1.2

38.4K 360 5
                                    

Kamar hotel Margo tidak terlalu besar, hanya ada meja kerja kecil dengan kursi dan komputer jinjing ada di atasnya, juga terdapat ranjang ganda ukuran besar, bantal dan guling juga selimut tebal hangat di sana, beberapa lukisan kontemporer dan abstrak menghiasi salah satu sudut kamar dan ditemani satu unit televisi LCD yang berukuran cukup besar, cahaya remang-remang dari lampu malam di kamar itu memberi aroma intim dan hangat lagi teduh, lalu bagian terbaik dari hotel ini adalah kamar mandinya memiliki dua area, area basah dan area kering dan sepasang handuk kimono berwarna putih, juga ada bathtub yang kurasa cukup untuk nanti kami berdua mandi bersama jika Margo menginginkannya.

"Tidak usah malu-malu" Margo meyakinkanku yang mungkin perangaiku terlihat kaku. Aku rasa itu hal yang wajar, aku sudah lama tidak melakukan ini lagi.

"Aku harus mandi dulu sebelum kita mulai." kataku.

"Gunakan waktumu, sayang." ucapnya sambil duduk di ranjang lalu tersenyum dan mulai memanggilku 'sayang', mungkin dia melihat aku sedikit kaku jadi dia juga mencoba mencairkan suasana.

"Pintunya takkan kukunci" kataku

"Oh itu akan sangat baik."

"Baiklah"

Aku melepas dress biru panjang dengan hanya melepaskan ikatan tali di pundakku dan hanya menyisakan setelan lingerie yang kugunakan sambil mataku tetap menatap ke Margo yang sedari tadi juga melihatku, aku melepas heels dan berjalan ke kamar mandi.

Aku masuk ke dalam tanpa mengunci pintunya, ku lepas lingerie ku dan mulai membasahi tubuhku dengan air hangat yang mengalir dari shower.

'Margo pria yang baik,' pikirku sejauh ini, apa yang dia alami sehingga dia harus menyewaku, dia tampak seperti lelaki baik yang memiliki keluarga kecil yang bahagia. Tapi tentu saja, cerita hidup seseorang bisa berupa apa saja dan kurasa itu bukan urusanku, urusanku hanya memuaskan nafsunya yang sedari tadi dapat kuliat tak hentinya menatap payudaraku ini.

Aku membasuh tubuhku dengan sabun cair yang sudah tersedia, memfokuskan pada titik-titik tertentu yang menjadi favorit pria yang selalu menyewaku, namun sebenarnya adalah, seluruh bagian tubuhku selalu menjadi incaran tanpa terkecuali, imajinasi seseorang bisa berupa apa saja bahkan dalam hal seks sekalipun.

Margo membuka pintu dan masuk ke dalam kamar mandi ketika aku sedang berdiri menikmati air hangat dan membilas busa sabun di tubuhku, Ia sudah tak berpakaian dan langsung memelukku dari belakang dengan melingkarkan tangannya di pinggangku lalu ikut menikmati air hangat itu, dan ikut membilas sisa sabun di tubuhku, mengusap bagian-bagian tubuhku tanpa terkecuali.

"Tubuhmu sangat indah, Sayang"

"Aku pikir itu hanya godaanmu"

"Tidak, aku akan sangat menikmati apa yang kau miliki," kedua tangannya tetiba meremas payudaraku dengan gemas, Ia meremasnya dengan gerakan berputar dan sesekali menarik dan memilin puting susuku yang langsung menegang karena gerakannya.

Kurasakan miliknya juga menegang sedari tadi Ia memelukku, sengaja ku tempelkan garis pantatku melekat ke miliknya dan sedikit menggoyangkannya. Ia tampak menikmati dan aku sedikit terkejut dengan diriku sendiri karena aku masih bisa menggoda pria yang baru kukenal tadi sore.

Margo terus meremas payudaraku bergantian kanan dan kiri sebab tangannya yang satu tengah berada di bagian vitalku yang lain. Ia mengusapnya dengan lembut, memberikan pijatan-pijatan lembut sambil menyingkapkan bibirnya organ vitalku untuk entah hendak mencari apa.

Nafasnya terasa berat, aku dapat merasakan jantungnya berdebar, sementara aku mau tidak mau mulai mendesah dengan rangsangan semacam ini, entah permainannya yang menyenangkan atau aku memang menginginkannya mengingat tidak ada pria yang mampu menaklukanku. Namun Margo adalah klienku, aku harus bersikap sebaik mungkin dan memberikan pelayanan terbaik, namun, sialan, aku mulai horny.

Kabut di Bukit PinusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang