Part 20 :

22 5 0
                                    

Sedari tadi, Kira hanya merenung memikirkan bagaimana Fahri menghadapi lawan-lawannya digelanggang yang berbeda dengan dirinya. Sesekali, kepalanya menoleh hanya untuk mendapati peserta lain maju melalui babak demi babak dihadapan Kira duduk saat ini.

Yah, sejauh ini Kira harus bersyukur karena dirinya mampu melewati babak demi babak sampai ia berhasil memasuki babak terakhir kali ini. Akan tetapi, ia justru memikirkan Fahri diseberang sana.

Bagaimana kalau Fahri kalah dibabak pertama? Bagaimana kalau Fahri kecewa dan putus asa karena kekalahannya? Bagaimana kalau Fahri terluka..

Semua bayangan-bayangan tersebut menyeruak begitu saja tanpa bisa dicegah. Karena bagaimanapun, resiko dari pertandingan ini cukup besar. Kalau tidak kalah, ya harus menerima badannya remuk redam karena luka dan rasa sakit setelah berkelahi dengan lawan.

Dan Kira rasa, apa yang ia khawatirkan saat ini sungguh beralasan. Biar bagaimanapun, yang menyeret Fahri memasuki dunia persilatan dan perhelatan yang berbau perkelahian ini karena dia. Kiralah yang menyeret pemuda itu terlalu jauh sampai saat ini, dan hal itu secara tidak langsung ia lakukan hanya karena tidak ingin membuat Mas Reyhan terlalu melankolis dengan muridnya yang tidak seberapa. Apalagi menemui kenyataan kalau Mas Reyhan sering begadang dan menyanyikan banyak lagu dangdut bertema kesedihan hanya untuk meratapi hidupnya. Biar bagaimanapun, Mas Reyhan adalah gurunya.

"Kamu..Arsyi, ya?" Tanya seorang gadis bertubuh ramping yang saat ini berdiri dihadapan Kira.

Kira mendongak untuk menatap siapa yang memanggil nama depannya tadi. Dan saat ia berhasil melihat orang yang ada di depannya, Kira tahu pasti bahwa gadis itu yang nanti akan menjadi lawannya.

"Oh, iya.. gue" Ungkap Kira membenarkan dan sedikit menggeser duduknya kesamping, mempersilahkan calon lawannya duduk di sampingnya.

"Lo kan, yang nanti bakalan jadi lawan gue di final?" Tanya gadis itu, lagi. Sampai-sampai Kira harus tersentak dan mengalihkan pandangnya dari kekarnya otot bisep calon lawannya nanti.

"Iya..ngomong-ngomong nama lo siapa?" Tanya Kira kemudian menenggak air mineral yang tadi disediakan oleh panitia, berusaha menetralisir kegugupannya saat akan menghadapi gadis kekar berbalut seragam silat sebatas bahu bersinglet itu.

"Kenalin, nama gue Andini Siregar" Ucap si gadis yang memperkenalkan namanya dengan mengulurkan tangan kehadapan Kira dan memasang senyum manisnya.

"Oh, iya. By the way, lo cukup panggil gue Kira aja. Soalnya, gue sedikit kurang nyaman dengan panggilan nama depan gue, hehe" Ucap kira sambil terkekeh setelah sebelumnya kikuk menerima uluran perkenalan dari Andini.

Andini hanya bisa tersenyum dan mengangguk-angguk mengerti, padahal aslinya ia cukup terheran-heran dengan maksud Kira. Tapi ia hanya mengendikkan bahu, bersikap tak peduli. Dan lebih memilih melanjutkan perbincangannya dengan calon rivalnya tersebut, karena menurutnya Kira cukup asyik diajak mengobrol.

Kemudian, keduanya saling bertukar percakapan sambil sesekali terkekeh saat pembicaraan mereka terdengar lucu. Setelah sesi perkenalan singkat antara Kira dan Andini, pengeras suara berbunyi dengan memanggil nama kedua gadis tersebut. Pertanda pertarungan babak final akan dilaksanakan.

Sebelum mereka menuju arena bertarung, mereka saling menguatkan dan menyemangati satu sama lain. Padahal mereka adalah rival yang sebentar lagi akan menghelati ajang pertarungan, tapi dengan mudahnya mereka malah beramah tamah seperti itu. Kira tersenyum saat Andini sempat berbalik kepadanya sebelum melangkah menuju kubunya.

"Kira, semangat ya!! Gue yakin gue akan menang, profesional kan?" Ucap Andini sambil menyunggingkan smirknya, dan hanya ditanggapi dengan kekehan oleh Kira.

Setelahnya, Kira dikejutkan oleh kedatangan Angga yang menghampirinya. Bukankah kemarin-kemarin, Angga dan Mas Reyhan mengatakan ada urusan dan memohon maaf karena tidak dapat mendampinginya di arena? Tapi, sekarang kedua orang itu berdiri dihadapannya dengan Mas Reyhan yang langsung mengusak rambutnya.

"Lho, bukannya kalian ada urusan hari ini? Kok balik lagi kesini?" Tanya Kira heran.

"Nggak jadi, urusannya ditunda" Ucap Angga singkat sambil acuh.

"Terus, kalian udah ketemu Fahri? Gimana Fahri?" Tanya Kira lagi dengan antusias. Entah mengapa akhir-akhir ini ia merasa antusias jika membahas bocah tengil satu itu. Dan hanya dijawab dengan gelengan oleh Angga.

"Oh, iya.. Kira udah selesai tahap penyisihan, lho.. Keren nggak?" Tanya Kira dengan antusias. Tapi Angga hanya memandangnya dengan senyum tak iklasnya, dan Mas Reyhan yang terus saja fokus ke ponselnya.

"Ishh" Gerutu Kira sambil memberenggut.

Apakah ia tidak berarti bagi mereka? Biar bagaimana pun, Mas Reyhan adalah gurunya. Sedangkan Angga sudah ia anggap seperti kakak sendiri. Apakah memberikan ungkapan semangat dan dukungan merupakan hal yang sulit? Rasanya Kira ingin menangis saja sekarang ini.

"Arsy Sakirana!" Pengumuman terdengar lagi, dan kali ini memanggil namanya.

Dengan mendengus, Kira berjalan melewati mereka begitu saja. Sedangkan dibelakangnya, kedua sosok laki-laki beda usia tersebut tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Kira.

"Sudah siap?" Tanya wasit, setelah Kira dan lawannya, Andini. Memposisikan diri mereka ketempat yang seharusnya.

"Siap!" Jawab keduanya dengan serempak sambil mengulas senyum simpul antara satu dengan yang lainnya.

"Mulai!!" Ucap wasit dengan tegas dan beringsut menjauh dari tempatnya berdiri tadi.

"Let's play with me Kira.." Ucap Andini seraya tersenyum, dan hanya dihadiahi oleh tonjokan pertama dari Kira.

Serangan pertama berhasil Kira berikan dengan keterkejutan yang terbit dimata gadis tersebut. Tapi, dengan sigap Andini mengelak dan memberikan tendangan di bawah, kearah kaki Kira. Dan Kira sudah mengamati hal itu.

Kira meloncat ke depan. Niat hati ingin segera meringkus Andini yang masih berjongkok usai menyerangnya tadi, namun sayangnya Andini cukup lincah untuk menghindar dari serangannya. Kira berdecak kesal dan mengatur napasnya sambil mengamati Andini yang mulai bergerak.

Kira memasang kuda-kudanya lagi, kali ini dengan perasaan yang lebih tenang lagi. Andini mulai menyerangnya dari depan dan Kira juga berusaha menangkis pukulan Andini. Saat tangannya hampir saja meleset, Kira segera berbalik dan mendapati Andini yang sudah menarik tangannya dengan cengkeraman kuat. Kira sedikit meringis menyadari hal itu, tapi Kira tidak kehabisan akal. Ia segera menarik tangannya, dan otomatis tangannya terlepas dari genggaman Andini.

Setelah itu, serangan-serangan lainnya saling mereka berikan, adu tonjok dan tendangan. Saling memelintir, mengecoh dan menjatuhkan. Tapi, sampai setengah jam terlewati, pertarungan belum juga berhenti. Mereka berdua memiliki gaya bertarung sendiri yang unik dan menegangkan.

Seperti saat ini, di arena pertarungan tersebut tengah ramai dengan celotehan hiruk pikuk orang yang menonton. Saling memberikan dukungan kepada mereka tanpa henti. Dan itu justru membuat semangat mereka untuk menjatuhkan sama lain membara.

Dan Kira sempat-sempatnya tersenyum ditengah usaha Andini menjatuhkannya. Waktu sudah semakin menipis dan menyesakkan. Tapi, dilihat dari manapun pertarungan ini belum akan berhenti. Tepat lima detik sebelum waktu habis, Kira membanting tubuh Andini dengan kasar. Pastinya setelah Kira mengerang karena tangan putih milik Andini sempat membuat hidungnya mimisan, anggap saja ini balas dendam. Sakit? Jangan tanyakan.. pasti tubuh Andini serasa dibantai begitu saja.

"Gue menang" Ungkap Kira ditengah napasnya yang tersengal.

Andini masih dalam posisinya yang terjerembab setelah dibanting. Sempat memutar bola mata jengah dan terkekeh pelan saat melihat aliran merah menyala dihidung gadis yang membantingnya beberapa menit lalu itu. Dia merasa heran, bagaimana Kira masih sempat-sempatnya menjabarkan kekalahannya. Andini rasa.. Kira akan menjadi salah satu orang yang akan ia temui sesering mungkin akhir-akhir ini. Karena menurutnya, Kira menarik?

Hai-hai-haiiii
Kita balik lagi.. yey!!
Mana saurakannya? Aseekkk!!
Aku up lagi nih, setelah sekian lama.. dan sangat lama... aku nggak kepikiran buat up😥
Tapi, kalian jangan cedih ya.. aku bakalan nuntasin cerita ini samlai ke akarnya kok wkwkw
Selamat membaca😍








Design And Plan#BJPW #WATTYS2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang