qaaaaaaa1aaPart 24

26 4 0
                                    

Es yang membeku tak layak untuk di hangatkan
Bukankah sulit untuk mencairkan?
Sedangkan batas tunggu itu terlalu mudah untuk terpenggal

Kawan lama yang bertemu kembali, apakah layak di sebut reuni? Padahal mereka hanya berpisah dan tidak bertemu selama satu minggu, tapi hebohnya geng Mas Reyhan menyambut Kira sangat luar biasa.

Mungkin, seandainya saja Mas Reyhan adalah orang asli Jawa. Ia akan mengadakan syukuran dan kenduri untuk merayakan kembalinya Kira ke sanggar latihan. Ah, meskipun begitu suasana haru tetap saja menguar dari ruang tanpa bilik itu.

"Ih, udah kali Mas Reyhan!!" Sentak Kira, saat Mas Reyhan tidak henti melolohi Kira kue tart yang dibuatnya dengan bantuan Angga tadi malam. Tentunya setelah memaksa si es baru berjalan untuk membantunya.

Mas Reyhan menggeleng tanda tidak setuju. Ia rasa Kira harus makan banyak cake yang ia buat dengan sepenuh hati dan kaya akan gizi. Melihat bagaimana kurusnya Kira setelah seminggu tidak bertemu benar-benar membuat Mas Reyhan iba.

"No, Kira!!"

"Lo harus makan yang buanyak. Biar tuh badan kagak kerempeng kayak gitu! Mentang-mentang trend-nya diet, terus lo mau ikut-ikutan gitu? Iya?" Sosor Mas Reyhan sambil tangannya yang bekerja membungkam mulut Kira dengan cake agar tidak banyak bicara.

Kira diam saja dan tidak membantah. Bahkan pelan-pelan air mata jatuh begitu saja. Mas Reyhan yang melihatnya hanya berdecak maklum walaupun terkesan tidak suka.

"Yaelah, diomelin kaya gitu aja nangis!" Seloroh Mas Reyhan, pura-pura kesal. Meskipun demikian, ia tahu persis apa yang Kira rasakan.

Kira menggeleng. Mengisyaratkan bahwa ia tidak menangis karena omelan guru silat di hadapannya. Tapi, ia menangis karena menyadari bahwa orang lainlah yang lebih peduli ketimbang kedua orang tuanya yang tidak pernah ada waktu untuknya. Kira paham kalau orang tuanya sibuk mencari uang untuk memastikan masa depannya. Tapi, apakah sampai harus membiarkan Kira hidup sendiri semenjak SMP di rumah yang besar dan hanya di temani pembantu?

"Nggak Mas Rey.." Ucap Kira sambil nyengir mengusap ingusnya yang hampir-hampir menetes karena isakan singkatnya. Heran, padahal baru sebentar. Tapi ingusnya sudah meler-meler tidak karuan.

"Makasih udah peduli sama Kira selama ini. Yah, meskipun Kira bandelnya minta ampun hehe" Ucap Kira akhirnya sambil cengengesan.

Mas Reyhan yang mendengar itu pun terkekeh dan mengusak rambut Kira gemas. Ia paham kalau selama SMP bocah kecil yang sudah beranjak dewasa ini adalah anak yang merasakan kurang perhatian.

"Ih Mas Rey! Bokap nyokap aja nggak pernah peduli" Ulang Kira merenungi nasibnya. Dan itu benar-benar membuat Mas Reyhan jengah. Begitulah Kira, suka memgungkit-ungkit sesuatu yang sangat tidak ia suka.

"Btw, si kampret Fahri kemana? Biasanya juga nempel kaya lintah gancet aja lo berdua" Tanya Mas Reyhan, alih-alih untuk mengalihkan topik pembicaaan agar Kira tak banyak drama lagi tentang kisah hidupnya.

"Tauk" Ucap Kira singkat sambil meraup kue yang masih tersisa di nampan. Bukannya apa-apa, tapi Kira tidak bisa berbohong jika special cake buatan Mas Reyhan kali ini benar-benar enak.

Mendengar itu Mas Reyhan hanya berdecak. Kemudian, langkah lain yang memasuki ruang sanggar sempat mengalihkan atensi mereka berdua dari obrolan kurang bermutu tadi.

"Sore Mas, Kir" Ucap Angga yang memasuki ruangan sambil melepas sepatunya di sudut ruangan itu.

Melihat siapa yang datang, itu serta merta membuat Kira hanya memandang sekilas. Bukannya apa-apa, tapi rasa mengganjal yang di rasakan Kira tak kunjung reda setiap mengingat kejadian sore itu.

"Eh, ini satu bedesnya udah datang" Kelakar Mas Reyhan yang sontak di hadiahi tatapan datar andalan Angga setiap tidak suka dengan sesuatu. Dan juga tawa hambar yang dibuat-buat oleh Kira.

"Sialan lo Mas Rey!!" Umpat Angga sambil pura-pura cemberut.

"Eh, Kira.. gue kangen banget sama lo tahu!" Sapa Angga sambil berusaha mengusak rambut Kira. Tapi gadis itu malah menghindar dan beralasan bahwa ia sudah menata rambutnya dengan susah payah.

Hal itu sedikit membuat dahi Angga mengernyit heran. Bukankah biasanya Kira tak masalah? Tapi, terserah. Bagi Angga, bisa melihat gadis yang sudah ia anggap adik itu baik-baik saja, setelah memghilang selama satu minggu. Cukup membuat Angga merasa lega.

"Seminggu ini ke mana aja?" Tanya Angga setelah Mas Reyhan pamit ke toilet sebentar.

Kira berusaha menahan detaknya mati-matian agar tidak keterlaluan. Jangan sampai ia salah tingkah dan semakin membuat Angga sadar bahwa Kira tidak beres.

"Hm, itu.. anu.. gue ke rumahnya calon tante gue" Ucap Kira. Setelahnya ia merasa lega karena Angga tidak terlalu peduli dengan kebohongan yang Kira utarakan.

"Hm"

Kira hanya bisa diam kali ini. Entah kenapa berada dekat dengan Angga jadi membuatnya mati kutu. Bukannya apa, tapi melihat kenyataan bahwa harapannya selama ini hanya bertepuk sebelah tangan cukup membuat perasaannya terluka. Meskipun orang di hadapannya ini juga tidak tahu menahu bahwa gadis di hadapannya ini menaruh perasaan padanya.

"Lain kali jangan ngilang-ngilang kaya gitu lagi Kir.. kasihan si Fahri sama Mas Rey. Mereka uring-uringan bilang kangen kamu" Ucap Angga sambil mengusak puncak kepala Kira. Dan kali ini Kira tak menolak.

Kira hanya mengangguk dan tersenyum kaku. Mas Reyhan dan Fahri 'kan yang uring-uringan perkara rindu dengannya? Berarti Angga tidak pernah merasa rindu padanya? Ah, memangnya Kira pikir dia siapa sampai berharap Angga khawatir berlebih terhadapnya?

Satu senyuman tipis itu disunggingkan Kira dengan enggan, meskipun demikian ia harus melakukannya. Selain agar image-nya terjaga dan perasaannya tidak di ketahui oleh Angga, hal lain yang harus ia lakukan adalah menghindari Angga sebisanya.

Kira cukup sadar diri, bahwa dia hanyalah orang yang di anggap tak lebih dari adik tingkat dan adik didikan sanggar dengan pengasuh silat yang sama. Lagi pula, apa istimewanya Kira? Jauh sekali, jika di bandingkan dengan Angga yang notabene keren dan berprestasi dalam banyak hal. Yang Kira tahu sekarang adalah hanya bagaimana cara agar kejanggalan kecil di sudut hatinya ini cukup sampai di sini saja.

Fahri mana?😆
Siapa yg nyari Fahri? Sabar ya.. Fahri lagi bertapa dulu, but.. jangan khawatir. Chapter depan kayaknya biang kambing bengkak nya bakalan kelihatan😂





Design And Plan#BJPW #WATTYS2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang