15. Aku di teror.

761 177 10
                                    

yoona-ya~
apa kau benar-benar ingin mengetahuiku?
jangan terlalu terburu-buru. aku belum siap.

-670.

Sialan.

Yoona benar-benar telah hilang kesabaran. Teror ini membuatnya muak. Kemarin, ia tidak sempat menyelidiki Kai karena lelaki itu langsung di selamatkan oleh Mr. Hwang yang merupakan salah satu seorang guru di sekolah ini. Dan perintahnya membuat Kai mendapat sedikit keuntungan karena ia berhasil lolos dari tindak intimidasi Yoona.

"Baekhyun!" Panggil Yoona.

Baekhyun yang berniat ingin ke kantin terpaksa mengurungkan niatnya. Ia melangkah mendekati Yoona yang tengah meremas sebuah kertas di tangannya.

"Ada apa?" Tanyanya.

Yoona menghela nafas lalu menatap Baekhyun tajam, "Kau kenal dekat dengan lelaki bertubuh tinggi yang beberapa hari kemarin memberimu minuman susu pisang?"

Baekhyun menyergitkan alisnya, "Maksudmu Chanyeol?"

Yoona mengangguk.

"Ya, aku mengenalnya. Kemana saja kau selama ini? Apa kau melewatkan pesona band sekolah seperti kami?" Ucap Baekhyun di iringi tawa mengejeknya.

Yoona sama sekali tidak terpancing dengan ledekan Baekhyun. Ia malah memberikan tatapan tajam ke arah Baekhyun membuat lelaki itu menjadi sedikit tersendak saat menikmati tawanya. Yoona benar-benar menakutkan jika sudah seperti ini.

"Aku tidak ingin bermain-main sekarang, Byun Baekhyun!"

Baekhyun menelan ludahnya pahit, "Ma-maafkan aku, aku fikir kau ingin-"

"Bawa aku ke hadapan Chanyeol sekarang juga!" Potong Yoona yang membuat Baekhyun mau tidak mau menganggukkan kepala.

***

"Apa maksudmu memberiku sebuah surat dan teori sialan itu?" Ucap Yoona to the point saat ia telah berada di depan Chanyeol.

Baekhyun memang membawa Yoona ke ruang musik lalu meninggalkannya, membiarkan gadis itu menyelesaikan masalahnya dengan rekan band-nya. Entahlah, Baekyun juga heran sejak kapan Chanyeol memiliki masalah dengan Yoona? Bahkan mereka tidak saling mengenal.

"Yoona-ssi?" Tebak Chanyeol.

Yoona menghela nafas, "Berhenti bermain-main lagi, aku sudah muak!"

Chanyeol menyergitkan alisnya. Ia tidak paham mengapa Yoona tiba-tiba datang di hadapannya dengan raut wajah yang memerah seolah menahan emosi itu?

"Wa-waeyo? Apa aku pernah membuat masalah padamu? Mengapa kau terlihat ingin meledak sekarang, Nona?" Tanya Chanyeol yang justru menambah emosi Yoona.

Bagaimana tidak, setelah semua permainan konyol ia ciptakan. Sekarang ia berpura-pura bahwa ia tidak punya salah disini? Seolah ia tidak pernah melakukan kesalahan apapun?

Yoona menarik nafasnya dalam, "Apa kau fikir kau pantas disebut dengan aktor hebat? Sekarang kau seolah-olah tak mengetahui hal apapun?" ia kemudian menatap Chanyeol dengan sengit, "Dengar, sampai kapanpun aku benci cara sampahmu dalam mengungkapkan isi hatimu!"

Chanyeol sedikit terkejut mendengar penuturan Yoona. Ia kemudian menaruh stick drum-nya di sela-sela alat musiknya kemudian melangkah mendekati Yoona. Sepertinya ia harus menjelaskan sedikit kesalahpahaman kecil disini.

"Isi hati?" Tanya Chanyeol, ia kemudian mengetuk kepalanya, "Tunggu-jadi kau mengetahui bahwa aku dulu pernah berada di depan lokermu?"

Yoona mendengus, "Kau tahu bukan, lalu kenapa bertanya? huh?"

Chanyeol tertawa melihat bagaimana mulut tipis itu mendengus, terlihat lucu. Tapi, ayolah bahkan gadis yang di taksirnya lebih manis walaupun sebenarnya yang di hadapannya ini lebih cantik tapi di matanya gadis yang ia sukai lebih menarik.

"Kenapa kau tertawa?" Tanya Yoona kesal.

Chanyeol berulang kali menepuk tangannya, seperti kebiasaannya saat ia tertawa, "Jadi, kau menganggap aku sering ke lokermu karena aku menyukaimu? Bukan begitu?"

Yoona memilih diam, ia hanya ingin mendengarkan apa yang akan Chanyeol katanya selanjutnya.

Perlahan Chanyeol menghentikan tawanya, ia bahkan menyeka air mata yang muncul di sudut matanya, "Aigoo, aku terlalu banyak tertawa,"

Ia kemudian berdehem lalu menekan pelan bahu Yoona dengan kedua tangannya, "Dengar Nona, lokermu itu hanya aku jadikan bahan peralihan asal kau tahu,"

Yoona menyergitkan alis, "Maksudmu?"

Chanyeol menggeleng, "Kau masih tidak paham juga?" Yoona mengangguk membuat Chanyeol semakin gemas, "Kau begitu polos rupanya. Begini, kau kenal dengan Seung-wan?"

Yoona tampak berfikir kemudian menganggukkan kepalanya, "Maksudmu Wendy? Jelas aku mengenalnya, dia tetanggaku rumah kami hanya berjarak sepuluh langkah,"

Chanyeol menjentikkan tangannya, "Bagus!" ia kemudian menatap sekelilingnya, setelah merasa sepi ia kemudian melanjutkan ucapannya, "Aku menyukai tetanggamu itu, tapi, jangan beri tahu orang banyak. Aku malu,"

Yoona berdecak kesal. Chanyeol tidak ada bedanya dengan Tuan 670 yang begitu pengecut.

"Lalu, apa maksudmu berada di depan lokerku sambil membawa dua buah susu pisang?" Tanya Yoona.

Chanyeop menyergitkan alis, "Susu pisang?" setelah paham apa maksud Yoona ia kemudian mengangguk, "Aku memang sering diam-diam memberinya susu pisang agar dia selalu semangat menjalani hari-harinya. Dan masalah lokermu, itu hanya peralihan agar orang-orang yang lewat tidak mencurigaiku,"

Yoona meringis, ia malu sendiri. Ternyata, bukan Chanyeol pelakunya. Lelaki itu hanya menjadikan loker Yoona peralihan hari itu agar motifnya memberi Wendy susu pisang tidak di ketahui banyak orang.

Chanyeol yang melihat perubahan raut wajah Yoona kini bertanya, "Memangnya apa yang sebenarnya terjadi?" Chanyeol menggeleng, "Ah, bukan! Maksudku apa kau punya masalah yang sedikit lebih rumit sehingga kau menuduhku sebagai dalang di balik masalahmu itu?"

Yoona menghela nafas, "Aku...di teror oleh seseorang,"

Perkataan Yoona sukses membuat Chanyeol terkejut bukan main. Sedangkan diluar ruangan telah berdiri seseorang yang tengah mengamati percakapan keduanya.

Sepertinya ia akan mengetahui segalanya, tidak sekarang tetapi sebentar lagi. Batinnya kemudian beranjak pergi sebelum Yoona mengetahui keberadaannya.

+++

nah loh chanyeol nggak salah apa-apa kawan.
kayaknya emang kai yang jahadd :')))
enak betdah si tem bisa lolos jebakan yoona mulu.

poem lettersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang