2.5

11.7K 106 0
                                    

Boom!!!

Ada orang di luar!!! Ia tampak menerawang ke dalam, lalu Ia terlihat tertawa dari bayangan tubuhnya, aku bisa melihat orang itu adalah perempuan, aku sulit melihat wajahnya dengan jelas, aku hanya yakin orang itu perempuan. Ia mengetuk jendela lagi, lalu tertawa lagi, klienku wajahnya sedikit tegang namun heran -mungkin karena melihat orang diluar itu tertawa.

"Aku pikir orang ini gila" katanya.

"Gila atau tidak, kita ketauan"

"Ketauan oleh orang gila. Tidak seburuk kelihatannya" Ia terlihat berusaha menenangkannku.

"Dia tertawa bagaimana kalau ada orang lain?!"

"Tidak ada salahnya mencoba" katanya. Ia memperbaiki posisinya dan membuka jendela di sisi orang itu.

"Hai, kamu menikmati pelayananya? Aku harap dia tidak mengecewakan anda, Tuan..." kata orang itu, benar dia perempuan dan, seperti tidak asing.

"Alfred, panggil saja Alfred" kata klienku -namanya memang Alfred.

"Well, Tuan Alfred, apakah pelayanan kami memuaskan anda?" orang itu bicara lagi, aku semakin yakin dia siapa.

"Stellaaaaaaaaaa!!!!!!!" teriakku, "Dasar Jalang tak tau diri!!!!!!"

Alfred menoleh kearahku, "Kamu kenal dia?", wajahnya sedikit keheranan

"Kenal, tentu saja" aku memicingkan mataku, Alfred memelukku.

"Weel, so, Stella, pelayanannya sangat memuaskan, aku selalu rela bayar mahal untuk servicenya" Alfred seperti memamerkanku pada Stella.

"Kalau begitu aku cukup senang. Baiklah, jadi apakah sudah selesai Tuan? Karena sepertinya anda harus memakai baju anda kembali dan, sepertinya petugas kami sudah bisa di kembalikan" ucapan Stella sangat membuatku malu.

"Stella cukup!" bentakku.

"Tenang Sayang, tidak apa-apa, temanmu sangat menyenangkan" Alfred malah membela Stella. Ia sambil memakai kembali pakaiannya.

"Fuck you guys, what are you thinkin' about? It's a parking lot and you both getting steamy. Why don't you guys try to get a room than a parking lot?"

"It just a short time you Moron!!!" aku keluar dari mobil dan menghampiri Stella, Alfred juga keluar dari mobil.

"Hey, hey, you two, stop!" Alfred terkesan ingin melerai.

"We're not in a fight, Sweetie" aku mencoba menjelaskan keadaan, sementara Stella tetap tersenyum sendiri. "Aku dan Stella sama-sama menjalankan pekerjaan yang sama, si Jalang ini memang sering tak tau diri"

"Tapi aku sedikit lebih pintar dari mu, Sayang, aku hanya mengkhawatirkanmu, seandainya saja kamu ketahuan orang lain, apa jadinya?"

"Alfred akan membunuh orang itu mungkin" kataku.

"Itu bisa saja kalau keadaan mendesak" Alfred membelaku kali ini. "Kalau begitu, sudahlah, berarti Stella ini adalah temanmu, benar?" Ia menanyakanku.

"Benaaarrr" jawab Stella dengan riang sambil memeluk pinggangku. Aku tak mungkin berkata lain.

"Oke, jadi, Stella, sedang tidak ada janji atau klien?"

"Sedang kosong, kamu berminat?" Stella malah menggoda Alfred.

"Hei, hei, hei, jangan saling mendahului sesama angkutan umum!!!" sergahku.

"Hahaha, tidak akan, Sayang" Alfred ikut memeluk sisi satunya di pinggangku.

Kabut di Bukit PinusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang