Walu

63 18 1
                                    

Tiga hari setelah peristiwa Naura shok ringan dengan perbuatan preman pada malam hari di dekat warung bertenda biru muda. Warung Pecel Lele. Naura kembali seperti semula...

"Hai Naura" sapa Erwin yang sudah menunggu gadis favoritnya dihalaman kost

"Pak polisi, ngapain disini" ujar Naura masih sinis tapi sudah lebih menerima kehadiran Erwin dihidupnya

"Pak polisi mau nangkap gadis yang tidak suka memakai helm saat berkendara"

"Wah tangkap saja pak polisi, siapa itu orangnya"ujar Naura pura pura tak tahu siapa yang dimaksud Erwin

"Iya, saya sedang menunggu dia keluar ini. Setelah dia keluar ingin saya bawa ke kantor biar mudah diproses" ujarnya yang masih meneruskan drama penangkapannya

"Kalau orangnya keluar mau diapain dikantor pak polisi" ujar nya masih santai

"Mau saya kasih makan enak didalam ring" ujarnya melirik Naura dari ekor matanya

"Wah saya mau dong Pak polisi dibawa ke kantor nya, saya mau perbaikan gizi" ujarnya yang sudah berpikiran kalau didalam ring kantor polisi benar ada makanan enak

"Engga ah, bukan kamu yang ingin saya tangkap"ujarnya yang menahan tawanya

"Namanya siapa pak polisi?"

"Namanya Naura Maudiya, bukan kamu pasti" ujar Erwin yang masih ingin menggoda Naura

"Itu nama saya pak polisi" ujarnya cepat

"Ah saya tidak percaya, Naura Maudiya itu orang nya cantik. Tidak seperti kamu jelek begini" ujar masih dengan santai

"emm yaudah deh aku pergi, aku kan jelek ya. Tungguin aja orangnya sampai mampus, engga bakalan ada juga" ujar Naura cemberut dan langsung melangkah pergi dari hadapan Erwin.

Melihat itu, Erwin langsung mengejar Naura dengan Sepeda motor yang ia bawa kalau sedang bertugas sebagai polisi.
"Naura tunggu, ayo pak polisi antar ke kantor polisi" mendengar itu Naura menoleh sebentar lalu kembali menatap jalanan mencari angkutan umum yang lewat

"Eh anterin ke kampus maksudnya, ayo. Pak polisi hanya bercanda, maafin ya" ujar Erwin menahan tangan Naura yang ingin menjauh darinya.

"Naura maafin pak polisi nya Naura ya, kalau engga nanti Naura engga punya pak polisi lagi loh" ujar Erwin menggoda Naura

"Yaudah, nanti Naura cari pak polisinya Naura yang lain. Naura kan cantik, pasti banyak yang mau jadi pak polisinya Naura" raut wajah Erwin yang tadinya tersenyum berubah menjadi datar

"Naura, kok gitu sih ngomongnya. Jangan bercanda Ra, Pak polisi hanya bercanda Ra"

"Naura engga bercanda, Naura serius" Ujar Naura membuang mukanya kearah lain

"Pak polisi pergi ya Ra, Naura kan mau cari pak polisi Naura yang baru" ujar Erwin benar benar pergi dari hadapan Naura.

"Pak polisi nya kok malah pergi sih, Naura kan pura pura mau cari pak polisi baru. Kok pak polisi nya malah marah sih" ujar Naura pada dirinya sendiri

Seminggu telah berlalu, Pak polisinya Naura tidak pernah lagi muncul didepan kost nya. Dia pun merasa bersalah dan sudah beberapa pesan ia kirim ke nomor Erwin. Pak polisinya. tapi tak satu pun yang dibalas. Naura pun mencoba untuk menelpon Pak polisinya...

"Halo" ujar Naura senang setelah nomor yang dihubungi telah menerima panggilan teleponnya

"Halo pak polisi" masih tak ada suara diseberang sana

"Pak polisi, bicara dong. Naura minta maaf, Naura terlalu kekanakan" ujar Naura menangis semakin merasa bersalah karena ia masih tak mendengar suara apapun dari si penerima telepon darinya

"Naura, jangan nangis" ujar sipenerima dengan berat

"Pak polisi, Naura ga mau pak polisi baru. Naura mau pak polisi Erwin saja. Pak polisi maafin Naura ya" ujarnya masih dengan suara serak sambil menangis

"Naura jangan nangis, pak polisi jadi ikut sedih nanti" ujar Erwin susah dengan adanya selang pernapasan dihidungnya

"Pak polisi begitu marah ya sama Naura, sampai sampai Pak polisi ga pernah datangi lagi Naura. Maafin Naura Pak polisi, Naura minta maaf. Pak polisi datang ya ke kost Naura"

"Maafin pak polisi Naura, Pak polisi belum bisa datangi Naura dikost sementara waktu ini" ujar Erwin tak sanggup mengatakannya

"Kenapa tidak bisa pak polisi, Pak polisi marah banget ya sama Naura. Ah ia Naura memang ga pantas dimaafkan ya Pak polisi, Naura tutup ya pak polisi Naura" putus Naura sepihak,

lalu ia menangis dengan mulut yang ia tutup dengan tangannya. Ia benar benar merasa bersalah dan tak pantas untuk dimaafkan karena tindakannya yang masih kekanakan diusia jalan dua puluh tahunnya.

Ia terus menangis hingga tertidur dalam keadaan terduduk, dengan posisi kepala tertunduk.

Sat,june30th'18

My Boy PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang