Part 6 - Pasar Malam

527 32 12
                                    

Hampir satu jam, Gilang dan Gebri memutari jalan.

Mereka seperti anak hilang yang berjalan tanpa arah dan tujuan.

"Lang, ini mau kemana?" tanya Gebri karena nampaknya ia sudah lelah. Padahal bukan dia yang menyetir.

"Enaknya kemana?" tanya balik Gilang tanpa menjawab pertanyaan Gebri.

"Terserah." jawab Gebri.

Jawaban paling menyebalkan adalah 'terserah', karena jawaban itu seperti tak menjawab sebuah pertanyaan.

Jika saja, ada hukuman untuk orang-orang yang suka menjawab 'terserah', yakin deh pasti penjara di penuhi dengan cewek-cewek.

Disaat lampu merah, Gilang sempat berfikir, "Geb, ini lurus ada caffe dekat rumah Bobby, tempat biasa gue nongkrong, kalo belok kiri ada Mall, kalo belok kanan ada pasar malam. Lo mau yang mana?" tanya Gilang memberi Gebri pilihan.

"Aduh, gimana yaaa. Gue mau nongkrong di caffe, tapi gue juga pingin ke pasar malam. Gimana dong?" tanya balik Gebri dengan dua pilihan yang membuatnya bingung.

"Terserah, gue ngikut aja. Lo cuman punya waktu 30 detik sebelum lampu hijau." jawab Gilang memperingati.

Setelah Gebri berfikir, akhirnya ia memutuskan untuk pergi ke caffe, "Caffe aja gimana?" tanya Gebri lagi.

"Boleh, pas deh lampunya udah hijau." jawab Gilang.

Akhirnya Gilang melajukan mobilnya menuju Caffe yang dekat dengan rumah Bobby.

Namun, dilain sisi Gebri berfikir keras atas pilihannya tadi dan itu membuat Gilang penasaran.

"Lo kenapa?" tanya Gilang.

"Lang, boleh nggak kalo berubah pilihan?" jawab Gebri dengan sedikit takut.

"Maksud lo?" tanya balik Gilang dengan sedikit bernada tinggi.

"Itu, setelah gue fikir-fikir kalo kita ke pasar malam gue bisa makan sekalian main, tapi kalo ke caffe gue cuman bisa makan. Tapi kalo nggak juga nggak apa-apa sih." jawab Gebri dengan hati-hati.

Gilang pun menatap Gebri tajam, "Lo buat bensin gue habis." Gilang berkata dengan datar.

Akhirnya Gilang memutar mobilnya dan mengarah ke tempat tujuan yaitu Pasar Malam.

"Lo marah ama gue ya?" tanya Gebri dengan takut.

"Enggak, gue cuman kesel aja soalnya lo plin-plan." jawab Gilang dengan lembut dan tersenyum pada Gebri.

Jujur aja, lebih baik Gilang memarahinya dibanding tersenyum kepadanya, karena itu lebih mengerikan.

Akhirnya mereka berdua berdiam diri hingga sampai ke pasar malam.

Dengan bahagia, Gebri terus tersenyum dan melupakan masalah yang beberapa menit lalu dengan Gilang.

"Bagus kan?" tanya Gilang.

"Ah? Iya bagus." jawab Gebri dengan kikuk.

Gebri sedikit bingung dengan perubahan sikap Gilang, apakah ia memiliki sikap ganda? Ah, lupakan.

"Ayo masuk. Lo mau di luar terus?" ucap Gilang dan di jawab anggukan oleh Gebri.

Akhirnya mereka berdua masuk ke dalam pasar malam.

Disana Gilang mengajak Gebri pergi ke salah satu pedagang yang sedang duduk meracik sebuah permen.

Disana Gilang mengajak Gebri pergi ke salah satu pedagang yang sedang duduk meracik sebuah permen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Karate vs Taekwondo ¹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang