Lelaki itu melihat selembar kertas yang membuatnya murung sedari tadi, wajahnya terlihat tidak cocok dengan wajah tampan yang biasanya terpancar dari dirinya. Dia adalah Fairel, Fairel Athariz Fausta, lelaki berwajah tampan ini sedang merasa murung lantaran nilainya yang kurang memuaskan baginya. Fairel adalah sosok lelaki pintar, cuek, dan misterius. Ia menatap lesu melihat angka yang tercetak 95 itu, bagi murid lainnya itu adalah suatu kebanggaan tersendiri, lain dari Fairel ia amat merasa kesal mendapat nilai segitu besarnya.
"Ahhh, kenapa harus segini sih?" gumamnya kesal.Lalu, suara knop pintu terbuka mendapati wanita yang bisa terbilang sudah berumur namun tak mengurangi paras cantiknya. Dia adalah ibu dari Fairel, Irena Laura Fausta.
"Lagi apa nak?"tanya Irena nampak bingung melihat wajah murung putra bungsunya."Mama kenapa kesini?"tanya Fairel mengalihkan pembicaraan.
"Mama mau cek anak tampan mama, kenapa kok wajahnya ditekuk gitu?"tanya Irena selembut mungkin, tidak ingin membuat suasana hati putranya bertambah jelek.
"Gapapa,"jawab Fairel singkat.
"Itu kertas apa? Coba mama lihat"ucapnya lalu mengambil selembar kertas itu dari tangan putranya.
Matanya terlihat serius membaca selembar kertas itu, lalu tak lama seulas senyum menghiasi wajah lelahnya itu."Bagus,"ucapnya melihat anaknya itu.
"Engga ma,"jujur Fairel
"Kata siapa? Ini lebih dari bagus nak"ucapnya berusaha membuat anaknya sedikit lebih tenang.
"Aku malu ma, kenapa nilai aku gak pernah diatas nilai Kak Kevin?"tanyanya entah ditujukan untuk siapa.
"Kenapa harus malu? Mama bangga kok sama kamu"
"Aku malu ma, setiap ada Kak Kevin aku selalu dibanding- bandingkan sama Papa," ucapnya jujur. Fairel memiliki dua kakak, yang pertama perempuan, Willa Elsa Fausta, dan Kevin Aldan Fausta.
"Nak, Papa gak punya maksud membanding- bandingkan kamu dengan Kevin,"ucap Irena sendu.
"Engga ma, Papa tuh seolah benci sama aku, karena aku gak bisa buat Mama Papa bangga, beda sama Kak Kevin yang selalu buat bangga kalian."
"Husss, udah ah Mama gak mau liat kamu kaya gini terus. Sekarang kita makan yuk, Mama udah bikinin makanan kesukaan kamu,"ucap Irena sedikit membujuk.
"Nanti aja ma, aku males,"ucap Fairel dan langsung membaringkan tubuhnya di kasur besarnya itu.
Irena menghela nafas pasrah melihat kelakuan putra bungsungya itu."Yaudah, Mama tinggal dulu ya nanti kalo lapar turun aja." ucapnya lalu bergegas keluar kamar anaknya
Tak ada balasan dari Fairel, mungkin saja dirinya sudah terlelap dalam mimpi- mimpinya.*****
Pukul satu malam Fairel terbangun dari tidurnya karena merasakan perutnya yang keroncongan, dengan langkah gontai ia turun bermaksud ingin makan.
Sesampainya dibawah ia mendapati Kevin sedang menonton tv di ruang tamu, inginnya ia kembali ke atas, namun ia mengurungkan niatnya itu karena bunyi yang ditimbulkan oleh perutnya."Laper?"tanya Kevin melirik sekilas kearah adiknya lalu kembali fokus ke layar tv.
Tak ada jawaban dari adiknya itu, akhirnya Kevin kembali menengok ke arah Fairel."Kalo orang nanya tuh dijawab!" ketusnya
"Kalo orang gak mau ya gak usah dipaksa,"jawab Fairel tak kalah ketus
"Lo kenapa sih?"tanya Kevin sedikit kesal melihat adiknya yang masa bodo dengan keberadaannya.
Fairel segera mengambil piring dan memasukan nasi beserta lauk pauk kesukaannya itu. Lalu bergegas naik keatas.
![](https://img.wattpad.com/cover/149749062-288-k402067.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairel
Teen FictionHallo kawan semuaa Mampir yuk siapa tau suka sama ceritanya. Ayo langsung baca ajaa🤗🤗