3.4

9.3K 87 4
                                    

"Ahhhhhh, Fere, ohhhhh" Ara mendesah agak terkejut.

Fere turun ke pangkal pahanya dan langsung melahap kewanitaan Ara yang memerah dan basah karena gairah dan tetesan air dari shower.

Lidah hangat milik Fere menyapu setiap inci vagina Ara yang terlihat bersih dan beraroma segar.

Ara membuka kedua pahanya lebar-lebar sambil membenamkan kepala Fere lebih dalam ke dalam miliknya.

Lalu bersandar pada dinding kamar mandi. Kepalanya menengadah ke langit-langit menikmati lidah Fere yang menyapu kulit-kulit sensitif Ara.

Fere merespon dengan sigap. Lidahnya dan hisapan kini datang bertubi-tubi. Seakan tiada hari esok untuk menikmati vagina cantik itu.

Fere terus menghisap, menjilat, memasukkan lidahnya ke dalam liang senggama milik Ara.

Ara terkaget dengan apa yang dilakukan Fere meskipun Ara sendiri sudah banyak mengalami aktivitas ini.

Tapi setiap lidah yang datang dan menghabisi vaginanya selalu terasa menyenangkan dan tak terpikirkan.

Sensasinya selalu hebat. Ara sangat menikmati.

Lidah kasar Fere menggeliat di dalam milik Ara yang sempit namun mampu di tembus oleh Fere.

Sesekali Fere menjilat dan menghisap klitoris Ara yang mencuat. Menghisapnya kuat.

Ara tersentak.

"Oohhhhh"

Fere tidak mengucapkan sepatah katapun. Namun semakin intens dengan gerakan lidah dan hisapan-hisapannya.

"Fereeeee....." Ara melenguh, "Jangan berhenti....." pintanya pada Fere.

Namun, tiba-tiba Fere berdiri dan menggendong tubuh Ara.
Ara terkejut dan langsung refleks memeluk Fere. Mereka masih dalam keadaan basah dan tak berpakaian selembarpun.

Fere mengangkat Ara keluar dari kamar mandi. Lalu menjatuhkan tubuh Ara di atas ranjang empuk kamar hotel itu.

Fere lalu menaiki tubuh Ara lalu melahap leher Ara. Leher jenjang itu dihisap dan dijilatinya tanpa ampun sambil kadang memberi kecupan dan gigitan kecil. Tangannya tak tinggal diam. Ia memilin puting susu Ara yang mencuat.

Ara kegelian dengan perlakuan Fere. Membuat buku romanya berdiri namun Ara sama sekali tidak ingin Fere menyudahinya. Ia memasrahkan dirinya dinikmati, tidak, justru ia yang menikmati permainan Fere.

Fere memperlakukannya dengan sangat baik dan penuh perasaan. Bernafsu, tapi lembut. Bergairah namun membuai lembut.

Kini Fere sudah turun dan sedang asyik menyusu pada Ara. Payudaranya di hisap bergantian. Kadang di hisap lembut, kadang di hisap kasar.

Ara kewalahan dengan mulut Fere yang sedari tadi memainkannya.

Dan dengan gerakan yang sangat tiba-tiba. Fere mengusapkan jarinya ke vagina Ara yang semakin basah. Iya menyibakkan bibir vagina Ara. Mencari-cari celah yang mungkin akan segera dimasukinya.

Fere masih menghisap puting Ara ketika jarinya mulai perlahan masuk ke dalam vagina Ara yang semakin membanjir dengan cairan kewanitaannya. Lalu dua jari Fere masuk dan langsung memberikan rangsangan dengan menggerakkan jarinya dengan gerakan seperti memanggil.

Gerakannya sangat cepat. Fere menyentuh G-Spot Ara. Sangat tepat sasaran dan Fere tahu apa yang harus dilakukannya.

Fere mengocok cepat vagina Ara yang semakin basah.

"Ah ah ah ah h ah,,,,,,aaaaahhhhhh" Ara mendesah cepat.

"Oohh Fere,,,ohhhh,,,,,nikmat sekali,,,ahhh" Ara tak tahu harus berkata apa. Ia hanya menikmati permainan Fere.

Kabut di Bukit PinusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang