Prolog

2.5K 140 123
                                    

Hari ini mungkin adalah hari tersial bagi Gebri, wanita dengan nama lengkap Gebriel Anastasya itu harus menahan rasa sakit sangat dalam dikarenakan kesalahannya saat berlatih Taekwondo.

"Aduhhh, sakit... dimana sih tukang urutnya?!" bentak Gebri karena tukang urut yang dipanggil tak kunjung datang.

"Sabar woy! Salah lo sendiri, latihan nggak pakai pemanasan." ucap seorang laki-laki yang sekarang berada disamping Gebri.

"Sok tau lo, Lang! Gue pemanasan ya..." ucap Gebri dengan masih menahan rasa sakitnya.

Mungkin kalian penasaran laki-laki yang dipanggil oleh Gebri, namanya Gilang Prakasa. Lelaki tersebut satu sekolah dengan Gebri, salah satu most wanted disekolah mereka, namun bedanya Gebri anak Taekwondo, sedangkan Gilang anak Karate.

Jangan tanyakan gimana mereka bisa bertemu dan gimana Gilang bisa ngebawa Gebri ke tukang urut, karena author nya sendiri juga nggak tau, wkwkwkwk.

"Pemanasan lima menit ya nggak ngaruh, bego!" ucap Gilang sambil menonyor kepala Gebri.

"Ih, bego-bego, kayak lo pintar aja." Cicit Gebri sambil memutar bola matanya dengan kesal.

Tak lama tukang urut yang dinanti datang dan mulai mengurut Gebri.

"Mbak tahan ya, ini sedikit sakit kayaknya." Ucap ibu tukang urut tersebut.

Gilang yang mendengar ucapan ibu tukang urut mengulurkan tangannya, "Pegang tangan gue, kalo lo ngerasa sakit" ucap Gilang.

Gebri segera menepis tangan Gilang, "Modus lo!" makinya.

Tangan Gilang yang ditepis oleh Gebri, hanya ditanggapi dengan santai oleh Gilang. Kita lihat aja, pasti Gebri butuh pegangan untuk menahan rasa sakit.

"Aaaaaaaaa!!!!" teriak Gebri karena tiba-tiba saja ibu tukang urut mengurut Gebri.

Dan benar saja, Gebri langsung meremas tangan Gilang untuk menahan rasa sakitnya.

"Bu, pelan-pelan dong." Mohon Gebri.

"Ini sudah yang paling pelan, Mbak." Jawab ibu tukang urut tersebut.

"Buset, ini aja udah yang paling pelan, gimana kalo dikasarin?" Batin Gilang dalam hati.

"Huahhhhhhhh!!!! Sakitttt!!! Aduhhhh, Mamaaaaa!!!!!!" teriak Gebri lagi.

Sebenarnya Gilang kasian ngelihat Gebri kesakitan, tapi mau bagiamana lagi kan salah Gebri sendiri latihan cuman pemanasan lima menit.

"Geb, gue mau ngomong." ucap Gilang yang juga menahan rasa sakit karena remasan Gebri yang sangat erat.

"Nanti aja, gue lagi aaaaaaaaa, kesakitan." jawab Gebri.

"Kalo nanti, gue nggak yakin bisa ngomong." ucap Gilang kembali.

"Lo punya penyakit bisu dadakan, sampai nggak bisa ngomong, hah?" ucap Gebri kembali.

Gebri sedikit melirik Gilang yang kelihatan gugup dan keringat dingin, padahal yang diurut Gebri, kenapa jadi Gilang yang panas dingin?

"Gue suka sama lo." ucap Gilang dengan yakin.

"Apa lo, aaaaaa, bilang?!" teriak Gebri, karena jujur aja, ia sedikit tak fokus karena harus menahan rasa sakit juga mendengar ucapan Gilang.

"Lo mau nggak jadi pacar gue?" tanya Gilang dan tak menghiraukan pertanyaan Gebri.

Jangan tanya bagaimana perasaan Gebri sekarang, tentu aja ia sangat bahagia. Karena selain Gilang tampan, diam-diam Gilang juga sangat perhatian walaupun dengan cara yang sangat berbeda dibanding lelaki lain yang pernah mendekati Gebri.

Kedua pipi Gebri bersemu merah, "Nggak romantis lo!" ucapnya.

"Mbak, ditahan ya, ini yang paling sakit." ucap ibu tukang urut yang sedikit terlupakan.

"Hah?!"

"Huahhhh, aduh, duh, duh, duh, sakittttt!!!!" ucap Gebri dan meneteskan air mata karena kali ini benar-benar sangat sakit.

Padahal selama ia taekwondo, baru pertama kali ini ia keseleo sesakit ini.

"Udah selesai Mbak, kalo waktu dekat ini jangan ngelakuin aktifitas yang berat, terutama pada kaki." ucap ibu tukang urut.

Gebri hanya mengangguk, sedangkan Gilang mendengar dengan saksama penuturan ibu tukang urut tersebut.

"Ya udah, Saya permisi dulu ya. Assalamualaikum." pamit ibu tukang urut.

"Iya Bu, terimakasih, ati-ati." jawab Gebri.

"Waalaikumsalam." balas Gebri dan Gilang.

Ibu tukang urut tersebut pergi dan sekarang hanya menyisakan Gilang dan Gebri di ruangan tersebut.

"Jadi gimana?" tanya Gilang menunggu jawaban Gebri.

"Apanya yang gimana?" tanya balik Gebri dengan pura-pura tak tahu maksud Gilang.

"Jadi diterima atau enggak?" tanya balik Gilang yang sebenarnya sudah geram dengan Gebri.

"Apanya yang diterima?" tanya balik Gebri masih dengan kepura-puraannya.

Terus aja lontarin pertanyaan tanpa ada jawaban, lama-lama authornya ngundurin diri nulis cerita.

"Berarti gue ditolak nihh..." ucap Gilang dengan sedikit lesu, kali ini bukan pertanyaan lebih tepatnya pernyataan.

"Ih, siapa yang nolak sih?" tanya Gebri dengan sedikit gelagapan.

"Lah tadi buktinya, lo kagak nerima gue kan?" tanya balik Gilang yang sekarang menatap Gebri dengan tajam.

"Gue kagak bilang kalo gue nolak lo." cicit Gebri dan membuang wajah untuk tak juga menatap Gilang.

"Berarti gue diterima dong?" tanya Gilang dengan wajah yang sumringah.

"Pikir aja sendiri." jawab Gebri malu-malu.

"Diterima nggak nih?" tanya Gilang sambil sedikit menggoda Gebri.

"Ih, masa harus gue jawab. Malu kali." jawab Gebri dengan kesal dan rona merah dikedua pipinya.

Gilang yang senang dan sedikit gemas akan jawaban Gebri, rasanya ia masih ingin menggoda Gebri.

Gilang tau sedari tadi wajah Gebri sudah seperti kepiting rebus, makanya dari tadi Gebri selalu menghidari kontak mata dengannya.

"Berarti gue boleh nggendong lo kan?" tanya Gilang.

"Hah?!" ucap Gebri dan langsung menoleh menatap Gilang.

Tanpa aba-aba Gilang langsung memeluk Gebri dan mengendongnya dengan memutari ruangan tersebut. Ia bahagia karena wanita cantik ini sekarang telah menjadi miliknya. Jangan tanya bagaimana ekspresi Gebri sekarang, tak jauh berbeda dengan Gilang, ia juga tertawa bahagia.

Mereka berharap, hubungan mereka berjalan dengan lancar dan langgeng.

🐼🐼🐼

Ini cerita selanjutnya yang aku publish.

Gimana? Suka nggak?

Permintaanku masih sama kok, kalo bisa kalian tambahin di library.

Nggak maksa kok, sama kayak vomments dan follow juga nggak maksa 😄😄😄

Makasih 😁😁😁

Karate vs Taekwondo ¹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang