CBCG 27

1.8K 111 3
                                    


🔰🔰🔰

"Sekarang lo mandi dulu. Gue buatin makan buat lo di bawah"
Ghaby mendorong punggung Aksa ke kamar mandi.

Lalu setelahnya gadis itu turun ke bawah menuju dapur. Membuka kulkas lalu mengeluarkan beberapa bahan-bahan masakan yang akan di masaknya.

Setengah jam setelahnya Ghaby kembali ke atas dengan nampan berisikan bubur, sup ayam, dan segelas teh hangat.

"Sini makan dulu" Ghaby meletakan nampan bawaanya ke atas meja nakas. Menyodorkan makanan yang di bawanya ke hadapan Aksa yang sudah selesai membersihkan diri.
"Mau gue suapin atau makan sendiri?"

Aksa menatap Ghaby melalui cermin. Memberikan sedikit senyumnya.

"By, gue gak selemah itu. Gue masih bisa buat sekedar megang sendok sama gelas"

Ghaby menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil meringis. Kelakuan gadis itu malah membuat Aksa terkekeh.

Tangan Aksa bergerak mengambil sendok, lalu menyendok sedikit bubur buatan Ghaby di selingi dengan menyesap kuah sup yang masih panas itu.
Tak ingin tinggal diam, Ghaby mengambil handuk kecil di bahu Aksa lalu membantu mengeringkan rambut Aksa selagi laki-laki itu makan.
"Gimana? Enak nggak masakan gue?" Ghaby membuka suara, menatap Aksa yang sibuk dengan makanannya.
"Apapun yang lo buat, bagi gue itu udah pasti enak"
Mendengar pujian seperti itu membuat Ghaby merona. Mendorong pelan bahu Aksa saking gugupnya karna di puji.
"Apaan sih lo"

Aksa terkekeh. Tangannya kembali menyuapkan bubur ke dalam mulutnya.

"Eh iya, Angkara mana? Bukannya tadi ada dia ya?" Aksa menoleh sekilas ke arah pintu kamarnya.

Refleks gerakan Ghaby mengeringkan rambut Aksa terhenti. Astaga! Ia lupa dengan Angkara. Laki-laki itu pasti sudah kembali ke sekolah. Ghaby akan menelponnya setelah ini.

"Palingan juga dia udah balik ke sekolah. Pulang dari sini gue telfon dia."
"Sekarang lo abisin makanan lo. Terus kita keluar buat cari udara seger. Lo pasti sumpek lima hari ngurung diri di kamar" lanjut Ghaby yang sudah selesai mengeringkan rambut Aksa. Di tatanya rambut laki-laki itu sedemikian rupa agar tidak terlalu berantakan.

"Sini duduk dulu. Lo pasti cape jalan dari tadi"
Aksa terkekeh mendengar ucapan Ghaby. Tanganya tergerak mengacak rambut gadis kesayangannya itu.
"Yang ngomong gitu seharusnya gue. Padahal kita jalan cuma beberapa meter doang dari rumah gue" Aksa menarik tangan Ghaby untuk duduk di kursi taman yang berada di bawah pohon rindang sehingga kedua manusia itu tidak merasa kepanasan.

Bibir Ghaby mengerucut kesal. Jujur saja memang ia lelah. Padahal mereka hanya berjalan kurang dari setengah kilometer, tapi capeknya bukan main. Bahkan gadis itu nampak sedikit ngos-ngosan, mungkin juga karna di sebabkan mereka berjalan saat matahari sedang terik-teriknya.

Mereka terdiam beberapa menit. Helaan napas keduanya saling bersahut-sahut. Entah kenapa suasanannya menjadi awkward bagi keduanya.

"Makasih" lirih Aksa pelan.
Ghaby mengernyit.
"Buat apa?"
"Buat hari ini" jawab Aksa.
"Makasih juga karna lo udah mau ngakuin perasaan lo ke gue" tambah laki-laki itu menatap Ghaby yang juga sedang menatapnya.

Ghaby gelagapan, mengedarkan pandangannya ke segala arah, yang jelas matanya tidak ingin bersitatap dengan manik Aksa yang nampak tak se sayu tadi.

"Makasih. Makasih buat semuanya" Aksa menarik tangan Ghaby, menggenggamnya erat seolah tidak ingin tangan itu terlepas.

Ghaby menghela nafas pelan. Balas menggenggam tangan Aksa, menatap laki-laki itu sambil tersenyum.
"Gue juga makasih sama lo. Makasih karna lo gak marah sama gue. Lo ga ninggalin gue meskipun gue udah nolak lo, ngatain lo ini itu. Intinya, gue seneng lo selalu ada buat gue. Ya, walaupun suka nyebelin sih" Ghaby terkekeh di ujung kalimatnya membuat Aksa tersenyum.

"Jadi besok udah mau masuk sekolah atau mau istirahat dulu?" Tanya Ghaby.
"Gue mau ke rumah sakit dulu. Jengukin mamah" Aksa tersenyum getir kala mengingat orangtuanya yang bersyukur masih selamat dari kecelakaan itu. Setidaknya Aksa masih memiliki alasan untuk hidup. Mamahnya, tugasnya sekarang adalah menggantikan papahnya. Merawat dan menjaga wanita yang sudah melahirkannya ke dunia itu.

"Yaudah. Besok gue mampir sepulang sekolah" ujar Ghaby yang di balas anggukan oleh Aksa.

🔰🔰🔰

"Ghaby"

Ghaby memelankan langkahnya. Menghela nafas lelah untuk kesekian kalinya, Adi berdiri di depannya dengan wajah khawatir.

"Kamu kemana aja? Kamu gak papa kan? Ada yang luka nggak?"

Ghaby tersenyum kikuk.
"Gapapa. Ghaby mau ke atas, cape, mau istirahat."

"Yaudah, nanti papah suruh bi Ati bawain kamu teh ya" ucap Adi lagi.
"Ga usah pah. Ghaby gak butuh. Ghaby pengen istirahat aja" setelahnya Ghaby melewati Adi. Wajah kedua yang di lihatnya adalah wajah datar mamahnya yang menatapnya.
Berusaha tidak peduli akan sang mamah, Ghaby melanjutkan langkah menuju kamarnya.

Ghaby merebahkan badannya di atas kasur king size nya. Badanya sudah segar setelah mandi beberapa menit yang lalu.
Besok, setelah pulang sekolah ia akan mampir ke rumah sakit tempat
mamah Aksa di rawat.

Kedua sudut bibirnya melengkung.
Ingatannya terputar saat Aksa menyatakan rasa sayangnya padanya. Walaupun hal itu sering Aksa lakukan, namun kali ini berbeda. Tidak ada unsur bercandaan di perkataan laki-laki itu. Ghaby bisa melihat itu dengan jelas.

Ghaby harus berterima kasih pada Angkara. Laki-laki yang sudah di anggapnya saudara itu telah banyak membantunya hari ini, jika tidak ada dia mungkin bisa saja Ghaby ketahuan guru dan berakhir mendapat hukuman di ruangan BK.

Astaga!

Ia lupa menelfon laki-laki itu. Ghaby menepuk jidatnya lalu meraih ponselnya. Mencari nomor Angkara lalu menyambungkan dengan laki-laki itu. Tidak butuh waktu lama, dering ke empat, panggilan itu sudah di terima.

"Halo Ngkar" ujar Ghaby memulai percakapan.

"Kenapa By?"

"Lo lagi ngapain?"

"Lagi ngurusin beberapa berkas Osis"

Ghaby berdecak. Selalu saja. Laki-laki itu terlalu serius dalam mengerjakan tugas Osis sampai lupa dengan dirinya sendiri.

"Osis mulu kerjaan lo. Ga di rumah, itu mulu yang lo kerjain"

Angkara terkekeh di seberang.
"Ya mau gimana lagi By. Ini udah tanggung jawab gue sebagai ketua Osis"

"Serah lo deh. Tapi awas sampe lupa makan. Gue bakar abis-abisan tu berkas-berkas"

Kali ini Angkara tertawa, membuat Ghaby menampilkan senyumnya.

"Iya iya."
"Btw kenapa nelpon?"

Ghaby langsung teringat dengan tujuannya menelpon Angkara tadi.

"Eh iya. Soal tadi pagi. Makasih banget ya Ngkar. Lo udah bantuin gue sampe segitunya"

Ghaby bisa mendengar helaan napas di seberan sana.

"Iya sama-sama. Lain kali gue ga bakal biarin lo lolos"

Ghaby terkekeh.
"Siap komandan"
"Oh iya. Tadi pagi lo langsung pulang? Maaf ya gue sampe lupa sama lo. Gue khawatir banget sama Aksa soalnya."

Iya gue tau By. Lo bahkan sampe lupa sama keberadaan gue- batin Angkara.

"Oh tadi gue langsung balik ke sekolah. Soalnya ada tugas yang belum selesai gue kerjain"

Percakapan mereka terus berlanjut hingga Ghaby terlelap tanpa memutus sambungan telepon.

Lo bahkan terlalu semangat kalau udah menyangkut Aksa. Bahkan lo sampai lupa sama masalah lo sendiri- batin Angkara.

TBC

A/N: komennya ada kagak?

Jangan lupa follow:

Febri_ant18
cewekbelagu_vs_cowokgesrek

Salamnya Febri sanantiar

Feb :*

Cewek Belagu VS Cowok Gesrek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang