Armor | 03 (J)

171 37 22
                                    

Bisakah seorang prajurit perang turun ke medan tanpa bertameng? Tentu saja, jika aku adalah seorang templar. Namun nyatanya bukan.

Haha, bagaimana bisa menjadi setangguh templar kalau aku pun masih sangat bergantung pada armor ku.

Sang perisai,

Satu dari ketiganya yang dengan sudi selalu berada disisiku tanpa pernah memandang kasta. Membantuku untuk tetap berdiri meski telah jatuh berkali-kali.

Selemah itukah? Sangat..

Masih terekam jelas diotakku tatapan teduh matanya, pun senyum menenangkan yang selama ini selalu Ia berikan padaku.

Seperti saat ini, aku tau Ia tengah memandangiku sedari tadi.

"Mesti lagi mikirin 'itu', kan?" selidiknya. Dan hanya kujawab dengan senyuman.

"Gak usah dipikirin kenapa sih? Gak penting juga."

"Pengennya, tapi kepikiran terus." jawabku sekenanya.

"Gue besok berangkat olim." aku terenyak dan kontan menoleh kearahnya.

Ia tersenyum, ingin kubalas tapi bibirku tiba-tiba terasa kaku.

Bayangan menyedihkan masa lalu kembali menghujam otakku. Bagaimana kelas yang seharusnya menjadi tempat menimba ilmu berubah menjadi neraka bagiku.

Hanya bagiku, tidak dengan yang lain.

"Gak lama kok, cuman dua atau tiga hari." aku menunduk lemah, tak tau harus mengatakan apa.

"Hey, kenapa?" Bisa kurasakan tangan hangatnya menarik lembut jemari tanganku.

"Jangan takut, gak perlu takut. Karena emang gak ada yang perlu ditakutin." ujarnya lirih.

Aku mendongak dan tersenyum, dibalasnya senyumanku dengan miliknya yang jauh teramat menenangkan.

Selalu..

Mata itu, bak armor sang Alexander The Great, dirinya terlalu indah untuk menjadi perisaiku.

















●● A r m o r ●●




















ketebak lah ini siapa...

[ON HOLD] ARMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang