga sangat panik.

"Heiiii" seru Jiyong yang tiba-tiba masuk keruangan Dara tanpa mengetok pintu dulu. "Ada apa ini" ujar Jiyong setelah melihat raut wajah dua wanita yang dicintainya itu.

"Heiii apa kalian mengacuhkanku" ujar Jiyong karena Dara dan Dami hanya diam dan sibuk dengan fikiran mereka masing-masing. "Ck padahal aku cukup tampan untuk kalian acuhkan" lanjut Jiyong dan langsung duduk di sofa dengan gaya bak model.

"Dara sepertinya aku menemukan modelnya" ujar Dami dengan matanya menatap kearah Jiyong. Dia menatap adiknya dengan mata yang berbinar.

Dara melihat kearah Dami "nugu?" Tanya Dara yang tak kalah berbinar.

Dami menunjuk Jiyong dengan dagunya "w-wae? Kenapa menatapku seperti itu" ujar Jiyong setelah melihat kedua wanita didepannya menatapnya dengan penuh arti.

Dami berjalan kearah adiknya dan duduk disebelah Jiyong. Tiba-tiba Dami menggenggam tangan Jiyong "Ji aku beruntung punya adik tampan sepertimu"

Bukannya senang dipuji oleh kakanya tapi dia merasa takut dengan ucapan kakaknya itu. Sangat terlihat jelas kalo Nunnanya itu ada maunya.

Jiyong melepaskan genggaman tangan Dami dari tangannya "kau membuatku takut Nunna" Jiyong sedikit menggeserkan duduknya.

"Yak!! Aku Nunnamu kenapa harus takut" Dami memukul lengan Jiyong cukup keras dan membuat Jiyong meringis dan mengusap lengannya. Dara hanya melihat interaksi kakak beradik itu dari mejanya. Kalian tidak tau kalo saat ini Dara berdoa dalam hatinya supaya Jiyong mau menolongnya karena menurut Dara Jiyong memang pas untuk jadi model mereka.

My other halfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang