Part 27

32 1 0
                                    

"And two times, you let it slip from your lips"


"Thanks, Fah!" Ucap Kira setelah deru motor Fahri sampai di halaman rumah Kira.

Fahri hanya membalas dengan tersenyum, tanpa ada niatan untuk berkata lain-lain.

"Udah deh, gue mau pulang" Kata Fahri sambil mengacak pucuk kepala Kira dengan grasak-grusuk.

Kira hanya diam, walau sebal tapi ia harus tahan. Hitung-hitung bersikap manis, setelah mendapat serantang makanan dari ibunya Fahri.

"Iya"

Fahri yang selesai memasang helm, kembali menoleh pada Kira yang memandangi kaki-kaki kecilnya. Kakinya menunggu Fahri segera pergi dan mengistirahatkan raganya.

"Kir.."

"Hah? Ada apa?" Tanya Kira mendongak dan mengerjapkan matanya berulang kali.

Entah kenapa raut wajah Fahri kali ini berubah menjadi serius. Seperti ingin berbicara sesuatu yang penting kepadanya. Namun, sorot serius itu tiba-tiba berubah muram dan sendu. Seolah terlalu menimbang, apakah ada yang Fahri sembunyikan?

"Ih, lo kenapa sih?" Tanya Kira tak sabaran, jujur saja ia sudah mengantuk.

Fahri hanya mengulas senyum. Lalu menggeleng pelan, sebelum melemparkan senyum cengengesannya kembali.

"Nggak 'kok, nggak papa" Jawabnya kemudian menghidupkan motornya.

"Gue pulang ya" Lanjutnya sambil ngacir dari halaman rumah Kira yang sepi.

"Iya, salam buat ibu lo ya! Btw, lain kali bilangin buat masakin gue lagi. Hehe"

Teriak Kira. Walau ia yakin suaranya timbul tenggelam diantara deru angin malam yang menerobos masuk ke helm Fahri yang digunakan menerjang jalan.

Setelah merasa Fahri benar-benar menghilang ditelan hari yang sudah mulai gelap, Kira melangkah masuk.

Mengingat kembali wajah serius Fahri yang menatapnya tadi. Kira merasa Fahri ingin mengatakan sesuatu kepadanya, tapi ya sudahlah. Toh, itu mungkin hanya perasaannya saja.

"Dasar Fahri aneh!"

Kembali ia langkahkan kakinya menuju kerumahnya yang sudah terang, berarti Mamanya sudah pulang. Dengan ceria, ia melangkah dengan senandung kecil yang mungkin saja tak sengaja ia senandungkan.

Entahlah, hari ini dia merasa bahagia. Entah karena apa. Atau mungkin, karena serantang makanan yang ibunya Fahri berikan yang sekarang ia tenteng ini? Atau, karena mungkin bebannya sudah sedikit lega dengan bercerita kepada Fahri?

***

Gila-gila-gila!

Fahri hampir saja merasa jantungan mendadak. Bahkan, se-awam itu ia masalah perasaan.

"Kok jantung gue deg-degan kaya gini banget ya? Apa jangan-jangan gue punya penyakit jantungan?" Gumam Fahri sambil menatap lurus ke depan.

Lelah sendiri, karena sedari tadi mondar-mandir tidak jelas.

Sebenarnya, Fahri tahu apa sebab dan alasan kenapa jantungnya memompa lebih keras. Bahkan cukup tahu, tapi ia memilih untuk abai. Karena ia yakin, dirinya belum cukup nyali untuk mengungkapkan itu.

Menatap pantulan dirinya kembali di cermin, lalu menghela napas dalam-dalam. Sebelum akhirnya, berbalik dan melangkah untuk menghempaskan beban  tubuhnya ke kasur.

"Hh"

Nafas Fahri ia buat se-normal mungkin, menghindari segala keluh yang hanya akan menguar jika ia terus memikirkannya seperti orang gila.

Design And Plan#BJPW #WATTYS2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang