Gadis berambut panjang dengan warna hitam legam itu terbaring diatas kasurnya. Masih menggunakan gaunnya sembari menutup mata dan menghela nafas dengan posisi tangan kanan menutup kedua mata sejuknya.
'Apa yang harus ku lakukan?'
Gerutunya dalam hati.Hari ini, dia bertemu dengan seorang pria atletis. Mungkin pria itu dapat menjadi imajinasi para wanita yang haus akan perasaan lembut dari pasangannya. Pria yang mana bagi Zia adalah pria terbaik selain ayahnya yang pernah dia temui. 'Baik, tampan, lucu, dan sopan. Dia sempurna' gumam Zia untuk kedua kalinya.
Perasaan malam itu bercampur menjadi satu. Antara bahagia dan takut. Bahagia karena dia bisa menjalankan amanat sang ayah, namun terlalu takut untuk melangkah maju kedepan padahal sudah ada tangan yang menawarkan. Bukan itu. Tidak. Bukan. Dia takut, tangan itu akan kembali melipat dan membiarkannya jatuh sendirian.
Gadis ini sungguh merasa bahwa dirinya adalah yang paling hina. Dia merasa bahwa dirinya hanyalah seenggok butiran garam yang dilarutkan kedalam air. Dia bukan siapa-siapa. Dia hanyalah pekerja malam dengan paras bagai peri. Mungil namun badannya sungguh menggunggah hasrat setiap kaum adam yang melihatnya.
Sambil melepas lelah, dia bangkit menuju kamar mandi. Membuka resleting dress kemudian menyalakan shower untuk mandi menyegarkan badan serta pikirannya yang saat ini mengarah hanya pada seorang Archie. Dalam butiran air, tiap tetesnya yang merasuk dalam pori-pori kulit lembutnya hanya ada wajah Archie yang terbayang.
'Sudahlah, jangan pikirkan tentang lelaki itu, kalau dia ingin membantu lusa pasti dia akan menghubungi ku. Kalau dia main-main, toh aku juga merasa tidak pantas menerima bantuannya.' Gerutu gadis itu sembari membilas sabun yang berada diseluruh badannya itu.
*******************
Matahari mulai berada di titik kepala, waktu menunjukkan pukul 12 siang. Zia meloncat dari kasur dengan gerutuannya.
'Sial, aku terlambat lagi.'
Hari ini, tepat dua setengah tahun setelah sahabatnya meninggal. Hari ini adalah ulangtahun Wina. Mereka bertemu saat sekolah menengah pertama. Saat itu Wina adalah gadis ceria dengan paras manis. Kulitnya sawo matang, rambutnya selalu dipotong seperti polisi wanita dan selalu berwarna hitam. Ejekan akrabnya adalah Dora. Iya, Dora yang kartun itu.
Berbeda dengan Zia yang cenderung lebih tertutup dan terkesan dingin dengan sekitarnya. Maklum, dia memang bukan seorang yang pandai bergaul. Maklum juga, dia merasa minder dengan keluarga tiap teman sekelasnya.
Wina dan Zia tidak sekelas. Mereka bertemu di perpustakaan. Saat itu, Zia hendak mencari buku, bukan buku pelajaran pastinya. Hanya sesuatu untuk dibaca. Perlahan menelusuri lorong demi lorong dan meja baca satu persatu. Matanya terpaku pada sosok gadis berambut bob, sedang tidur beralaskan buku Fisika. Dan yang tentu saja ada air liur dalam bukunya. Zia berlahan menghampiri Wina, saat itu mereka tidak saling mengenal. Dia sedikit terkikik saat melihat air liur keluar dari sudut bibir Wina. Mendengar kikikan tersebut Wina bangun dengan air liur berada di sebelah kanan dan rambut yang bisa dibilang cukup berantakan.
"Permisi, saat ini pukul berapa?" Tanya Wina kepada Zia.
Zia terkejut saat Wina bangun, dia takut Wina marah akan kikikan yang Zia lakukan.
"Hm, pukul satu siang. Sudah waktunya masuk kelas." Jawab Zia dengan melihat jam tangan di sebelahnya.
"Kamu tadi menertawakan ku? Kenapa? Apa ada yang lucu?"
"Maaf, tapi ada air liur di pipi mu?"
"Ha? Sebelah mana?" Sahut Wina dengan mata sedikit terbelalak karena terkejut sembari mengusap-ngusap pipinya.
"Disebelah kanan, aku rasa itu sudah kering jadi ada bekas disana."
"Ya ampun, kamu mau menemaniku di kamar mandi? Aku takut bila kesana sendirian."
"Kenapa?" Ucap Zia heran karena sehari-hari dia beberapa kali menggunakan toilet sekolah sendirian ditambah lagi, orang asing mengajaknya menuju ke toilet.
"Kabarnya ada hantu anak kecil dan anak seusia kita meninggal di toilet itu karena kepalanya terbentur dinding toilet! Hih, menceritakannya saja aku sudah cukup merinding."
"Itukan hanya gosip. Tak perlu dipusingkan. Hm, baiklah aku akan menemani mu ke toilet."
"Ahh, kamu peka sekali. Aku tidak biasa ke toilet sendiri. Agak takut, toilet kan sarangnya setan." Jawab Wina sembari beranjak dari kursinya dan berjalan menuju luar perpustakaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zia atau Senja
Teen FictionDia Zia atau Senja? Yang mana saja tak masalah. Asal orang yang sama. Orang yang aku cinta.