CHAPTER 9

1.8K 84 0
                                    

Seminggu sudah berlalu, kini saatnya perpisahan anatara Ica dan Relangga.

Langit sangat cerah dan indah tapi hati dua insan tak begitu indah. Mereka sedang terjebak dalam perasaan gundah gulana karena akan berpisah.

" Gak bisa ya kamu enggak jadi pergi ?"

" Enggak, lagian cuman setahun sampe om pindah lagi. Lagian lo enggak akan kesepian kan ada Dini " ucapku dengan santainya ke pada Relangga.

Lagi pula dalam pikiran sekarang aku sedang memikirkan tentang keputusan Relangga yang ingin melanjutkan hubungan ini atau tidak, karena bagiku menjalani hubungan jarak jauh seperti ini belem tentu bisa -aku merasa tak yakin.

Tangan besar itu mengambil tanganku dan mengelusnya dengan memberikan rasa nyaman dan ketenangan.

" Jangan mikir yang enggak-enggak "

Aku hanya bisa tersenyum kepadanya sebagai jawaban. Aku merasa tidak enak saja saat melihat wajah murungnya yang tidak ingin di tinggalkan.

" Ngga, g-gue rasa kalau lo pengen putus gue gak masalah "

Mataku terus menatap raut wajahnya. Aku bahkan bisa melihat ekspresi wajahnya yang berubah selain itu matanya juga yang memerah membuatku hanya bisa menundukan kepala.

Masih hening, itu pikirku. Menarik napas dengan perlahan berharap lelaki tampan itu tidak marah atau melakukan hal lain.

Tiba-tiba pegangan pada tanganku mengerat begitu saja, aku terus memperhatikan bagaimana tangan yang lebih besar bereaksi.

Sedetik kemudian dia menariku kedalam dekapan. Tak ada suara hingga akhirnya sebuah isakan dari pemuda tampan terdengar di gendnag telingaku.

" Demi apapin gue gak apan minta hal itu dari lo Ca. Gue cuman bisa cengeng gini di depan lo doang kalau gue bisa bahagia sama lo gue bakalan buang mereka yang cuman jadi parasit termasuk Dini, asal gue sama lo "

Perkataannya memang tak terdengar kasar, meskipun tidak seperti biasanya tapi aku bisa merasakan ketulusan yang ia berikan.

Mencoba mendongakan kepala dan menatap wajah lelaki itu dengan cepat aku langsung melepaskan tangan dari gengaman dan menangkup wajah pemuda itu.

" Maaf. Gue gak tahu sebesar itu cinta lo sama gue tapi gue gak mau kalau lo cuman stak sama cewek kaya gue "

" Buat aku kamu sempurna Ca, kalau iya aku gak begitu cinta sama kamu udah dari kemarin-kemarin aku putusin kamu karena masalah sepele itu dan aku pun gak akan pernah meminta ayah buat lamarin kamu buat aku "

Aku hanya bisa menundukkan kepala dan mencoba menelaah semuanya. Memperhatokan cicin perak yang di berikan om Ridho kepadaku sebagai lamaran atas nama Relangga.

Aku seharusnya merasa bangga karena aku bisa di lamar dengan begitunya oleh Relangga meskioun melewati perantara dan seharunya aku yakin dengan semua ini.

" Maaf Ngga, tolong maafin gur " setelah mengatakan itu Relangga langsung memluku lebih erat.

Selama itu kami menyurahkan isi hati dan saling menangisi diri sendiri hingga akhirnya suara bunda menyadarkan kami dari semua.

" Kamu selalu cantik meskipun habis nangis " ucapannya itu membuatku malu. Entah apa yang merasuki diriku hingga aku berubah seperti ini.

Inginnya sih sekarang aku berlari dan menceburkan diri ke samudera agar Relangga tak melihat semburat merah itu.

" Ca udah siap ?"

" Udah bun, sekarang aku keluar sama Relangga kok "

Setelah mengucapkan itu suara bunda sudah tak terdengar lagi.

Aku menatap wajah tampan itu dan memberikannya senyum yang selalu ia bilang indah itu.

Kami keluar bersamaan menaiki mobil untuk meninggalkan kediamanku yang sebentar lagi akan ku tinggalkan dan menyisakan bunda dan ayah berdua saja.

" Enggak ada yang ketinggalan kan ?"

" Ada "

" Apa ?" ucapn bunda dna ibu secara bersamaan.

" Kenangan aku sama Ica lagi main berdua " ucapan itu bahkan tak lucu dan malah mneghadirkan delikan dari ayah ku dan ayah Relangga.

" Kalian mau saya nikahin ?"

Aku meringis mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ayah. Aku berharap itu tidak benar karena selama ini apa yang keluar dari mulutnya selalu menjadi nyata.

" Enggak om. Maksud Relangga kenangan kalau Relangga lagi malam mingguan sama Ica, atau lagi main biasa bukan main yang om pikirin "

" Saya jadi kurang percaya sama kamu, karena kamu ketahuan tidur sambil peluk anak saya "

" Tapi Ica gak belendungkan om ?" pertanyaan itu membuat ayahku geram. Inginnya sih aku memukul wajah Relangga.

Kami menaiki mobil bersama, di jik drpan ada ayah dan om Ridho yang mengemudi dan di jok tengah ada ibu dan bunda sedangkan di belakang ada aku dan 2 koper dan di paling belakang adalah barang barangku yang lainnya.

" Kamu mau saya nolak lamaran kamu ?"

" Eh jangan om, kalau dibatalin nanti saya sama siapa. Kalau nggak sama Ica saya gak mau nikah " ucapnya dengan wajah panik

Mendengar itu aku langsung tertawa terbahak bahak, begitupun dengan bunda dan ibu yang sama tertawa. Sedangkan di paling depan saling memberikan tos karena sudah berhasil membuat Relangga ketakutan.

Ya gimana ya, kalau ngamcam orang bucin itu yang ada dia malah orang kaya kerasukan -ngomongnya ngelantur.

SELINGKUH " I DON'T CARE "... ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang