Hari petama tinggal di tempat yang baru membuatku harus beradaotasi lagi.
Kemarin sebelum perpisahan dengan Rrlangga banyak drama, dari Relangga yang nggak amu pulang sampe dia minta di peluk.
Aku tak habis pikir bahwa sekarang sedang menjalin hubungan dengan manusia super bucin padahal jika di pikir ulang Relangga itu punya dua pacar.
" Ca, ayok sarapan dulu "
" Iya bi "
Aku keluar dari kamar yang sudah di siapkan dari jauh-jauh hari untuk ku tinggali.
Di meja makan sudah tertata rapi semua hidangan, bahkan bumil itu sendiri yang memasak semuanya.
" Bi kalau hamilnya udah besar jangan terlalu kecapean "
" Iya. Makannya kamu bangunnya lebih pagi "
Mendengar itu aku merasa malu sendiri. Coba pikirkan bahwa sekarang aku sedang menumpang di rumah orang meskipun itu bibiku sendiri dan aku malah bangun siang.
Kami berdua menyantap sarapan dengan tenang tak ada keramayang ataupun keributan, hanya suara sendok dan piring saja yang bergema.
Selesai saraoan aku membantu bibi mencuci baju, membersihkan rumah dan lain-lainnya itung-itung aku gak terlaku jadi parasit di rumah ini.
Kediam bibi dan paman Arya memang tak seluas rumah ku karena mungkin mereka baru berumah tangga, tapi rumah ini begitu nyaman hingga aku berkhayal suatu hari nanti dengan Relangga.
" Jangan banyak ngelamun, handphone kamu dari tadi bunyi "
Mendengar itu membuat aku tersadar dan dengan cepat aku mengambil handphoneku dan melihat siapa yang terus menghubungiku.
Saat membaca nama dari penelepon aku tersenyum karena itu Relangga. Aku berpikir bahwa dia sedang galau di sana.
Dering ponsel terdengar namun belum juga di angkat hingga panggilan ke 4 membuahkan hasil.
' Hallo Ca '
Suaranya begitu lirih, membuatku mengerti bahwa lelaki tampan ini memang sedang hakau tingkat dewa.
' Lagi apa ?'
' Lagi kangen sama kamu, tumben alus banget ngomongnya '
' Lagi belajar biar gak kasar mulu. Udah sarapan kan ?'
' Udahlah '
Panggilan antara aku dan Relangga terus tersambung hingga jam 10.00 dan saat panggilan akan berakhir Relangga bilang bahwa ia sangat ingin memeluk ku yang mana membuatku tersenyum.
Selesai berteleponan ria aku menyimpan handphone ku di nakas. Menyalakan televisi untuk sekedar mengurangi rasa bosan.
Aku menatap bosan layar televisi yang terus saja menampilkan orang yang sama. Jika aku memiliki pengaruh besar di bidang industri televisi aku ingin sekali membungkam mulut mereka yang semakin panas berceloteh tentang gosip seseorang.
" Basi. Enggak bisa apa ngurusin hidup orang udah kaya apa aja itu hidup " ucapan ku itu malah mendapat cekikikan dari bibiku yang sedang berjalan mendekati sofa yang ku duduki.
" Jangan marah-marah entar cepet tua "
" Lagian aku kesel bi, mereka itu cari uangg tapi dengan cara ngulik kehidupan ornag kaya gitu malu-maluin tahu enggak sih "
" Ya kan profesional dong Ca. Lagian siapa juga yang mau kerja kaya gitu tapi kan Allah udah nakdiri dia buat kerja gitu "
Mendengar ucapan bibi membautku menghela napas. Tak ada yang salah dari ucapan bibi apalagi saat ia mengucapkannya dengan begitu lembut.
" Dibanding kamu ngeliat itu mending temenin bibi buat beli bahan makanan yuk "
" Yaudah deh ayok, dibanding ngedenger sama liat gosip mending liat pasar "
Mendengar ucapanku bibi hanya tersenyum dan mengusak kepalaku dengan lembut.
Bibi itu udah kaya ibu kedua buat aku. Meskipun bibi cuman adek ipar ayah tapi bukan berarti aku enggak bisa deket sama dia. Waktu jaman bibi pacaran sama om aku malah ngira dia babysister buat anak om tapi nyatanya bukan.
Kenapa aku bisa menyangka seperti itu karen aom duda anak satu,istrinya ninggalin dia selingkuh sama cowok yang enggak lain enggak bukan supir pribadi om sendiri. Enggak habis pikir sama pemikiran itu cewek satu, di kasih yang mapan malah pengen yang urakan.
Tapi setelah menikah dengan Ane -sebutan nama bibi om jadi berubah banyak dan bibi itu ornagnya penyayang sama anak om meskioun sekarang udah gak tinggal disini karena lebih seneng tinggal di Bandung di rumah nenek sama kakek.
" Kamu suka makan apa Ca ?"
" Apa aja lah bi, yang oenting jangan terong sama pare aja aku gak suka "
" Oke kalau gitu. Kamu oegangin belanjaannya ya biar bibi yang pilih "
Aku hanya mengangguk lagi pula tak pantas bukan jika aku menolak keinginan bibi yang baik hati ini. Malah saking baiknya dia sayang banget sama Rafa anak sambungnya.
Setelah selesai berbelanja aku pulang dengan bibi menaiki taksi agar langsung sampai di rumah. Kasihan juga jika harus menaiki beberpaa kendaraan umun,karen aitu bisa aja buat bibi kelelahan.
Aku gak mau bibi kenapa-napa apalagi kalau itu berdampak sama jabang bayi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SELINGKUH " I DON'T CARE "... ( TAMAT )
Teen FictionGimana sih rasanya saat kamu tahu kalau pacar kamu selingkuh ? Nangis, ngambek, atau malah bodo amat ? Jawabnya dalam hati aja sambil di pikirin ulang dan sambil baca cerita ini oke. #92- tenfiction ( 22-02-2021) 30,7 K di baca #57 -tenfiction ( 23...