Bagian 5

14 4 3
                                    

   6 bulan berlalu tanpa dean, aku membiasakan diri tanpanya meskipun banyak sekali kenangan yang sering muncul di kepalaku akhir akhir ini.

Hari ini pekerjaanku sedang libur, aku berniat untuk ke Cupola Coffee, yah itu caffe favoritku dengan dean. Lebih tepatnya sewaktu dulu.

Saat aku sudah memesan Capucino Coffee dan beranjak pergi ke tempat yang biasa aku duduki, ternyata ada seorang pria tampan dengan penampilan mapan duduk di kursi yang biasa dean tempati.

"emhhhhh, maaf boleh duduk disini?" tanyaku dengan ragu kepada pria tampan itu.

"Silahkan, Lagian mubajir juga kursi itu tak di tempati" jawabnya dengan senyumnya yang mampu meluluhkan hati wanita mana saja.

"Terimakasih" Bibirku yang memperlihatkan senyuman termanisku tanpa ragu.

Aku kira duduk dengan orang yang tidak dikenal akan canggung dan berdiam tanpa bicara, namun ini beda, ini sebaliknya dia sama seperti dean saat pertama duduk berdua denganku, banyak bicara dan selalu menjadikan segala objek bahan bicaraan.

"Boleh ku minta no hp mu?" Tanya nya dengan menyodorkan hpnya padaku.

"Tentu" ucapku yang entah kenapa bisa segampang ini memberikan no hpku pada orang yang baru saja bertemu.

Diapun berpamitan untuk pulang, dan berjanji akan meneleponku nanti malam. Tak lama setelah dia keluar, akupun beranjak untuk pulang.

~~

Jam makan malam pun tiba, aku dengan keluargaku tengah duduk rapi di ruang makan. Dan membicarakan tentang segala aspek keseharian.

Setelah makan malam aku pergi ke kamar, entah kenapa hatiku sangat senang bertemu dengan orang tadi. Sifatnya seperti dean, Aku suka itu.

*Kring kring kring
Handphoneku berbunyi menandakan ada yang meneleponku, ku ambil dan kulihat layarnya dengan panggilan tanpa nama.

"Hallo, Bisa bicara dengan firda?" ucap seseorang di sebrang sana.

Deg. Hatinya berdebar, suaranya sama seperti dean. Apakah itu dean? Namun mengapa suaranya seperti dean?

"Halo, Bisa bicara dengan firda" ucapnya lagi.

"Ehh i-iya, saya sendiri" Ucapku dengan terbata bata.

"Ini aku, Yang tadi di Cafe. Kamu ingat?" jawabnya.

"Ohh, Ini Reza? Ku kira kamu tidak akan menelponku"Sambungku.

"Kan aku sudah Janji tadi, Tapi kenapa kamu melamun saat aku berbicara tadi" Lanjutnya.

"Suaramu sama seperti orang yang dulu pernah menyayangiku lalu meninggalkanku" Jawabku lirih.

Dan bla bla bla, aku bertelponan dengannya sampai tengah malam, sampai kita ketiduran dan durasi yang mengakhiri pembicaraan kita.

~~

Dari obrolan itu, akhirnya kita sering bertemu, bahkan menjadi teman dekat dia selalu kerumahku, dan aku juga sebaliknya.

Aku mulai nyaman dengannya, Namun tingkah lakunya membuatku tak bisa melupakan dean. Dirinya seperti Copy Paste Sifat Dean.

Bagaimana ini? Aku harus tetap menunggu dean? Ataukah berpaling darinya? Argggghhhhh. Hatiku ragu, aku takut salah mengambil tindakan. Namun Setiap Tindakan Pasti ada Resikonya! Aku harus lebih dewasa!.

Gimana gaesss part yang ini? Orang baru yang bernama reza sudah mengambil hati Firdaa😱  akankah Firda berpaling? Atau kuat dengan tekadnya yang akan menunggu dean?.

Deannnnn, Kenapa sih ngilang gitu aja? Gak tau apa Firda nunggu udah Lebih dari setengah Tahunn😒.

Jangan lupa kasih Vote + Coment ya gaess😘Dukungan Kalian Membuat author Semangat Buat Lanjutin Bagian selanjutnya😍.

See youuu😘😘

LembayungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang