13

100 7 2
                                    

Adara pulang meski berat hati, langkahnya lesu masuk ke dalam kamar.
Mengunci dirinya di dalam ruangan yang sangat di sukainya, tidak menjawab panggilan Ibundanya.

Ia berjalan menuju meja belajar lalu mengambil sebuah buku berukuran sedang bertuliskan
'Catatan Harian Adara'.
Tangannya mulai lihai mencoret kertas putih itu, membuat warna putih berubah akibat tinta hitamnya.

22 Januari
Malam ini aku mendengar setiap kalimat yang kamu ucapkan dengan jelas. Memberi tahu kepadaku tetang kehidupan mu yang sempat ku kira lebih manis dari hidupku, nyatanya aku salah justru hidupmu jauh lebih menderita.

Mungkin jika kamu tidak cerita aku juga tak akan pernah tahu ada luka luar biasa yang kau simpan dalam dadamu.

Fairel...mengertilah
Semua akan baik-baik saja, ku percayakan itu.

Terkadang yang terlihat sempurna justru dialah yang paling menderita, karena Tuhan maha adil, selalu mendatangkan kebahagiaan begitupun kesedihan.

Untuk lelaki yang ku temui di ruang guru waktu itu.
Untuk luka yang menggangu perasaanmu, cepatlah berlalu.
Aku ingin lihat senyum bahagianya, luka cepatlah sembuh.

*****
Pagi ini Adara kembali membuat nasi goreng spesial untuk Fairel tak luput dari bantuan bi Suti.

"Pagi bi Suti"
Sapa Adara dengan senyum merekah.
Bi Suti yang sedang sibuk menyiapkan sarapan pagi lalu berhenti saat melihat Adara yang datang menghadangnya.

"Aduh non bikin bibi kaget aja, iya pagi juga non. Ada apa lagi?"tanya bi Suti yang seolah bertanya.

"Bantu aku buatin nasi goreng spesial lagi ya bi?"

"Oke siap non"sahut bi Suti lalu segera memgambil bahan-bahan yang di perlukan.

Setelah selesai dengan kegiatannya, Adara lalu bergegas membersihkan diri dan turun ke bawah.

"Pagi semua..."sapanya lalu mengecup pipi Velika.

Naura hanya tersenyum memperhatikan adiknya yang menurutnya tak pernah berubah selalu manja, meski sebenarnya ia adalah gadis yang mandiri.

"Akhir akhir ini mama perhatiin kamu berangkat pagi terus, ada apa?"tanya Velika sedikit meledek.

"Kan dia punya pacar ma"ucap Naura yang dibalas tatapan tajam dari Adara.

"Oh...siapa pacarnya kok gak dikenalin ke mama sih?"ledeknya lagi.

"Ih mama percaya aja sama kak Naura"jawab Adara melirik ke arah Naura.

"Ma, Dara, aku berangkat dulu ya."ucapnya setelah berpamitan dengan Velika.

Tak lama Adara segera menjinjing tas ranselnya dan pamit ke sekolah.

"Bye ma.."ucapnya sambil melambaikan tangannya.

Saat hendak berjalan menuju gerbang rumahnya, suara mang Asep menghentikan langkahnya.

"Non Adara,"panggilnya.

"Oh iya ada apa mang?"

"Udah lama gak di anter sama mang Asep, eneng gak cape jalan terus?"tanya mang Asep sedikit ragu.

"Ya ampun mang Asep aku gak kenapa-napa kok. Aku udah biasa jalan kaki juga"ucapnya meyakinkan.

Mang Asep hanya mengangguk pelan.

"Jadi, tugas saya apa dong non?"

"Kan ada mama, mang Asep bisa antar mama kalo pergi,"

"Ya sudah aku harus berangkat sekarang mang, Assalamualaikum..."

FairelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang