Armor | 12

108 23 13
                                    

Sungguh, aku tak bermaksud untuk menguping pembicaraan mereka. Salahkan mereka yang telah menghalangi jalanku ke kamar mandi.

Oke, ini hanya omong kosong. Aku seharusnya bisa saja pergi mencari kamar mandi lain. Namun bukan malah disini, berdiri merapat pada dinding dengan telinga dan mata yang sesekali memindai mereka.

Rasa penasaranku terlalu besar. Oh, terkutuklah aku dan rasa yang berlebihanku ini!

"Hebat! Siapa yang ngajarin kamu kabur dari rumah? Hmm?!"

"Jangan pikir karena Papa di luar kota, Papa nggak tau semuanya. Jawab Papa!"

—hah? Jihoon seminggu ini gak pulang ke rumah?

"Mau jadi apa kamu?? Jangan mentang-mentang selalu juara satu paralel lalu kamu bisa seenaknya saja, Jihoon!

"Papa kerja banting tulang supaya kamu bisa kuliah, supaya kamu bisa seperti kakak-kakak kamu yang bisa sekolah tinggi dan jadi orang! Lalu ini balasan kamu sama Papa??

"Berapa kali kamu nggak dateng bimbel? Berapa kali kamu bolos sekolah? Huh?! Berapa kali kamu harus bikin Papa turun tangan seperti ini?

Kulihat Jihoon terus menunduk. Tangan kanannya yang tertangkap mataku tengah mengepal kuat, seolah menahan gejolak besar dihatinya.

"JIHOON! JAWAB PAPA!!" teriak pria itu tepat didepan Jihoon.

Pria itu semakin murka melihat reaksi Jihoon yang tetap diam tanpa menatapnya. Tanpa sadar tanganku gemetar melihat pertengkaran Jihoon dan Ayahnya ini.

"Ris?"

Astaga!

Aku hampir saja berteriak karena Lucas yang tiba-tiba sudah berdiri dibelakangku.

"Lagi ngap—hmppfff!"

Kubungkam bibir Lucas dengan cepat, sungguh suaranya sangat menggelar. Kudorong tubuhnya sampai menempel pada tembok dengan tangan masih membekap mulutnya.

"Diem ih!" desisku tajam.

Lantas membatu ditempat dengan was-was. Takut jika sampai ketahuan. Ketika dirasa tak ada gerakan mendekat dan suara Ayah Jihoon masih terdengar kuturunkan tanganku dari mulut Lucas. Kini memperlihatkan senyum aneh dibibir ranumnya. Kenapa lagi anak ini?

"Duh beb, kalo mau itu jangan disini ini sekolah tau!" tuturnya sambil terkekeh.

Hah?

Ini anak kenapa sih??

"Apa sih, Lucas?" desisku bingung.

"Lo lagi ngapain sih disini?" tanyanya dengan pelan.

"Err.. Ada pokoknya." jawabku sekenanya. Lucas menatapku bingung, kedua alisnya menyatu.

Aku sungguh masih penasaran tentang pembicaraan itu. Tapi tidak akan mungkin bisa dengan keberadaan makhluk satu ini. Bagaimana ini??

Kulihat bibir ranumnya yang mengering. Ah benar!

Satu ide muncul diotakku.

"Luke!"

"Apa?" tanyanya bingung.

"Mau ini?" tanyaku sambil menunjuk bibirnya.

"Hah?" dahinya semakin mengerut bingung. Lantas detik berikutnya senyumnya seketika mengembang.

"Jangan disini beb, gue malu." Kulihat Lucas malah tersipu tidak jelas. Ini anak sebenarnya kenapa sih??

"Ya mau gak?" kejarku tak punya waktu lagi.

[ON HOLD] ARMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang