"Tadi Suho dateng ke sini" kata Irene pada eommanya.
"Suho? Pacarmu yg di Daegu? Kok ga disuruh masuk?" tanya eommanya pada Irene.
"Mantan eomma mantan" jawab Irene.
"Iya iya mantan. Jadi ini pacarmu yang sekarang ya?" tanyanya lagi.
"Iiih eomma nanti dong nanyanya kan aku lagi ngobatin dia" jawab Irene.
"Ehehe maaf ahjumma, saya dateng mendadak dan jadi ngerepotin" kataku masih sambil memegangi pipiku.
"Udah diem dulu kamu lagi sakit gitu juga. Mana sini pipinya" kata Irene sambil mengusapkan handuk yang telah dimasukkan ke air hangat.
"Ah gapapa kok kan orang yang lagi kesusahan harus dibantu. Irene, eomma tinggal dulu ya nanti kamu bikinin minum buat... mmm siapa namanya?" tanyanya.
"Minnyo ahhuma Minnyo aw aw" jawabku sambil menahan sakit.
"Namanya Minho eomma" jawab Irene membenarkan.
"Oh Minho. Lanjut obatin dulu ya eomma mau beresin kamar dulu" kata eommanya lalu pergi ke dalam.
Setelah mengusap pipiku yang luka dengan handuk, Irene mengoleskan obat ke pipiku. Aku hanya bisa menahan sakit karena obat itu. Namun setelahnya aku tersenyum melihat Irene yang terlihat khawatir dan begitu perhatian terhadapku. Hahaha......
"Nah udah. Perut kamu gimana?" tanya Irene.
"Ya sakit sih tapi ya masa aku harus buka baju depan kamu, kan malu" jawabku.
"Iiih jangan ngeres ya kan ga harus sampe lepas baju. Kamu tiduran di sofa aja terus angkat sedikit bajunya biar diangetin pake handuk" katanya.
Akupun menuruti perkataannya. Aku yang awalnya duduk akhirnya berbaring di sofa lalu mengangkat sedikit baju yang aku pakai. Irenepun menaruh handuk hangat di perutku. Jujur aku merasakan sakit di bagian perut. Namun lama-kelamaan rasa sakit itu hilang. Sepertinya manjur. Hahaha......
"Mmm rene makasih ya udah enakan, aku pulang langsung deh ya ga enak udah malem" kataku.
"Pulang? Nanti aja aku buatin minuman anget dulu biar nambah enakan. Lagian kamu baru diobatin jadi ga mungkin langsung sembuh. Tunggu ya aku ke dapur dulu, kamu jangan kabur" kata Irene lalu pergi ke dalam.
Aku jadi merasa tidak enak. Niat awalku membuat Irene senang dengan mengajaknya kencan ke taman hiburan malah berakhir dengan aku dipukul hingga tersungkur dan membuat Irene khawatir. Sebenarnya si Suho ini kenapa ya? Sudah jelas Irene berkata putus tapi dia masih tidak bisa terima. Aku jadi tidak habis pikir.
Ketika sedang berpikir, Irene datang membawakan segelas... teh mungkin karena aku belum melihat isi dari gelas tersebut. Dia menaruhnya di meja di depanku dan benar sekali isinya adalah teh hangat. Akupun berganti posisi dari berbaring menjadi duduk kembali. Aku melihat Irene yang sudah mulai tenang lalu tersenyum ke arahnya. Namun tak lama aku meringis dan memegangi pipiku yang masih terasa sakit. Mungkin aku terlalu banyak gaya ya. Hahaha......
"Senyum senyum taunya masih sakit kan huh. Minho ini diminum dulu aja jangan dulu senyum senyum" kata Irene sedikit meledekku.
"Aw iya iya ga usah marah gitu dong" jawabku lalu meminum teh yang Irene berikan.
"Aku ga marah cuma khawatir. Gimana? Masih sakit? Kamu bisa pulang sendiri? Atau mau dianter?" tanyanya khawatir.
"Udah mendingan kok rene. Aku usahain bisa pulang sendiri soalnya ga enak jadi ngerepotin terus" jawabku.
Aku habiskan teh yang Irene siapkan lalu mencoba berdiri sambil menahan sakit. Tapi sepertinya aku tidak bisa menahannya karena jujur perutku ini masih terasa sangat sakit. Akhirnya akupun terjatuh dan terduduk di sofa kembali. Aku yang tidak ingin membuat Irene khawatir malah membuatnya semakin khawatir.
"Ih tuh kan kamu berdiri sendiri aja susah, yaudah ya aku anter aja kalo mau pulang tapi nanti tunggu kamu bener-bener mendingan dulu jangan maksain kaya sekarang" kata Irene.
Aku hanya bisa mengangguk menuruti yang dikatakan Irene karena aku tidak ingin membuatnya lebih khawatir lagi. Akhirnya kami mengobrol berdua tentang apapun. Dan akupun perlahan bertanya soal mantannya Irene yang tadi. Karena aku sangat penasaran dengan yang terjadi.
Dari penjelasan yang ku dengar dari Irene, mantannya itu sampai sekarang masih tidak bisa terima sudah diputuskan oleh Irene. Dia masih sering mengirim sms dan juga menelepon Irene. Akhirnya Irenepun mengganti nomornya dengan yang baru agar tidak dihubungi lagi oleh mantannya. Dan hal yang tidak terduga terjadi. Dia datang ke sini ke rumah Irene yang mana Irene juga tidak mengetahui darimana dia mendapatkan alamat rumahnya yang baru. Entah berapa lama dia menunggu hingga akhirnya Irene pulang bersamaku lalu perkelahianpun terjadi.
"Hm hm yaudahlah kalo gitu mungkin kamu bakalan digangguin terus sama dia dong ya. Tapi tenang ada aku kok hahaha" kataku sedikit bercanda agar Irene terhibur.
"Iya iya ada kamu yang siap dipukulin lagi sampe bonyok ya" jawab Irene sedikit meledek.
"Ya tadi aku cuma ga ada persiapan ngelawan doang jadinya kalah. Kalo aku ngelawan ya pasti aku yang menang hehe" kataku masih bercanda.
"Yaudah kalo gitu aku pulang sekarang ya rene ini udah mendingan banget kok" tambahku lalu berdiri.
"Mau pulang sekarang? Yaudah bentar aku anterin ya" kata Irene ikut berdiri.
"Loh mau pulang? Kenapa ga nginep aja dulu di sini Minho?"
-To Be Continued-
Waduh disuruh nginep nih XD Tapi jangan mikir ngeres loh ya nginep juga beda kamar kok :p
Udah chapter 15 nih ga kerasa udah hampir 2 bulan saya nulis^^
Dan selalu saya mohon maaf kalo ff bikinan saya ini masih jelek:(
Makasih juga saya ucapin buat yg mau baca ff saya^^ meski masih jelek:(
Mohon bantuannya buat share ff saya ini ya kalo bisa^^
Sekali lagi makasih banyak^^
-jys_fernanda-
KAMU SEDANG MEMBACA
Letter for You
FanfictionDi dunia ini memang tidak ada hal yang tidak bisa terjadi. Bahkan si cuek yang tidak peduli apapun juga bisa jatuh cinta pada seorang murid baru yang juga tidak kalah cuek. Dengan cara yang tidak biasa, pendekatanpun di mulai. "Hari itu, adalah hari...