CHAPTER 13

1.8K 73 0
                                    

Waktu sudah berjalan begitu cepat, bahkan semuanya sudah di lewati drngan hari-hari yang membosankan untuk ku.

Selama enam tahun ini aku hanya menghabiskan waktu berkutat dengan pelajaran kuliah dan bekerja, bahkan aku sendiri pun tidak sadar usia ku akan menginjam berapa tahun.

Setelah hari itu tak ada lagi percakapan atau panggilan yang aku buat drngannya, bahkan semuanya seperti kami sudah tak memiliki hubungan apa-apa.

" Kamu masih betah di sini ?"

Aku hanya menganggukan kepalaku saja sambil melihat keponakan ku yang lucu sedang bermain dengan kakak nya.

" Kamu enggak kangen sama dia ?"

" Bibi pasti tahu apa jawabannya "

Aku mendengar desahan dari rasa leleh bibiku karena aku yang seperti ini.

Bohong jika aku baik-baik saja tanpa Relangga. Bohong jika aku bahagia tidak ada Relangga, nyatanya aku sedikit sengsara tanpa dia. Mungkin sekarang aku pantas mendapatkan sematan orang bucin.

" Kamu udah coba hubungin dia ?"

" Aku udah coba, bangkan sampe nelpon dia tapi nihil gak ada yang di angkat sama sekali "

" Terus kamu diem aja ?"

" Aku harus kaya gimana coba, nangis, mohon-mohon atau apa ? Bi karena hal ini aja aku mutusin buat keluar dari kerjaan aku padahal baru 3 bulan aku kerja "

Sering sekali aku bersitegang dengan bibi. Sebenarnya bibi melakukan hal yang benar hanya saja aku yang terlalu bodoh terus mengikuti ego sendiri.

" Cincin itu mau kamu apain ?"

" Mungkin kalau enggak ada balasan aku mau kasih ini ke om Ridho "

" Kamu nyerah, padahal kamu sendiri yang minta sama dia buat kaya gini "

Ingin menyela dan membela diri sendiri tapi semua kata yang terucap adalah fakta sebenarnya.

Memilih bangkin dari sofa dan pergi dari sisi bibi ke arah kamar adalah hal terbaik.

" Biarin dia, belum saatnya kita kasih tahu "

Ane tersenyum ke arah suaminya sambil tersenyum. Ia bahkan sangat sayang dengan Ica, tapi melihat Ica seperti ini membuat ia kebingungan apalagi saat semua memintanya untuk bungkam soal Relangga kepada Ica.

Di dalam kamar aku hanya bisa terdiam memandangi selembar foto yang sengaja aku cetak. " Lo mau ingkar apa gimana sih Ngga ?" pertanyaan itu muncul begitu saja dari dalam mulutku.

Rasanya ingun menangis namun rasanya tidak baik bukan jika menangisi seseorang yang bahkan dengan gamblangnya kita sendiri yang meminta dia pergi.

" Gue emang bego "

Aku menubrukan kepala ke bantal bersarung putih bersih itu, memejamkan mata mencoba mengalihkan semuanya ke dunia mimpi. " Gue harap lo hadir di mimpi "

Setelah itu aku langsung memejamkan mata dan tertidru dengan harapan bisa bertemu dengan Relangga.

.

" Semuanya udah siap ?"

" Udah, kita tinggal bawa aja Ica ke sana "

" Tapi yakin gak sih ini bakalan berhasil. Lagian gak akan buat dia marah kan ?"

" Lo takut dia marah padahal lo sering kena semprot Ica "

" Yeah, beda lagi kan gur gak ketemu dia sekitar 7 tahun "

Pembicaraan ini terus berlanjut. Mereka sedang merencanakan hari spesial untuk ica karena sebentar lagi ia akan memasiku usia 24 tahun.

" Kemarin Tante Kira telephone gue "

" Dia ngomong apa ?"

" Katanya persiapan yang ada di puncak udah siap "

" Gila gue nggak ngerti ini bakalan jadi kejutan atau malah sebaliknya. Selama bertahun-tahun aja kita gak ketemu sama tuh cewek "

Ucap pemuda yang sedang duduk dengan jas yang ia kenakan di tubuh tegapnya.

Masih ingat Razeta, Gion dan Radit ? Jika masih ingat percakapan di atas adalah kata-kata yang keluar dari mulut mereka, namun sekarang ada tambahan dari gadis berkaca mata dulu Akifa.

" Fa lo ade ide "

" Kifa gak punya, tapi kemarin Kifa di kasih cincin sama Gi... "

Belum juga mulut Akifa selesai gion sudah membekapnya dengan tangan dan mengedipkan matanya kepada Akifa.

Razeta yang mengerti langsung mengangguk paham dan mengelus pungguh Akifa. " Gau usah main rahasia lo, dia udah ngucap jujur "

" Sorry "

" Gue turun seneng kalau lo udah nemu yang cocok bener gak Dit "

" Yoi dong. Hah..kita udah tua ya gak kerasa sebentar lagi satu persatu bakalan punya keluarga kecilnya masing-masing "

" Lo gak ada niatan buat lamar seseorang Dit ?" pertanyaan Gion itu langsung mendapat lirikan dari Radit.

" Ada, tapi gue gak tahu dia bakalan nerima gue apa enggak dia terlaku sulit buat gue tebak "

Tepukan di bahu Radit adalah semangat yang di berikan dari Gion. Sedangkan Razeta memberikan elusan halus di tangan kekarnya.

Jika bertanya bagaimana Akifa bisa bertmeu dnegan sahabat - sahabatnya Ica, semua itu berawal dari ketidak sengajaan mereka yang berucung pada kenalan dan setelah itu saling membicarakan sahabata mereka yang berucung mereka saling tahu satu sama lain bahwa merek berteman dnegan ornag yang sama.

" Kapan lo bakalan nikahin Akifa ?"

" Besok mungkin "

" G-Gion beneran, tapi Kifa belum bilang sama abah " suara gugup itu malah di jawab dengan senyuman hangat dari Gion.

" Bercanda kok, lagian kita harus fokus dulu ke acara sekarang setelah ini selesai aku bakalan ke rumah kamu "

Akifa hanya tersenyum sebagai balasan dan mengangguk begitu percaya diri.

" Gue gak ngerti kalau waktu bisa ngubah ucapan lo kaya Relangga sama Ica dulu "

Ucapan Radit malah mendapat dengusan dari Gion sedangkan Razeta hanya terkikik di sofanya tak tahan melihat kedua sahabatnya ini yang menurutnya begitu lucu.

SELINGKUH " I DON'T CARE "... ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang