Ten

50 13 1
                                    

Tiga minggu berlalu dan rencana Naura yang ingin menyatukan Kaka nya Laura dengan pria yang kaka nya sayangi berjalan dengan lancar, juga terlihat Erwin sering mengantar-jemput Laura di kost mereka.

"Sepertinya mereka semakin dekat, berarti misi aku selesai sudah menyatukan ka Laura pada orang yang dia sayang sejak lama"
ucapnya pelan dari balik jendela.

Dan saat itu Erwin mendengar perkataan Naura, maka Erwin pun mengetahui maksud dari rencana Naura.
Dia marah, ia pun langsung merankul pundak Laura agar mendekat pada tubuhnya lalu berjalan hingga motornya. Ia sengaja ingin membuat Naura cemburu dan benar saja Naura melihat rangkulan tangan Erwin hatinya sakit, perlahan air matanya menetes saat ia sudah didalam kamar.

"Kenapa hati aku sakit, kenapa aku mennagis" batin Naura

"Naura"
panggil Laura sambil mengetuk kamar Naura, karena tidak ada sahutan dari dalam Laura pun membuka pintu kamar yang tak terkunci itu dan melihat adiknya Naura sedang tertidur.
Merasa terusik dengan seseorang yang ada didalam kamarnya, Naura membuka matanya dan melihat kaka nya Laura tersenyum senang.

"Sudah pulang ka"
tanya Naura masih menguap

"Naura..Naura tadi Erwin menyatakan cinta padaku dan kau tahu sekarang kami telah resmi berpacaran, makasih ya adik ku karena mu kami bisa pacaran dengan cinta pertama kaka.

Kaka sayang kamu Naura"
ujar Laura memeluk Nauran dengan hati senang tanpa sadar ia menyakiti hati Naura. Saat dalam melepas pelukan mereka, Naura menahannya karena tiba tiba saja ia menangis. Menangis tanpa suara.

"Are you okay Naura"
tanya Laura yang merasa Naura ada yang beda saat tak ingin juga melepas pelukan mereka. Naura hanya mengangguk.

Setelah ia bisa mengontrol air matanya dan suara nya tidak seperti orang habis menangis.
Masih dalam berpelukan..

"Aku terlalu senang mendengar kabar itu ka, aku senang akhirnya kaka bisa bersama orang yang kaka sayang"
Naura melepas pelukan mereka dan tersenyum didepan Laura

"Yaudah, kaka mau istirahat dulu.
Kamu juga istirahat ya"
ujar Laura mencium pipi kanan Naura.





Dipagi hari yang seharusnya membuat Naura bahagia yang akan menghadapi ulangan hariannya, ia tampak tak berniat mengikuti ulangan tersebut.
Hingga kelas berakhir...
Naura berjalan tanpa arah hingga sampai di canteen kampus dan duduk dengan asal tak menghiraukan seorang pria yang sudah duduk didepannya.

"Bagaimana kabar mu Naura Maudiya, aku harap kamu pasti bahagia bukan. Secara gitu, rencana mu berjalan dengan lancar hingga mereka jadian"

ujar pria didepan Naura yang sebenarnya ia tahu kalau perasaan gadis yang masih ada didalam hatinya terlihat kacau dari raut wajah gadis didepannya

"Aku tidak seperti yang kamu katakan"
respon nya tapi masih menatap kosong kedepan, seolah pria didepannya tak terlihat oleh penglihatannya

"Bagaimana maksudmu, aku tidak mengerti"
ujar pria yang masih tak ditatap oleh Naura

"Aku tidak tahu, hati ku sakit saat melihat pria yang dulu sering ku panggil pak polisi itu merangkul kaka ku dan hatiku lebih sakit saat mendengar kabar mereka sudah resmi berpacaran dari kaka ku"

"Aku tidak tahu, aku yang awalnya ingin menyatukan kaka yang ku sayangi bersatu dengan pria yang memendam rasa sukanya selama bertahun tahun tetapi diakhir aku merasakan hatiku hancur berkeping tak berbentuk.

Mungkin ini karma buatku, karena aku telah banyak menyakiti orang disekitarku. Misalnya si pak polisi, aku telah bertindak kekanakan padanya hingga membuat dia tak bisa memaafkan ku.
Yang kedua, kaka yang sudah ku sayangi melebihi rasa sayangku pada diriku sendiri.
Aku pernah menyakiti hatinya dengan selalu bersama pria yang ia cinta semasa SD hingga sekarang.
Hingga membuatku untuk menyatukan mereka, yang satu sangat peduli padaku tapi aku sering mengabaikannya padahal ada orang lain yang lebih peduli padanya tetapi ia menghiraukan rasa peduli seorang wanita lain padanya.
Aku ingin biarlah mereka yang menyempurnakan rasa peduli itu, dengan saling memberi rasa peduli satu sama lain.
Dan aku, biarlah aku yang merasa sakit disini.
Memang aku tak pantas berada diantara mereka berdua."

Tes!
Tes!
Pria yang ada didepan Naura bisa merasakan bagaimana rasa sakit yang dialami Naura, apalagi saat ia melihat gadis yang ia cintai meneteskan air mata nya setelah bercerita kalau ia merasa sangat bersalah dengan secara tidak langsung Naura telah mengatakan pada orangnya langsung.
Erwin, pria yang menjadi pendengar Naura. Yang masih belum menyadari dengan siapa ia berkeluh kesah, dan masih meratapi rasa bersalah yang snagat besar didalam pikirannya.

My Boy PoliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang