CHAPTER 1

9.2K 222 9
                                    

Gadis berambut panjang yang sedang terduduk di kursi kayu di sebuah kelas. Ia sedang berbincang dengan teman sekelasnya, menceritakan segala hal.

Canda tawa di antara mereka tak membuat orang-ornag di sekitarnya merasa terganggu, toh mereka tak perduli lagi pula kelas bukan tempan mereka saja bukan..

Gadis ber-rambut panjang tersebut bernama

" ICAAAAAA "

Aaaah,, aku akan berterima kasih pada sahabatku yang cerewet ini. Namaku Ica Mekia umurku 16 tahun sedangkan dia yang berteriak tadi adalah Razeta gadis cantik yang memiliki darah campuran.

" Jangan teriak ih, ganggu "

" Biarlah seru kalau neriakin lo Ca "

Aku hanya mendengus kesal ke arahnya. Begitulah sifat Razeta yang selalu seinginnya dia saja.

Kami anak XI IPS-1. Tolong jangan bertanya kenapa aku bisa berada di kelas ini, demi apapun bukan karena aku bodoh atau nakal tapi aku hanya malas saja berurusan dengan sebuah angka... Ya meskipun pada akhirnya aku mengenal beberapa angka di kelas IPS tapi setidaknya tak serumit kelas IPA.

" Sayang, minum dong "

Demi apapun aku ingin membunuh orang yang memiliki suara itu, aku selalu bingung dengan diriku sendiri karena pernah dengan bodohnya menerima orang yang bersuara tadi.

" Sayang,sayang pala lu peanga hah? Ambil sendiri kaya gak punya kaki aja "

Begitulah aku jika di sekolah, mulutku tak bisa mengeluarkan kata-kata yang lembut tak seperti wanita kebiasaannya.

Suara tadi berasal dari seorang laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah kekasihku. Aku tak begitu menyayanginya tapi dia bisa membuatku nyaman dan bahagia karena dia menerima ku apa adanya tanpa terkecuali.

" Kamu gak kasian sama aku Ca ?"

" Yey, situ punya kaki kan kenapa harus nyuruh sih "

" Tapi kan Ca.... "

" Sayang ini aku bawa minuman buat kamu "

Bisakah seseorang menarik tubuhku dari ruangan ini dan dari hadapan semua orang, telingaku begitu geli saat mendengar perkataannya dan perutku seperti ingin cepat-cepat mengeluarkan sesuatu.

Asal kalian tahu gadis yang baru saja masuk adalah kekasih pacarku juga, ah bisa di bilang juga jika gadis itu selingkuhannya.

Apa aku begitu kasar saat mengatakannya, bisakah kalian memberiku sebuah kata yang lebih lembut dari kata " Selingkuhan " .

Oke jangan perdulikan mereka, karena aku saja tidak begitu memperdulikannya. Aku tak pernah mempermasalahkan hal itu.

Lebih baik aku memperkenalakan kekasihku Relangga, lelaki tampan dengan tubuh atletisnya. Sebenarnya, sebelum dia mengajakku untuk memulai hubungan ini ada seorang anak kelas IPA yang mengajakku untuk memiliki hubungan namanya Robian, dia anak IPA-2.

Pemuda yang cukup tampan dan sangat baik hati, tapi sayang aku tak bisa memberikan hatinlku padanya padahal jika boleh ku katakan dia lebih setingkat ada di atas Relangga dari segi apapun.

Alasan ku menerima Relangga karena menurutku dia laki-laki yang cocok untukku, lagi pula kita berada di jurusan dan kelas yang sama. Tetapi bukan berarti aku tak menyukai Robian, hanya saja aku takut jika kita bersama tidak ada kecocokan apalagi dengan perbedaan jurusan yang kita ambil.

" Ica kalau punya pacar itu di sayang dong jangan di anggurin "

" Cek, jangan lebay deh. Terus kalau lo mau sayang sayang sama dia ya sok aja, aku sih bodo amat "

" Ca ko gitu sih sama aku "

" Relangga ko ngomong sama ica kata-katanya lembut, tapi sama aku suka kasar "

" Ya gimana Relangga mau lembut sama lo, lo aja gelarnya selingkuhan bukan pacar " kata-kata itu keluar dari mulut Razeta.

Aku hanya diam dan memilih duduk kembali dari pada harus ikut dalam perdebatan sengit di antara mereka berdua.

" Emang apa bedanya, yang penting sama kan sama-sama pacarnya Relangga "

Demi apapun aku ingin sekali menutup lubang telingaku dengan benda yang tidak akan bisa membuat suara manja bin lebay dari gadis tersebut.

" Ya enggaklah. Dimana-mana selingkuhan itu ya di cap buruk beda sama pacar dan lagi aduh Relangga lo itu ya harusnya mikir dua kali kalau mau jadiin cewek kaya dia selingkuhan. Seenggaknya ya sebandinglah sama Ica biar gak malu-maluin gitu "

Mendengarnya saja membuatku meringis. Ucapan Razeta memang tak sama bedanya dengan ucapanku tapi terkadang aku lebih memilih untuk tidak terllau mengatainya begitu kasara, takutnya orang itu akan mersa down .

" Udah ah, pergi pergi terus kamu Nga bawa dia ke luar aku ilfil liatnya "

Tanpa jawaban apapun Relangga langsung manarik tangan gadis itu dan membawanya ke luar. Tidak terlalu kencang karena aku tahu Relangga sangat sangat menghargai seorang perempuan.

" Lo biarin dia bawa cewek itu gitu aja Ca ?

" Ya terus gue harus kaya gimana ?"

" Ya seenggaknya jangan pacar lo gitu yang bawa cewek itu ke luar "

" Jawaban lo basi. Dengerin gue, dia itu pacarnya Relangga juga jadi gak ada salahnya kalau dia yang bawa pacarnya ke luar "

Razeta hanya bisa diam, aku tahu dia begitu perduli padaku tapi aku memiliki perinsipku sendiri untuk selalu bersikap " Bodo Amat ".

Cup

" Makasi udah sabar sama aku Ca, aku sayang kamu dan tenang aja dia udah aku suruh pergi aku juga gak minum air yang dia bawa ko " bisikan itu membuatku senang dan inilah alasanku untuk bersikap bodo amat, toh jika dia memang benar menyayangi kita dia sendiri tak akan membuat kita sakit yang sangat menyakitkan.


Aku hanya menganggukan kepalanya sambil mengelus tangannya yang berada di tanganku sambip menampilkan senyum kepadnya.

SELINGKUH " I DON'T CARE "... ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang