Bab 6

346K 16K 316
                                    

"Wah, enak masakanmu, Nduk," puji Pakde setelah mencicipi masakan Tari.

"Alhamdulillah," syukur Tari seraya tersenyum semringah.

"Kangen masakanmu, Nduk. Masakan budemu sekarang tidak seenak dulu, saat ada kamu di rumah," canda Pakde.

"Enak saja, masakanku enak, tahu," protes Bude.

"Iya, enak, kok." Pakde tersenyum seraya mengusap punggung istrinya pelan. "Gimana Nak Bian, enak tidak masakan Tari?"

"Enak, dong, Pakde," puji Bian. Harus dia akui, masakan istrinya enak. Mirip dengan soto betawi di restoran yang harganya cukup menguras kantong.

Tari melirik Bian sekilas, bertanya-tanya apakah suaminya berkata jujur atau hanya berusaha menyenangkan hati. "Beneran enak?"

"Enak, kok, Sayang."

Wajah Tari terasa panas mendapat pujian sekaligus panggilan sayang dari suaminya. Pasti mukanya sudah merah sekarang. Dia pura-pura mengalihkan pandangan ke piring di hadapan dan melanjutkan makan.

Selesai makan Tari menyiapkan kopi dan makanan kecil, dan meletakkan di meja dekat televisi. Suaminya sudah duduk di sana bersama Pakde. "Kopinya, Pakde."

"Iya, terima kasih, Nduk."

Tari meninggalkan Pakde dan suaminya, dia menyusul Bude yang sedang berada di dapur.

"Ngapain, Bude?"

"Nggak ngapa-ngapain, ini habis cuci tangan."

"Bude mau istirahat dulu? Tari antar ke kamar ya .... "

Bude mengangguk. Tari mengantar budenya ke kamar.

"Kamar siapa ini?" tanya Bude saat di dalam.

"Kamar tamu, Bude. Tapi sering Tari pakai untuk kerja juga. Barang-barang Tari juga sebagian ada di sini, karena kamar atas sudah penuh," Tari memulai sandiwaranya.

"Bagus kamarnya, Nduk."

"Alhamdulillah. Bude istirahat saja dulu."

Bude duduk di tepi kasur. "Nanti saja, Bude ke sini mau ngobrol sama kamu. Ayo duduk." Bude menepuk kasur di sampingnya pelan. Tari duduk di sana.

"Gimana, udah isi belum?" tanya Bude.

Tari tersenyum kecil. "Belum, Bude. Doakan saja."

"Alhamdulillah. Berarti Allah memberikan kalian berdua waktu untuk saling mengenal lebih jauh lagi," ucap Bude.

Tari mengangguk. "Iya, Bude. Insya Allah, ini yang terbaik untuk Tari dan Mas Bian."

"Bude dulu juga sering berpikir, kenapa Allah tidak memberikan keturunan kepada kami? Sudah berbagai cara dicoba, tapi tetap saja belum berhasil," cerita Bude. "Ternyata Allah memang sudah merencanakan menjadikan kami orangtua bagi kalian."

Mata Tari menghangat, teringat kembali kematian orangtuanya yang secara tiba-tiba.

"Nggak usah dipikirkan kapan punya anak, yang penting jalani saja dulu," nasihat Bude. Toh kalian masih pengantin baru."

Tari tersenyum menanggapi kalimat Bude. Pengantin baru tapi tidak pernah merasakan nikmatnya bulan madu.

"Nak Bian baik, kan, sama kamu?" tanya Bude.

Wedding Agreement ( WEB SERIES tayang di Disney Hotstar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang