Part 6:

47 6 0
                                    

Setelah mereka menghabiskan waktu berlatih silat dan segala perangan tentang adu jotos dan sleding tekel selama sebulan yang lalu, kira dan fahri menjadi lebih dekat dan bersahabat. Tapi, seringkali mereka adu tabok saat mengejek. Bahkan, umpatan alias misuh selalu mereka gunakan sebagai grammar di bahasa keseharian mereka saat bersama. Seperti saat mereka bersama saat ini, di parkiran sekolah.

"Eh, lo kalo mau nebeng kira kira dong fahri!!" Ucap kira sambil memajukan bibirnya bersungut-sungut kesal setengah hidup.

Bagaimana nggak kesal coba? Kalau fahri menebeng kira dari enam hari yang lalu. Pakai alasan inilah, itulah. Tidak punya bensin lah, keburu telat lah, mau belanjalah, dan masih banyak lagi alasan lainnya. Apalagi, fahri menebeng tanpa imbal balik, jelas. Kira pun merasa tidak terima, jelas, jelas, jelas tidak terima.

"Aelah, ikhlas nggak sih lo nebengin gue? Gue aduin ke mas reyhan entar!" Ancam fahri dengan despacito nya alias dengan santainya.

"Bacot lo, tukang ngadu!! Ya mending kalau nebeng ikut nambelin bensin sama jajan gue. Lha ini? Udah tiap hari, PP nggak ada ongkos. Eh, nggak tahu malu lagi. Berasa kaya tukang ojek lo aja gue!!" Umpat kira sambil mencak-mencak, tapi meskipun begitu dia tetap melangkah menuju motornya terparkir. Dan menunggangi kuda besinya.

Sedangkan fahri mengikuti dibelakang kira, sedikit memperkecil jangkahnya karena langkahnya lebih lebar dari kira. Maklum, laki-laki, cepat tumbuh daripada perempuan. Poor woman. Tapi apalah daya seorang cewek dibawah kuasa cowok, upps ngawur weheee.

"Aduh, aki gue tekkor lagii. Haduh, ngeslah nih." Ujar kira mendumel sendiri sembari turun dari motornya yang distarter tidak bisa.

"Sukurin!! Gitu tuh kalau orang ngebantu nggak iklas." Celetuk fahri, asal.

Kira pun mulai mengeslah motornya dengan tenaga penuh tanpa menghiraukan ejekan fahri, kan anak sikat, eh silat. Fahri saja sampai melotot tidak percaya bahwa kira juga menarik roknya sedikit keatas sampai sebatas pahanya tanpa tahu malu. Untung pakai celana dalaman, kalau tidak? Untung besar fahri.

Jleduk

Jleduk

Jleduk

Nggrengggg nggrengggg uduk uduk

Setelah selesai, kira menaiki motornya kembali dan memakai helmnya dengan cepat. Fahri hanya bengong saja dan melangkahkan kakinya untuk naik keatas motor kira. Tapi, belum sempat pantatnya yang sensitif mendarat di jok motor teman dadakannya tersebut, motor kira sudah digas pol dulu. Sehingga, fahri hampir saja jatuh kalau saja dia tidak tidak dapat menjaga keseimbangannya.

"Eh, gue belum naek ndoro kira!!"

Fahri berteriak kesal, jika dia jatuh tadi bagaimana?. Untung tidak jatuh, kalau jatuh mungkin wajahnya yang setampan pak munir itu sudah lecet terkena ciuman maut paving parkiran. Sehingga syukuri, teman sekelas fahri tidak lagi ngefans setengah mati sama fahri.

Kira yang mendengar teriakan khas fahri pun menghentikan motornya dan menoleh kebelakang. Benar saja, fahri memang tidak ada diboncengannya -ya jelas orang ditinggal. Matanya pun menengok kearah lain, dilihatnya fahri yang memanyunkan bibirnya sampai satu meter. Kira hanya bisa menyengir menghayati kesalahannya tersebut, rasa-rasanya ia sudah makan asam jawa yang masih agak matang. Kecut bro.

"Hehe, kirain udah naik." Ucap kira, tapi selanjutnya merutuki dirinya karena mengucapkan kata atau lebih tepatnya kalimat "hehe".

Dan itu seolah membuat fahri merasa benar, padahal kata kebanyakan penyair wanita yang selalu benar. Seketika, kira merubah raut wajahnya yang nglejing menjadi mode flat kembali.

Design And Plan#BJPW #WATTYS2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang