Part 22

22 5 0
                                    

Dan saat semuanya telah berlalu
Saat aku yakin semuanya sudah tenang dan memastikan bahwa kamu takdirku..
Aku akan melangkah
Berusaha mengungkap segala kediaman yang tak ada sela perhatian
Namun aku hanya ingin kamu tahu
Aku memperhatikanmu dari jauh..

Suaru deru napas yang saling berkejaran itu menghiasi tangga kecil yang ada di rooftop gelanggang olah raga. Mengiringinya dengan suara khas derap langkah yang berkejaran berirama.

Setelah berhasil menyeret Kira dari tempat break ke tempat ini, Fahri merasa puas. Sedangkan Kira merasa kesal sekaligus lelah karena diseret kesini dengan paksaan. Bahkan seragam karatenya sudah penuh dengan cucuran keringat.

"Huh" Satu desahan suara itu berhasil lolos dari mulut kecil Kira. Sedangkan matanya menatap punggung Fahri yang membelakanginya, karena orangnya sedang menatap pemandangan ramai di bawah sana.

"Fahri!! Lo kenapa bawa gue ke sini?" Tanya Kira memecah keheningan sambil membenahi surainya yang diterbangkan angin dari kucirnya.

Fahri berbalik menghadap Kira dengan senyum dan ringisan khasnya. Sambil mengelap keringatnya yang jatuh ke dahi, ia melangkah mendekat ke arah gadis yang tadi di paksanya ke sini.

"Gue menang Kira!!" Ucap Fahri dengan bangganya. Bahkan, dengan kekanak-kanakannya ia mengangkat kedua tanganya. Berusaha menunjukkan pada dunia bahwa ia pemenangnya.

Kira mengernyitkan alis bingung, kemudian tertawa kemudian. Merasa lucu dengan sikap Fahri yang selalu membuatnya kesal lalu tertawa di selang waktu yang hampir bersamaan.

"Oke, lo menang. Terus kenapa emangnya?" Tanya Kira berlagak kesal dan tak tahu apa-apa. Padahal, tawanya sedang sulit ia tahan agar tidak kebobolan.

Fahri mengerucut sebal, lucu. Kemudian mengusak rambutnya yang mulai gatal. "Lo kan pernah bilang kalau mau kasih sesuatu saat gue menang Kir.. masa iya, lo udah lupa?"

Kira tertawa terbahak-bahak, kemudian menghampiri Fahri dan secara spontan memeluknya sayang. Menepuk-nepuk punggung lebar Fahri kemudian membawa punggung tegap itu ke arahnya.

"Oke, sekarang lo mau apa, hm?" Tanya Kira sambil tersenyum dan melebarkan kedua matanya dengan imut.

Tapi bukannya disambut dengan senyum manis atau senyum jahil Fahri. Kini ia hanya di sambut wajah super manis Fahri yang mana membuat Kira memudarkan senyum manisnya, memundurkan tubuhnya dan memasang wajah risih ditatap seperti itu.

"Lo kenapa lagi? Kan hari ini lo menang. Lo bisa minta apa aja ke gue, tapi jangan yang berhubungan sama duit banyak ya?" Pinta Kira diiringi dengan ringisan asal yang mau tak mau mampu mengurangi rasa gugup Fahri.

"Hm, beneran boleh minta apa aja?" Tanya Fahri dengan deheman sedikit agar suaranya bisa terdengar tenang. Langkahnya membawanya maju lebih dekat dengan Kira, gadis itu menahan gugup saat tanpa sadar tangannya mencekam karena jarak mereka yang begitu dekat.

"Fah-"

"Gue, mau.. lo kasih gue cinta yang pernah lo janjiin dulu" Fahri sedikit memundurkan tubuhnya, menopang dadanya dengan kedua tangannya seraya tersenyum penuh kemenangan.

Kira nge-blank seketika. Bahkan, wajahnya yang tadi memerah, kini pias seketika. Bingung sekaligus terkejut mendengar kata-kata Fahri yang baru saja di lontarkan. Mencerna dengan sedikit lambat dan mengira-ngira, kapan ia bicara seperti itu?

Lalu wajahnya menggelap seketika saat mengingat sepenggal kalimat yang pernah ia jadikan lelucon untuk Fahri beberapa waktu yang lalu. Sebulir keringat jatuh ke dahinya. Sekarang Kira tahu, jika ini bukan saat yang tepat untuk bercanda.

Dan di sana Fahri memandangnya dengan wajah serius. Jadi, apa yang pernah Kira dengar benar? Jika Fahri suka dengannya? Kira menggeleng-nggelengkan kepalnya, berusaha mengusir pikiran rancu itu dari kepalanya saat sekelabat dialog di antara mereka merebak begitu saja.

"Kalau lo menang, gue kasih hadiah deh!" Ucap Kira. Lesung pipinya terlihat jelas dengan begitu manisnya.

"Emang, apa hadiahnya?" Tanya Fahri yang penasaran

"Cinta" Dan sejurus kemudian Kira tertawa terbahak-bahak, sedangkan Fahri memberenggut kesal.


Kira tersadar saat sebuah tepukan halus mendarat di keningnya yang tertutupi sesurai rambut poninya. Matanya mengerjap-ngerjap diiringi dengan pandangan nanar kebingungan yang mengarah kesegala penjuru.

Di lihatnya Fahri yang sedang tersenyum di depannya. Senyum manis yang selalu dijadikan dan dianggap lelucon oleh Kira sepanjang mereka saling mengenal dan belajar bersama.

Akan tetapi, kini Kira merasa bahwa senyum itu adalah senyum kekecewaan. Dan Kira tak tahu sebabnya karena apa. Bukankah dialog yang lalu itu hanyalah sebuah candaan di antara mereka. Jadi, Kira pikir.. Fahri berpikir tidak sampai sejauh itu.

"Fahri..." Kira menjeda perkataannya. Bahkan, matanya saat ini sudah perih dan tak kuasa membendung air matanya.

Takut, itulah yang ada dalam benak Kira. Bukannya Kira ingin memberi harapan Fahri atau bagaimana, tapi maksudnya saat itu hanyalah bercanda. Dan, lagipula untuk apa Fahri mengungkit hal itu? Bukankah mereka hanya berteman saja?

Sekarang, giliran Fahri yang tertawa terbahak-bahak. Bukannya apa, tapi ia hanya merasa lucu saja dengan ekspresi Kira yang menganggap terlalu serius omongannya. Yah, meskipun jauh di lubuk hatinya, ia berharap Kira sadar bahwa ia menyukainya.

"Buahahahhah"

"Lo kenapa ketawa sih Fahri!!" Ucap Kira sambil mengernyitkan kedua alisnya.

"Lagian lo sih, nanggepinnya serius pake banget!" Cerocos Fahri sambil menonjok lengan Kira pelan.

"Atau jangan-jangan, diem-diem lo emang suka gue?" Tembak Fahri sambil tertawa usil. Padahal jauh di lubuk hatinya, ia berharap Kira tersenyum malu-malu dan mengatakan "iya"

Kira kesal bukan main. Ia pikir rumor tentang Fahri yang naksir dia benar. Ternyata, semuanya hanya sekedar isu dan rumor semata. Tapi, Kira bisa merasa lega dan tenang sekarang. Setidaknya, persahabatan dan pertemanan mereka tetap akan utuh tanpa adanya hambatan tak berguna semacam kesalah pahaman tentang perasaan.

"FAHRI!!!"

Kira berteriak kesal dan memukul serta menendang kepala dan betis Fahri dengan gemas. Sedangkan Fahri mengeluh sakit dengan kencang seraya berusaha menghindar dari serangan Kira.

Akhirnya, percakapan mereka yang mencanggungkan berakhir dengan  agenda kejar-kejaran mereka di rooftop gelanggang olah raga. Menghiraukan segala panggilan dari speaker yang terus menggema memanggil pemenang utama pertandingan silat di bawah sana. Sesimpel itu dan hati mereka kembali tertata. Setidaknya untuk hati Kira yang masih belum tahu kebenaran bahwa, Fahri bersembunyi dalam kabungan rasa yang masih gamang di lubuk hatinya yang paling dalam.

Yuhuuu!!! Balik lagi😆
Pasti kalian udah kesel banget ya nungguin dan mikir "kapan Design & Plan balik lagi?"
Tapi beneran deh, aku sekarang nggak bisa nargetin kapan Kura sama Fahri update..
Karena selain aku sekarang udah kerja, aku juga sedang dalam masa kehabisan ide nih wkwkwk
Jadi, maaf kalau ceritanya nggak sreg🙏
Btw, selamat berdialog melalui hati sama mereka ya😘😘

Design And Plan#BJPW #WATTYS2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang