Armor | 18

156 19 6
                                    

"Ikut masuk nggak?" tanya Jihoon sambil membenarkan tatanan rambutnya.

Aku mengamati bangunan bernuansa putih didepanku sejenak, lantas menggeleng pada lelaki yang masih menunggu jawabanku.

"Kenapa? Ikut aja deh, ya?"

"Nggak ah, disini aja." ujarku.

Jihoon cemberut. "Nanti kalo ilang gimana?"

Hampir saja tawa ini menyembur ketika mendengarnya. "Ya nggak mungkinlah. Emangnya aku anak kecil?"

"Siapa bilang lo itu anak kecil? Lagian nih ya, jaman modern gini, penculik udah males nyulik anak kecil, ribet. Mendingan cewek yang udah gedhe kek elo gini, udah polos, gak ngerti apa-apa, cantik lagi."

Heh?

Yang bener?

Masa sih?

"Heh! Malah ngelamun, masuk nggak?" sedikit tersentak karena colekan telunjuk Jihoon dipipi kiriku.

"Ihh, enggak. Udah sana cepetan masuk!"

Jihoon terkekeh. "Lima menit doang. Jangan pergi-pergi. Disini aja. Awas kalo ngilang!"

"Iya udah cepetan! Nanti bukunya keburu abis!"

"Iya iya bawel!" Jihoon langsung berbalik dan mengambil langkah lebarnya memasuki gedung.

Well, mari lihat apakah ada sesuatu hal menarik disini. Dan sepertinya bangku coklat dibawah pohon itulah jawabannya. Niat awal ingin mendudukinya, namun sosok itu—yang baru saja keluar dari gedung didepanku—rupanya lebih menarik daripada bangku nyaman disana.







Tapi,







Untuk apa Minjoo disini?







"Minj—aduh!"

Tubuhku tiba-tiba terhuyung kesamping karena bertubrukan dengan seseorang secara tidak ramah. Aku menoleh, lantas mendapati seorang lelaki paruh baya dengan wajah berpeluh dan terlihat tergesa.

"Maaf mbak, maaf.."

Kubalas senyum bersalah paman itu dengan anggukan ramah. Lantas kembali pada tujuan awal masing-masing. Kalau tidak salah tadi Min—

Loh kemana dia?

Seharusnya Minjoo masih bisa terjangkau pandangan, ah apa aku yang salah lihat? Tidak kok, aku ingat persis postur tubuh tinggi dan rambut sedikit mengembangnya.

Dan secara tiba-tiba, pandanganku terblokir oleh sebuah dada bidang yang kupastikan milik Jihoon.

"Liatin apaan?" dahinya mengernyit bingung, kemudian menoleh kebelakang lantas kembali padaku.

"Ah enggak. Salah liat kok." kilahku.

"Yaudah, liat ke gue aja kalo gitu."

Uh-oh?

"Ini emang lagi liat Jihoon, kan?" gurauku. Jihoon mendesah kemudian mengangguk-angguk kecil.

"Emm.. Ris, kalo ke toko bukunya ditunda gimana?" sorot mata jahilnya seketika berganti sendu, merasa bersalah.

"Loh kenapa?" tanyaku pelan, meski tak bisa menutupi rasa kecewa ku ketika mendengar itu.

"Hari ini gue nggak bisa. Sorry."

Kuyakin kurva bibirku kini tengah membentuk lengkungan kebawah. Dan Jihoon semakin merasa tak enak padaku.

"Okedeh, nggak papa. Aku sendiri aja. Emm.. Aku pergi dulu—"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[ON HOLD] ARMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang