Armor | 14

105 22 12
                                    

Akhir pekan.

Jika biasanya aku sanggup untuk berlama-lama didalam kamar tanpa melakukan apapun, ataupun hanya tidur terlentang mengamati langit kamar sembari membiarkan otak membawaku berkelana jauh mengarungi memori masa lalu, namun sepertinya tidak untuk saat ini.

Pagi-pagi sekali tadi Doyeon menelfonku, memintaku menemaninya pergi. Hangout katanya. Doyeon bilang dia butuh asupan energi sebelum bertarung dengan setumpuk buku latihan Ujian Nasional.

Yah, kurasa tidak ada salahnya, pun otakku juga butuh istirahat.

Butuh sekitar satu jam sebelum aku berani meninggalkan kamar. Lantas kemudian meraih handle pintu, manariknya pelan dan—

"Oh, astaga!"

Aku terlonjak kaget ketika didepanku berdiri kokoh sesosok lelaki jangkung yang telah memblokir jalanku dengan tubuh besarnya. Jika tebakanku tak meleset, lelaki ini adalah..

"LUCAS?!"

Lucas mengangkat perlahan kepalanya, menyambut tatapan kagetku dengan wajah lusuh, pipi kirinya sedikit membiru, dan jangan lupakan sorot sendu netra indah itu.

"Lu—lucas? Kok bisa disini??" lelaki itu sama sekali tak membuka bibirnya. "Hei, kamu kenapa? Jaw—"

"Eris?"

Atensiku tercuri oleh suara itu, lantas presensi Doyeon berhasil tertangkap indera. Tanpa berpikir lebih lama, sontak kutarik lengan Lucas menuju tempat Doyeon berdiri.

"Doyeon, tolong bawa Lucas ke bawah, ya? Nanti aku nyusul, oke?"

"Loh, Ris? Tapi—"

Mengabaikan ucapan Doyeon, aku langsung menyeruak masuk kembali kedalam kamar, sedikit butral mencari kotak p3k dan langsung kembali melesat keluar setelah dengan gerakan kilat mengunci pintu kamar.

Kutemukan Lucas yang telah duduk di ruang tamu dengan Doyeon yang menatapnya khawatir. Gadis itu menoleh ketika mendengar suara flatshoes ku yang beradu dengan lantai.

"Bisa minta tolong lagi?" pintaku pada Doyeon sambil menyerahkan kotak ditanganku. Doyeon menerimanya tanpa banyak bicara.






Hening.






Tak ada yang berbicara.





Pun sepertinya teman-teman kosku sedang pulang kerumah. Tidak sepenuhnya bisa dikatakan keberuntungan, bagaimana jika tiba-tiba lelaki ini ambruk pingsan sedangkan disini hanya ada aku dan Doyeon. Oh itu bukan hal yang bagus, sungguh.

Setelah Hyunjin dan Jihoon, lantas sekarang dirinya? Oh, ya Tuhan! Ada apa lagi ini?

"Kenapa lagi?" Lucas mendongak menatapku, membuat Doyeon menghentikan aktivitasnya mengoles salep dipipinya.




Aku menunggu bibir lelaki itu berucap..





Menunggu jawaban..





Masih menunggu..





Oh okay, aku menyerah!









"Jawab, Luke!" sentakku kesal. Membuat Doyeon seketika melemparkan tatapan mematikan padaku, oh aku tidak peduli.

"Biar gue ob—"

"Jawab aku dulu!" potongku galak. Bukan apa, tapi hey! Kemana perginya Lucas yang selalu ceria itu? Aku sungguh tak suka melihatnya lemah seperti ini, sorot mata yang terlihat begitu menyedihkan. Itu sama sekali bukan Lucas yang kukenal!

[ON HOLD] ARMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang