2.1

21K 239 1
                                    

Pria tegap itu berjalan keluar dari kamar hotelnya. Ia tampak tersenyum puas. Ia turun ke lobi hotel, menyerahkan kunci, menerima tanda pengenalnya dan berjalan menuju parkiran hotel, masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin dan segera meninggalkan hotel itu.

"Aku tak pecaya ada wanita berideologi semacam Stella", katanya dalam hati, "Istriku akan suka dengan ceritaku tentang Stella dan tentunya aku akan mendapatkan pelayanan seks yang gila dari istriku", pikirnya.

Mobilnya melaju tenang, hingga Ia sampai di rumahnya di timur Jakarta. Rumah itu tidak terlalu besar untuk ukuran Margo dan keluarganya, rumah itu memiliki halaman yang cukup luas dengan pergola kayu di salah satu sudut depan rumahnya. Tiga pohon palem tumbuh tegak di depan rumahnya, dengan rumput hijau yang terawat, ada juga beberapa bunga mawar merah dan putih yang sedang mekar di pohonnya, bunga melati dan kenanga menambah keseruan kebun itu, tidak ketinggalan bunga gumitir dan melati juga tumbuh di halaman itu.

Ia masuk ke dalam rumah, mendapati istrinya yang saat itu hanya memakai daster tipis berwarna kebiruan dengan motif bunga-bunga di kainnya, dengan belahan dada rendah dan memiliki sedikit hiasan renda di garis lehernya sedang duduk di ruang tamu.

Istrinya bangkit dari sofa ruang tamu datang menghampiri suami tercintanya, memeluk pinggangnya dan mencium telinganya.

"Apa kamu menemukannya, Hubs?" istrinya membisikkan kata-kata itu di telinga Margo.

"Aku sedikit 'kehabisan stok' sayang"

"Semoga 'dia' yang membuatmu kehabisan stok dan bukannya tanganmu"

"Tentu tidak, nah, ada cerita yang menantimu setelah aku mandi, aku tidak ingin parfum-'nya' melekat di tubuhku, aku butuh sedikit aroma tubuh lain yang lebih kukenal dengan baik setiap titiknya", Margo mengatakannya dengan lembut sambil mengecup bibir istrinya dan sedikit meremas satu pipi pantat istrinya dengan kasar.

"Aww...." sontak istrinya.

"Dasar pria hidung belang". Plak!

Kali ini pantat Margo yang di tampar oleh istrinya.

"Perempuan nakal selalu mendapatkan hukuman, Sayang", ancam Margo.

"Uhh, aku tak sabar untuk di hukum, Hubs", balas istrinya nakal.

Margo masuk ke kamar mandi di kamarnya. Menyalakan air hangat yang dengan segera membasahi tubuhnya. Ia membasuh tubuhnya ketika istrinya ikut masuk ke dalam kamar mandi. Memeluknya dari belakang tubuhnya. Ikut membasuh tubuh suaminya.

Istrinya membasuh dengan sedikit melakukan pijatan lembut. Menjelajahi setiap titik tubuh Margo. Memberikan kecupan kecil di pungung bahkan kadang-kadang menghisapnya. Tangannya sampai kepada penis Margo yang mulai menegang. Istrinya memijat penis itu lembut membuat Margo mulai merasakan nyaman dan nafsunya perlahan bangkit. Margo menegang, seketika istrinya memijat dengan gerakan maju mundur yang intens dan metodis. Membuat penis Margo menegang sempurna. Saat itulah istrinya langsung turun dan memasukkan seluruh penis Margo ke dalam mulutnya hingga menembus tenggorokannya dan membuatnya kesulitan bernapas. Namun hal inilah yang diharapkan. Agar hisapannya semakin kuat terhadap penis Margo.

Margo mengerjapkan matanya menerima perlakuan dari istrinya yang terus menghisap penisnya dengan kuat. Ngilu, nyeri namun nikmat dan tak ingin di hentikan.

"Ahh" Margo mendesah, "Stella", tanpa sadar Margo menyebut nama itu.

Istrinya menghentikan hisapannya dan meremas penis Margo dengan kuat seraya berkata, " Dasar pria hidung belang tak tau diri!".

Setelah itu istrinya semakin kuat menghisap penis Margo, entah apa yang di pikirkannya, namun ia seperti kesetanan dan semakin bersemangat.

"Ayo, Hubs, teriakkan nama perempuan itu" kata istrinya sambil terus menghisap dan memaju-mundurkan mulutnya di penis Margo.

Kabut di Bukit PinusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang