Keluarga

1K 13 0
                                    

"Sial, aku terlambat" ucap seorang gadis muda yang terburu-buru bangun dari ranjang bersama seorang pria asing disebelahnya. Tak lupa, saat meninggalkan kotak apartemen tersebut dia mengambil beberapa uang dari dompet pria tersebut dengan tergesa-gesa kemudian pergi meninggalkan bangunan itu.

Ya, wanita itu bernama Zia. Nama akrabnya adalah Senja atau bisa dibilang nama samarannya, seorang gadis berusia 22 tahun yang harus mencukupi kebutuhannya dan ayahnya yang sedang sakit. Sosok wanita dengan pahatan wajah dan tubuh terindah yang pernah diciptakan oleh Tuhan yang mampu menggoyahkan hati setiap kaum adam yang memandangnya.

"Madam, ini setoran semalam. Bolehkan aku meminta setengahnnya untuk mengobati ayah ku? Dia harus ke dokter hari ini juga"
"What? Setengahnya? Hei Senja, ingat ya jam berapa ini kamu baru setor. Dan dapatnya cuma segini. Disini saya itu membantu kamu, jadi kamu jangan semena-mena minta imbalan lebih besar daripada teman-teman mu yang lainnya" ucap ketus seorang wanita paruh baya yang biasa dipanggil madam tersebut.

Dia adalah madam Laine, kata orang dia bisa membantu segala permasalahan gadis-gadis muda di lingkungan ini. Senja bertemu dengan madam Laine saat dia berteman dengan Wina, sahabatnya yang sudah meninggal terkena AIDS dua tahun silam. Hingga saat ini Zia masih berdiri kokoh dibawah naungan madam Laine untuk mencari sebuah kertas yang bisa mengubah dunianya. Uang.

"Sial, aku sudah susah payah untuk ikut laki-laki itu tapi hanya segini yang ku dapat. Aku harus bagaimana, ayah pasti tidak bisa berobat dengan uang segini." Gerutu Zia saat menuju dirumah kecil dengan pintu berwarna coklat dengan halaman yang cukup rapi tanpa pagar itu.
"Ayah, Zia pulang"
"Dari mana saja kamu nak, ayah benar-benar khawatir. Kamu katanya cari uang kenapa sampai semalam penuh. Kamu kerja apa nak?" Ucap pria yang usianya menginjak 50 tahunan itu.
"Zia kerja yah, cari uang buat obat ayah. Ini uangnya yah, setidaknya cukup untuk membeli separuh obat dari resep ayah. Dan lagi Zia kerja jaga toko yah, tokonya gede banget mangkannya Zia dapat uang besar, gajiannya harian juga. Ayah jangan khawatir." Gadis itu menatap ayahnya dengan wajah sendu dan menghardik mati-matian dirinya karena telah berbohong kepada ayahnya.
"Ya sudah, kamu mandi lalu sarapan ayah sudah memasak. Setelah makan kita ke makam ibu mu. Kasian sudah lama kita tidak kesana."
"Siap bos" sahut Zia.

"Halo sayang, apa kabar. Aku datang sama anak kita ini. Dia sudah besar, kamu tidak perlu khawatir dia aman bersama ku. Aku merindukanmu." Ucap ayah Zia saat dia berada di makam ibunya. Bagi Zia, ibunya adalah seorang brengsek, dia adalah pemabuk berat. Dia sangat membenci ibunya karena ibunya membuat ayahnya bekerja sangat keras demi memenuhi hasrat dan naluri kotornya itu. Bahkan saat ayahnya mulai sakit ibunya pergi meninggalkannya dan lebih memilih bersama teman-temannya untuk berpesta alkohol, sejauh ini itu yang Zia tahu. Tidak tahu lagi kalau ibunya adalah pengguna. Mungkin.
"Ayah, ibu sudah jahat ke kita kenapa ayah merindukannya? Aku benci ibu."
"Hei, jangan berkata seperti, ibu mu dulu adalah orang yang baik."
"Itu dulu, tapi jauh di dalam ingatan ku dia adalah ibu yang buruk."
"Zia dengarkan ayah, kamu sudah dewasa dan ayah rasa kamu akan mengetahui hal-hal itu nantinya."
"Apa ayah mencintai ibu?"
"Orang yang ayah cintai sudah tidak ada lagi, tapi perasaan itu masih ada. Dan ayah harap kamu segera menemukannya."

Zia atau SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang