"Annyeong babe" ujar Jiyong saat masuk kedalam ruangan Dara.
"Huuufftt sekarang apalagi yang kau bawa Kwon Jiyong" ujar Dara malas saat melihat pria didepannya membawa boneka beruang besar keruangannya. Seminggu ini Jiyong selalu membawakan Dara hadiah-hadiah entah itu bunga, boneka, cokelat dan masih banyak lagi yang pria itu bawakan. Pernah sekali Jiyong membawa kursi goyang untuk Dara, alasannya supaya Dara bisa istirahat jika lelah bekerja tapi Dara fikir pria itu sudah gila.
"Aku bawakan boneka ini untuk menemanimu saat bekerja babe" Jiyong meletakkan boneka beruang yang seukuran tubuhnya di sofa.
"Bahkan itu lebih besar dari tubuhku" ujar Dara dengan kening berkerut "aku tidak butuh semua yang kau bawa Kwon. Kau ingin membuat ruanganku ini jadi gudang" Dara menatap tajam kearah Jiyong lalu menyandarkan tubuhnya kesandaran kursi dengan kedua tangannya terlipat didepan dada.
"Aku hanya ingin membuatmu senang babe" Jiyong berjalan kearah Dara.
"Aiisshh berhenti memanggilku dengan sebutan itu...kau membuatku mual" Dara mengernyitkan hidungnya saat melihat senyum kekanakan Jiyong.
"Bahkan kita belum melakukannya tapi kau sudah mual kekeke"
"Mwo?" Tanya Dara bingung karena tidak mengerti maksud ucapan pria didepannya.
"Aigoo...kau sangat polos chagi aku jadi semakin ingin menikahimu" Jiyong mengacak rambut Dara lembut tapi ditepis oleh gadis itu dengan sedikit kasar.
"Jangan mimpi Kwon...aku tidak mungkin menikahi pria sepertimu" Dara langsung berdiri dan keluar dari ruangannya dengan wajah kesal.
"Tapi sebentar lagi itu akan jadi mungkin Dara" Ujar Jiyong saat Dara sudah hilang dibalik pintu.
--
"Hey...kau kenapa" ujar Dami saat berpapasan dengan Dara.
"Tidak apa-apa Eonnie" ujar Dara .
"Tapi kenapa wajahmu sangat kesal? Apa karena adikku?" Tanya Dami dengan menyentuh bahu Dara.
Dara menggelengkan kepalanya dia tidak mungkin mengungkapkan kekesalannya pada Dami karena ulah Jiyong.
"Aku hanya sedikit pusing dan moodku jadi sedikit jelek" ujar Dara bohong.
"Kalau begitu kau pulang saja...dirumah akan lebih nyaman untuk istirahat"
"Gwenchana...sebentar lagi juga sembuh"
"Tidak Dara. Kau harus istirahat" Dami menarik Dara untuk menuju ruangan Dara.
"Jangan berlebihan Eonnie aku akan baik-baik saja" ujar Dara yang masih mengikuti jalan Dami.
"Jangan menyepelekan sakit Dara itu bisa saja akan jadi berbahaya" Dami masih menarik pergelangan tangan Dara.
"Arraseo" ujar Dara lemah karena percuma jika ia menolak kalo Dami tetap dengan pendiriannya. Kakak adik sama sama keras kepala bathin Dara.
"Jiyong" ujar Dami saat membuka pintu ruangan Dara.
"Hey Nunna" ujar Jiyong yang duduk disofa.
"Kau masih disini" ujar Dara yang heran melihat Jiyong masih betah diruangannya. Dia fikir Jiyong sudah pergi.
"Iya...aku menunggumu" Jiyong berdiri dari duduknya dan menghampiri Dara dan Dami.