Armor | 10

136 29 24
                                    

Karena sudah mangkrak satu bulan lebih. Kali ini Ris kasi bonus nih..

1500+ words!

Muehehe..

Masih dikit ya? Apa kebanyakan?

Pokoknya, HAPPY READING!!!





***

Pertengahan semester pertama ditahun ketigaku berakhir. Tidak ada lagi yang menyinggung masalah fotoku dan ayah Hyunjin lagi. Pun kabarnya tak sampai menyebar luas, kurasa karena Hyunjin. Tak ada yang ingin berurusan dengannya, bahkan kuyakin lelaki itu sanggup menghabisi siapapun yang ikut campur urusannya, terkecuali aku. Oh, beruntungnya.

Dari yang kulihat, Hyunjin mulai kembali menjadi dirinya yang dulu. Preman sekolah yang temperamen. Entah kenapa untuk saat ini aku bersyukur karena itu, daripada harus melihatnya kacau dan tertekan lagi.

Terlepas dari semua itu, kuharap semuanya akan baik-baik saja. Semoga.

Mataku tiba-tiba menangkap sosok Jihoon tengah duduk dibangku panjang yang menghadap kearah lapangan. Sedikit aneh karena tidak biasanya Ia disana.

"Hei!" sapaku riang. Namun Jihoon hanya tersenyum simpul tanpa membalas sapaanku.

"Kenapa sih?" tanyaku penasaran.

Kembali lelaki ini tersenyum simpul. "Enggak. Nggak papa."

"Ck! Tau banget deh lagi bo'ong," Tiba-tiba kuingat hari ini hasil ujian tengah semester keluar.

",udah liat hasil uts?" Jihoon mengangguk pelan.

Aku tersenyum, "Ngalahin Mark lagi nih pasti, kaaan?" godaku sambil terkekeh.

Jihoon kembali tersenyum simpul tanpa mengatakan apapun. Sedikit aneh karena kurasa lelaki ini sedikit berubah menjadi pendiam.

"Rasanya jadi orang pinter gimana sih, Hoon?" pertanyaanku sukses membuatnya menoleh menatapku.

"Kok nanya gue? Kan lo juga pinter." jawab Jihoon sekenanya.

"Tapi kan gak sepintar Jihoon."

"Jangan. Gak enak." timpalnya tiba-tiba.

"Hah? Kok bisa?"

Jihoon hanya mengedikkan bahunya, tak berniat menjawab.

Lantas kembali terdiam. Baru kali ini aku merasa atmosfir bersama Jihoon terasa sangat aneh. Seperti ada sesuatu yang...

Deg!!

"Jihoon! Kamu kesurupan ya?!" pekikku tanpa sadar telah menangkup wajahnya.

Jihoon menyentak pelan tanganku. "Apasih pegang-pegang!" kulihat pipi Jihoon bersemu merah.

"Lah kenapa merah itu? Jihoon sakit?" mataku berusaha mencari miliknya yang terus mengelak.

"Nggak." jawabnya sedikit ketus.

"Trus kenapa dong diem aja dari tadi? Laper? Pengen makan? Yuk aku temenin ke kantin!" aku sudah siap beranjak namun tangan Jihoon mencekal lenganku.

"Kenapa sih cerewet banget hari ini? Udah duduk aja." nada suaranya lembut namun sarat ketegasan.

Pada akhirnya aku hanya diam menuruti perkataan Jihoon. Hening kembali menyerang kami. Ingin mencairkan atmosfer yang terasa kaku ini namun tak tahu bagaimana caranya, pun kulihat Jihoon tidak berniat mengatakan apapun.

Kutatap kaki berbalut sepatu pantofel hitam milikku yang tengah berayun bosan. Dan lelaki disampingku ini masih saja betah berlama-lama terdiam. Mau sampai kapan seperti ini???

[ON HOLD] ARMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang