Bab 10

355K 15.9K 207
                                    

"Mau ke mana?" tanya Bian saat turun dan melihat istrinya melintas dari kamar menuju ruang depan, sudah siap dengan baju pergi dan tas di bahunya.

"Kamu sudah bangun?" tanya Tari. Dia berhenti, menatap Bian yang turun dari tangga dan menghampirinya. "Aku mau pergi."

"Pergi? Ke mana?"

"Ada acara di Bandung."

"Bandung?"

"Iya, Bandung," jawab Tari. "Aku sudah menyiapkan sarapan." Tari menunjuk ke meja makan dengan matanya.

"Tapi hari ini ada arisan," protes Bian.

Alis Tari bertaut menatap suaminya. "Arisan?" tanyanya heran. "Arisan apa?"

"Arisan keluarga di rumah Mama."

Tari berusaha mengingat-ingat, kapan suaminya pernah memberitahu tentang arisan. "Kamu tidak pernah memberitahuku tentang arisan."

"Aku sudah memberitahu," ucap Bian seraya mengeluarkan ponsel dari kantong celana dan memeriksanya. Dia membuka WA dan mencari pesan yang sudah dikirimnya untuk Tari. Sialnya tidak ada. Dia tidak pernah mengirim pesan apapun kepada istrinya itu.

"Kapan?" tanya Tari. Dia yakin tidak mendapat pesan apapun dari suaminya. Tidak mungkin dia melupakan acara penting seperti itu.

Bian menarik napas. "Sepertinya aku lupa."

"Jadi bagaimana?" tanya Tari.

"Kamu ada acara apa di Bandung?"

"Seminar, dari pagi sampai sore."

"Tidak bisa ditunda?"

"Aku sudah mendaftar untuk acara ini sebulan yang lalu, sudah bayar juga," jelas Tari. "Lagi pula materinya penting, aku sudah menunggu-nunggu acara ini sejak lama. Banyak mentor dan pebisnis yang hadir."

"Akan ada seminar yang sama lain waktu," kilah Bian. "Mama sudah wanti-wanti agar kita berdua hadir di arisan hari ini."

Tari menghela napas pelan. "Maaf, aku nggak bisa. Ami juga pergi bersamaku," jelas Tari. "Lagi pula, aku sudah janjian sama distributor dan reseller untuk ketemuan di sana."

"Kamu bisa kasih tahu Ami kalau nggak jadi pergi," ucap Bian. "Juga kasih tahu distributor sama reseller kalau ketemuannya diundur."

Tari menarik napas pelan. "Ya nggak bisa gitu. Nanti Ami pergi sama siapa? Lagian kasihan reseller-ku sudah jauh-jauh dari luar kota, datang ke sana dan berharap bisa ketemuan."

"Kamu nyetir sendiri ke Bandung?" tanya Bian sangsi.

Tari mengangguk. Dia sudah biasa menyetir ke Bandung sendirian. "Iya."

"Naik mobil itu?" tanya Bian semakin ragu dengan keputusan istrinya.

"Iya." Tari tidak melihat ada masalah dengan mobil yang dikendarainya.

"Tidak boleh," seru Bian. Menurutnya mobil Tari tidak layak untuk pergi jauh, apalagi Bandung.

Tari mengernyitkan dahinya. "Kenapa?"

"Mobil itu tidak layak untuk bepergian jauh."

"Mobilku baik-baik saja," protes Tari. "Aku sudah sering ke Bandung dengan mobil itu. Tidak pernah ada masalah."

Wedding Agreement ( WEB SERIES tayang di Disney Hotstar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang