***
Davin POV
Dia kembali. Seseorang yang sangat ku benci. Seseorang yg membuat ku menjadi buta akan cinta. Seseorang yg merubah diriku menjadi sosok yg kejam dan dingin. Aku tidak tahu apa yang harus ku lakukan apabila aku bertemu lagi dengan dirinya. Aku sangat membencinya. Sangat.
Yah, wanita itu adalah mantan istri ku, Susan. Dia juga yang telah membuat aku membenci anak kandungku sendiri. Karna anak itu lahir dari rahim wanita yg ku benci. Entah kenapa setiap melihat anak itu aku selalu ingat dengan mantan istriku.
Tok tok
"Masuk!"
"Hai,, lagi sibuk?" sapa Charice istriku. Ternyata sudah jam makan siang.
Aku hanya menggelengkan kepala, dan kemudian dia mengajakku duduk di sofa untuk makan siang. Kami makan dalam diam. Aku jadi tidak menikmati makan siang ku. Ini semua gara2 wanita itu.
"Davin.." panggil Charice
"Mm, iya ada apa?" tanya ku ambigu. Ku lihat wajahnya kesal.
"Jadi dari tadi kamu gak denger aku ngomong?" omelnya. Dia memang sedikit bawel. Tapi entah kenapa aku tidak keberatan dengan sifatnya itu. Malah aku merasa nyaman kalau dia bawel, karna itu artinya dia masih mau memperhatikan aku.
"Tuh, kan kamu melamun lagi. Ada apa sih?"
"Ehm, enggak aku gak 'papa kok. Lagi banyak kerjaan aja." elakku.
"Bukannya tadi kamu bilang lagi gak sibuk yah? Apa kamu lagi nyembunyiin sesuatu sama aku yah?" tebaknya
Aku menghembuskan nafas ku kasar. "Maaf aku belum siap cerita sekarang."
Terlihat dia diam sejenak sebelum dia berbicara. "Ya udah gak 'papa. Tapi kalau bisa jangan terlalu lama di pendam. Dan harus segera diselesaikan. Nanti kamu sendiri yang stres kalau di pendam sendiri. Aku siap kok denger cerita kamu." sejenak ucapannya barusan dapat menenangkan pikiran ku.
"Boleh aku peluk kamu sebentar?" tanyaku. Dan dengan ragu dia pun menganggukkan kepalanya.
Satu kata yang kurasakan saat ini adalah. Nyaman. Ya, entah kenapa setiap aku berdekatan dengan istriku, aku merasa nyaman. Jam tidur ku pun akhir-akhir ini menjadi teratur sejak kami menikah dan tidur bersama.
---
Charice POV
Aku gak tahu apa yg sedang terjadi pada Davin, suami ku. Tapi aku yakin, sesuatu yg berpengaruh besar padanya sedang terjadi. Aku memaklumi kalau dia belum mau cerita padaku. Mungkin dia belum siap.
Saat tadi siang dia meminta untuk memelukku aku merasa bahwa bebannya cukup berat. Di rumah dia banyak diam. Dan saat ku perhatikan dia diam-diam melirik ke arah Ega. Dan hal itu sudah terjadi beberapa kali. Aku jadi sedikit curiga, aku takut kalau Davin melakukan sesuatu yang buruk pada Ega.
"Dari tadi aku perhatikan kamu terus melirik ke arah Ega" kataku saat kami sudah ada di kamar. Dia hanya diam menatap langit-langit kamar.
"Aku gak tahu maksud kamu apa. Tapi aku harap kamu gak lagi merencanakan hal buruk pada Ega. Kamu ingat, dulu kamu sudah janji gak akan menyakiti Ega!"
"Hhmmm,, entah lah.. Aku hanya berharap semua baik-baik saja. Maaf aku masih belum bisa cerita sama kamu."
"Baiklah aku paham! Selamat malam"
---
Davin POV
Aku masih memikirkan tentang Susan yg datang secara tiba-tiba. Aku khawatir kalau dia nantinya akan membawa Ega bersamanya. Hei bukannya aku tidak mau kalau dia membawa Ega, justru aku senang kalau anak itu bersama ibunya. Tapi yg ku khawatirkan adalah Charice, istriku pasti akan sangat sedih. Ku lihat dia sangat menyayangi Ega. Setiap malam selalu dia sempatkan buat menemani Ega belajar hingga sampai tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dear Husband (COMPLETED)
De Todo"Saya tidak akan mau menikah lagi, Ma.. Semua perempuan di dunia ini sama. Sama-sama mau mendapatkan yang sempurna" Davin Surya Ferdinand "Ma,, gak usah pake dijodohin juga kali, Ma.. Kakak kan masih muda dan masih bisa cari pacar sendiri.." Charic...