Selesai membersihkan diri, Adara dan kedua sahabatnya asik berbincang di atas ranjang milik Vaniya itu.
"Oh iya, gimana soal lo sama Fairel?"tanya Vaniya.
Adara diam sebentar, memikirkan hubungannya dengan lelaki bermulut tajam itu.
"Gue juga gak tahu, Van."ucapnya pasrah.
Vaniya menatapnya heran, beberapa hari ini ia melihat Adara yang suka membawa bekal, dan terlihat sedang bersama Fairel.
"Sekarang gue tanya, lo ada rasa sama Fairel?"tanya Vaniya kembali.
Adara diam saja, tak tahu harus menjawab apa. Hati dan pikirannya benar- benar beda.
"Karena lo gak jawab, gue anggap iya. Dar, kenapa gak coba jujur sih sama diri lo sendiri?"
Adara menatap manik mata Vaniya lekat, lalu tersenyum getir menatapnya.
"Bahkan gue sendiri ragu buat ucap tentang dia, Van."ucapnya kelu.
Tak lama ponsel Adara berdering, ia segera mengangkatnya mungkin itu panggilan dari Velika, ibundanya.
Seketika raut wajahnya berubah saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya, Fairel.
Vaniya dan Winda yang melihatnya sangat geram dengan sikap Adara yang seolah acuh."Angkat dulu, Dar siapa tahu itu penting,"ujar Vaniya.
"Tahu lo, Dar angkat. Gue sih kalo jadi lo gue angkat, siapa juga yang mau nolak pesona seorang Fairel,"celetuk Winda yang dibalas tatapan tajam dari Vaniya.
Dengan berat hati Adara mengangkat panggilan itu, lalu menempelkannya pada telinga.
"Hallo..."
"Iya kenapa, Rel?"
"Boleh gue ngomong sebentar ?"
"Iya ngomong aja,"
"Soal tadi sorry ya, gue telat. Thanks juga bekalnya,"
"Oh iya gak papa, Rel." Balasnya kaku.
"Lo lagi apa, Dar?"
"Lagi tiduran aja. Kalo lo?"
"Gue lagi mikirin lo."
Seketika raut wajah Adara terasa sangat panas, nafasnya jadi sesak hanya dengan mendengar kalimat itu.
Vaniya dan Winda hanya cekikikan saja melihat raut wajah Adara yang nampak menahan malu.
Untung saja itu via telpon, jika bicara langsung mungkin akan terlihat wajah Adara bak kepiting rebus."Kok diam aja, Dar? Udah ngantuk ya,"
"Eng..engga kok, hehe."
"Besok lo ada acara gak?"
"Kenapa emangnya?"
"Gue mau ajak lo jalan, gimana?"
Adara nampak bingung, lalu menatap ke arah sahabatnya itu nampak bertanya kepadanya.
"Udah, lo iya aja, Dar."ucap Winda antusias.
"Menurut gue lo terima aja dulu, siapa tahu itu penting, ya kan?"jawab Vaniya.
Jika di bandingkan Vaniyalah yang lebih bijak di antara mereka, sifatnya yang lebih dewasa dan pengertian itulah yang membuatnya begitu di percayai dalam hubungan persahabatan mereka.
"Iya deh, gue mau." Balasnya setelah mendengar pendapat sahabatnya itu.
"Gue jemput besok siang,"
"Emang lo tahu rumah Vaniya?"
"Apa sih yang gak gue tahu,"
Adara hanya mencibir pelan lalu memutus sambungan telponnya sesudah mendapat salam dari Fairel tadi.
"Acieee, yang bakal jalan bareng sama pangeran sekolah,"ledek Winda.
"Gue harap Fairel gak pernah main- main sama lo ya, Dar,"ucap Vaniya.
*****
Esok siangnya Adara sudah rapih setelah melalui tahap panjang untuk memelih baju dan make up apa yang harus di gunakannya.Karena bakat Winda yang bisa di bilang keren, Adara kini terlihat cantik dan anggun dengan tubuh yang di balut dress berwarna navy dan make up yang natural.
"Gila lo jago banget, Win. Sumpah, Adara cantik banget hari ini,"ucap Vaniya takjup.
"Winda, lo pikir gue mau kemana pake baju begini, emang gue mau ke acara pesta apa?"ucap Adara bingung.
"Aduh, Adara ku sayang. Gak mungkin lah seorang Fairel anak orang paling kaya di sekolah ngajak lo jalan ke taman doang,"ucapnya panjang lebar.
"Ya terus?"tanya Adara masih nampak tak mengerti.
"Lo pikir aja sendiri!"pekik Winda kesal.
Vaniya hanya tertawa melihat kelakuan sahabatnya ini, benar juga dengan apa yang di ucap Winda. Tidak mungkin Fairel membawa Adara ke tempat- tempat biasa, yang pasti tempat yang cukup berkelas dengan apa yang di miliki keluarga Fausta tersebut.
TinTinTin
Suara klakson mobil terdengar dari arah bawah, bisa di pastikan itu adalah Fairel.
Winda berlari ke arah jendela dan menyikap gorden untuk melihat siapa yang datang, benar saja terlihat Fairel sedang berdiri mengenakan kaos putih dengan corak hitam di padukan celana jeans selutut, tak lupa kaca mata yang menyangkut pada hidung mancungnya itu."Lo tahu gak di bawah itu siapa?"tanya Winda heboh.
"Fairel,"ucap Adara biasa.
"Bukan, bukan itu maksudnya,"
"Terus?"tanya Vaniya heran.
"Di bawah ada pangeran nan ganteng lagi nunggu putri cantik Adara,"ucapnya dengan mata berbinar- binar.
Adara hanya tertawa melihat kelakuan sahabatnya ini.
"Ada- ada aja lo, Win,"
"Gue jamin, ini adalah hari paling spesial dalam sejarah hidup lo, Dar."ungkapnya lagi yang dibalas lemparan sisir dari Vaniya.
"Kalo ngomong jangan ketinggian lo,"
"Sakit bego!"umpatnya kesal.
Adara tertawa, lalu memeluk Winda erat.
"Makasih Winda sayang, makasih juga Vaniya sayang. Sini peluk,"ucapnya sambil memeluk kedua sahabatnya.
"Semangat, Dar,"teriak mereka bersama.
Lalu Adara turun menemui Fairel, si manusia tampan bermulut tajam.Jangan lupa tinggalkan jejak ya temen-temen🥰
![](https://img.wattpad.com/cover/149749062-288-k402067.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fairel
Teen FictionHallo kawan semuaa Mampir yuk siapa tau suka sama ceritanya. Ayo langsung baca ajaa🤗🤗