Armor | 04

180 38 36
                                    

Aku mencoba tidak memperdulikan semua tatapan yang mereka beri padaku. Mereka siapa? Mereka yang kusebut anti-diriku tentunya.

Ku fokuskan membaca buku Inferno karya Dan Brown dihadapanku. Sampai kusadari ada gerakan didepanku. Aku tidak peduli.

"Ekhem.." Ia berdehem, dan aku masih tidak peduli.

"Uhukk!" jelas sekali itu batuk bohongan. Dasar pengganggu! Kulirik Ia sekilas, hanya sekilas.

Tunggu! Itu bukannya..

Kututup bukuku, menatap jengah kearahnya. Ia hanya menunjukkan cengirannya padaku.

"Lagi?" tanyaku jengah. Dan Ia malah semakin memperlebar cengirannya.

Tanpa berkata apapun lagi, aku bangkit berdiri dan pergi. Tubuh tegap menjulangnya mengekor dibelakang.

.

"Liat sini!" titahku padanya.

"Awh! Pelan-pelan!" rintihnya saat aku menyapukan antiseptik ke dahi berdarahnya.

"Berantem lagi??" tanyaku jengah. Dan lelaki didepanku ini menggeleng.

"Trus?"

"Membela harga diri sekolah, hehehe.." Aku ingin sekali memarahinya, tapi selalu tidak bisa.

"Gak capek apa Jin berantem terus? Ini lebamnya baru sembuh kemaren loh."

Dan bukannya menjawab pertanyaanku, Ia malah menunjukkan ekspresi aneh kepadaku.

"Lo khawatir sama gue?"

Oh Ya Tuhan! Harus kuapakan anak ini?? Kutekan lukanya dengan sengaja menggunakan kapas saat kembali membersihkan dahi berdarahnya.

"AWH!! Kok diteken sih?! Sakit tau!" sungutnya padaku.

"Lebay amat elah, katanya pentolan sekolah. Gitu aja teriak kaya anak cewek pms!" bukan aku, tetapi...


Lucas?


Anak itu kini sudah berdiri diantaraku dan Hyunjin. Menatap dengan pandangan meremehkan kearah Hyunjin.

Hyunjin yang tidak terima sudah bersiap meledak namun dengan cepat kucekal lengannya untuk kembali duduk.

"Pergi sono! Ganggu!!" sentak Hyunjin.

"Siapa lo ngatur-ngatur gue? Lagian manja banget sih, bersihin sendiri bisa kan??"

"Kok jadi lo yang ribut?!"

"Aku pergi aja deh daripada liat kalian berantem." aku sudah berdiri dan baru akan melangkah ketika Hyunjin menahan tanganku dan Lucas yang memblokir jalanku.

Sinkronisasi yang sempurna!

"Gak! Disini aja." ujar Hyunjin.

Aku hanya mendengus kesal dan kembali duduk. Kutatap dua lelaki dihadapanku bergantian. Sang armor bukankah seharusnya saling menjaga satu sama lain?

Tapi lihat saja mereka, sekalipun tak pernah akur. Selalu ada yang diperdebatkan.

"Sini biar kuplester lukamu itu." kataku pada Hyunjin sambil membuka plester bermotif bintang.

Hyunjin dengan patuh langsung mendekat kearahku, kusibakkan rambut hitam berantakannya yang menutupi dahi kebelakang. Belum sempat plester ini menyentuh kulit Hyunjin, Lucas dengan cepat merampasnya.

"Biar gue aja." lantas tanpa aba-aba Lucas dengan sadis menempelkan plester itu ke dahi Hyunjin.


Plakk!!


Tanganku refleks terangkat menutup mulut saking kagetnya. Kulihat Hyunjin memejam menahan amarahnya, jika bisa kuukur level kemarahannya dari 1-10 maka jarumnya sudah menunjuk ke angka 9!

Bukannya takut melihat ekspresi Hyunjin, cowok satu itu malah terlihat sangat menikmatinya.

Lantas, keduanya saling menatap satu sama lain. Bedanya, yang satu menatap penuh amarah satunya lagi membalas dengan tatapan meremehkan.

"Lo!—"

"Gih berantem! Abis itu baru ke ruang BP."

Eh?

"Jihoon!" pekikku girang kemudian berlari kecil mendekatinya.

Ekspresi datar Jihoon langsung berubah begitu menatapku. Seperti biasa, sang perisai ini selalu terlihat indah dimataku.

"Kok masih disini? Bukannya berangkat hari ini ya?" tanyaku.

"Habis ini, mau ketemu lo dulu."

"Basi!" ucap Hyunjin sambil bergidik.

"Gak fair! Gak adil!" kali ini Lucas, kutatap dirinya dengan ekspresi bingung.

"Tadi gue dateng lo gak se-excited itu. Giliran si bantet aja sampe kegirangan. Duh sakit hati gue." sungutnya.

"Najisin! Lebay banget sih lo!"

"Gak usah didengerin, mau susu kotak?" Aku mengangguk antusias. Jihoon tersenyum sekali, lantas membawa tangan kirinya merangkul pundakku dan menggiringku pergi dari sana.

Bisa kurasakan sebuah tangan tiba-tiba menyentak rangkulan Jihoon dipundakku.

"Gak usah rangkul-rangkul!" suara berat Lucas terdengar. Tubuh jangkung nya kini sudah membayangi sisi kiri tubuhku.


Brukk!


"Ups! Sorry, lo ngalangin jalan soalnya." kutau Hyunjin dengan sengaja menabrak Lucas ketika menyeruak melewati sisi diantaraku dan Lucas.

Dijejakkan salah satu tangannya ke saku celana dan berjalan mendahului kami. Aku tersenyum melihatnya.

Aku suka perasaan aman seperti ini jika bersama mereka. Walau kutau, bersama dengan mereka jelas semakin menambah kebencian orang-orang terhadapku.

Aku hanya perlu bersikap tidak peduli bukan? Dan semuanya akan baik-baik saja, semoga.





















●● A r m o r ●●






















[]

Semoga suka♡

[ON HOLD] ARMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang