CHAPTER 2

4.9K 140 0
                                    

Hari senin yang cerah di SMA Bhakti Pertiwi. Sekolah tempat aku menimba ilmu ini sudah ramai dengan para murid yang siap untuk belajar dan guru yang siap untuk memberikan ilmu kepada para muridnya.

Di kelas XI IPS -1 semua murid sedang menikmati waktu istirahat dari beberapa menit yang lalu setelah upacara selesai.

Mereka merebangkan tubuhnya di lantai dan tak menghiraukan baju mereka kotor bahkan sebagian lagi ada yang memilih diam di luar karena merasa gerah akibat kepanasan.

Selain karena merasa gerah dan lelah mereka pun bisa melihat pemandangan indah dari gedung sekolah yang tinggi,mungkin bisa di bilang SMA Bhakti Pertiwi ini memiliki 4 tingkat dimana di tingkat pertama di isi oleh murid kelas X dan ruangan koperasi dan beberapa wc,  di tingkat ke dua dan ke tiga di isi oleh oleh ruang guru dan beberapa ruang extrakulikuler untuk memudahkan anak-anak, selain itu juga terdapat kelas XI dan beberawa wc. Sedangkan di tingakat ke 4 terdapat kelas XII dan ruangan mushola yang memang di sediakan untuk para murid agar tidak terlalu jauh ke masjid yang berada di bawah dan di pinggir mushola terdapat wc.

Di antara semua anak kelas IPS -1 hanya aku yang berbeda dengan yang lainnya. Di saat mereka beristirahat dari lelah dan gerah maka aku malah menambahn rasa gerah itu karena saat akan duduk Relangga malah menjahiliku dengan mengambil handphoenku begitu saja.

" Ga balikin dong hpnya "

" Ambil dong Ca, ayo kejar "

Mendengar itu ingin sekali aku menguliti wajahnya. Jika seperti ini aku selalu berpikir untuk mengakhiri hubungan ini bersama dengannya. Dia menyebalkan itu alasannya.

Aku mencoba mengerjarnya meskipun tubuh ku sudah merasa sangat lelah. Meskipun sempat minum air tapi jika keadaannya seperti ini malah akan membuatku lebih merasa ke lelahan.

Kadang aku meras malu jika sudah seperti ini, rasanya tak enak dengan teman-teman sekelas, karena mungkin saja mereka terganggu dengan hal-hal seperti ini.

" Ga please balikih "

Dia bahkan tak mendengarkan perkataanku, larinya semakin cepat saja hingga aku saja susah untuk menarik kerah bajunya.

Aku sungguh kelelahan saat ini, apalagi semalam aku sudah mengerjakan tugas dari Pak Sapto yang begitu banyak hingga tengah malam dan sekarang Relangga malah menggangguku dengan cara seperti ini.

Tanpa mengatakan apapun lagi aku langsung duduk di kursiku saja, membairkan pemuda itu berlarian sembari terus menyuruhnya untuk mengambil handphone itu.

" Ca ayo dong ambil jangan putus asa gitu, cemen ah "

Mendengar kata-katanya saja membuatku ingin menariknya dan mengatakan padanya untuk diam dan duduk dengan suara yang keras dan kasar.

Tiba-tiba tangan seseorang menempel di dahiku, membuatku tak nyaman. " Lo sakit ?"

" Enggak " ucapku dengan mencoba memegang dahiku dan benar dahiku panas, pantas saja aku merasa pusing sedari tadi.

" Relangga jangan kekanak-kanakan dong, lo gak liat muka Ica pucet ?"

Mendengar itu aku langsung memegang tangan Razeta dan menariknya tapi sayang Relangga sudah menghampiriku dan memegang dahiku.

Bukan tak ingin di perhatikan tapi aku hanya tidak ingin dia khawatir dan terus meminta maaf, mendengar dia mengatakan maaf mmebuatku ingin menamparnya karena itu terlalu klise, karena setiap melakukan kesalahan ia meminta maaf dan setelahnya melakukan hal sama lagi. Memang dasar manusia...

Tanpa mengatakan apapun dia langsung mengangkat tubuhku untuk sesegera mungkin di bawa ke ruangan uks yang berada di dekat lapang, yang artinya dia akan mengangkat tubuhku dan menuruni 3 lantai lainnya.

" Gak usah ah, lagian ini panas biasa "

" Tak Ca, kamu sakit "

" Ck, lebay banget sih. Kalau kasian makannya jangan bego, ngejailin orang sampe cape gini "

" Maaf "

" Basi tahu gak, setiap buat kesalahan minta maaf terus ngulang lagi "

" Ya terus aku harus kaya gimana ? "

" Jangan usil dan diem aja, gue gak suka kecuali kalau gue lagi bisa di ajak bercanda "

Relangga menatapku dengan tatapan sayangnya. Aku bisa melihatnya bahkan semua orang di sini bisa melihat tatapan Relangga yang begitu tulus menyayangiku.

Bahkan jika orang bertanya tentang mengapa dia menyukaiku, dia akan menjawabnya dengan lantang dan tanpa ragu bahwa dia mencintaiku dan aku adalah gadis yang sangat berbeda.

Meskipun dia memiliki pacar lain, tapi dia sangat mengutamakan diriku seperti dia lebih memilih memperkenalkanku oada semua keluarganya dan mengajaku untuk liburan bersama keluarganya di bandingkan mengajak selingkuhannya itu.

Saat aku tanya apa alasannya dia hanya tersenyum dan mengelus suraiku saja. Tapi ya ini aku yang tidak terlalu memperdulilan sesuatu dengan selalu menanyakannya, jika dia saja begitu makan aku pun akan begitu tapi sesuai dengan diriku.

" Yaudah aku bawain obatnya dan beliin kamu roti " ucapannya itu bisa mmebuat beberapa gadia di dalam kelas meleleh saat mendengarnya tapi aku tegaskan aku tak seperti itu.

Sebelum dia keluar dia pergi ke bangkunya mengambil switer yang tadi ia kenakan, mengambilnya sambil merapihkannya dan melipat sweternya dan langsung menyurhku untuk meniduri sweter tersebut.

" Istirahat dulu, di sweternya ada parfum aku itu bisa nenangin kamu "

See, dia bahkan seperduli itu kepadaku. Tapi aapa yang ku lakukan kepadanya hanya mencubit pahanya yang mana membuat dia tersenyum dan mengelus kepalaku sambil berguman " Cepat sembuh " .

Dan aku katakan sejujurnya bahwa dia memang berbeda dari yang lainnya.

****

Mungkin akan ada perubahan dalam ceritanya, jadi maaf kalau cerita sekarang berbeda dengan cerita sebelum di revisi.....

Dan makasih buat para pembaca cerita ini...

SELINGKUH " I DON'T CARE "... ( TAMAT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang