Adara berjalan lebih cepat mencari toilet terdekat, sedangkan Luna terus menghela nafas berat. Luna terlihat lelah, sudah lumayan jauh ia dan Adara mencari toilet, namun sampai sekarang belum ditemukan.
"Dar, gue cape banget sumpah," ucap Luna yang kini tengah duduk dibawah pohon besar."Sorry ya Lun, gue bikin lu kecapean. Kalo gitu gue sendiri aja nyari toiletnya, lu balik aja ke tenda. Gimana?"tanya Adara nampak tidak enak melihat raut wajah Luna yang kelelahan.
"Gimana ya Dar, gue gak enak juga sama lo. Nanti kalo nyasar gimana?"tanya Luna yang kini merasa iba dengan Adara.
"Gapapa Lun, gue bisa telpon kok. Kalo nyasar yaudah gue telpon lo atau Dimas. Gimana?"ucap Adara begitu percaya diri.
"Yaudah gue balik ya Dar, nanti telpon gue kalo ada apa-apa,"ucap Luna lalu beranjak pergi.
"Yaudah makasih ya Lun."ucap Adara melanjutkan jalannya.
*****
Hari nampak semakin sore, cuaca juga sudah berubah mendung, Adara terus berjalan mencari toilet. Adara benar-benar tidak bisa menahannya, ia berlari kecil dan benar saja ia menemukan tempat kecil bertuliskan 'TOILET'.Setelah itu Adara mengecek ponselnya, namun layar ponselnya mulai meredup diakibatkan baterai ponselnya hampir habis. Adara merasa cemas, ia menatap langit yang kini sudah gelap dan mulai bergerimis.
"Gue takut banget," lirihnya pelan.Adara hanya diam saja, bingung harus melanjutkan jalan atau menunggu ada anggota yang menjemputnya sedangkan ia tidak dapat mengabari anggota yang lain.
Adara hanya terduduk dengan kaki ditekuk dan tangan yang menyilang, berusaha menutupi dirinya yang mulai merasa menggigil.*****
Di sisi lain, Fairel amat merasa cemas dan gusar, mendapati Luna yang kembali dengan sendiri tanpa adanya Adara. Kemana gadis itu, mengapa belum kembali.
Setelah Luna kembali dan memberikan penjelasan kepada dirinya, Fairel tak berhenti merasa gusar, ia mencoba menghubungi nomor Adara namun nihil, tak ada jawaban darinya.
"Gimana Adara, udah lu coba telpon?"tanya Dimas yang semakin merasa khawatir."Aduh, lo dimana sih Dar, kita khawatir," gumam Luna yang menyesal telah meninggalkan Adara sendirian.
"Nak, apa Adara sudah kembali?"tanya Bu Tuti yang sudah merasa panik sedari tadi.
"Belum bu, ponselnya gak aktif dari tadi," ucap Dimas.
"Bagaimana ini, sudah malam dan hujan. Ibu takut Adara kenapa-napa?" ucap Bu Tuti semakin panik.
Fairel beranjak dari bangkitnya, lalu bergegas pergi untuk mencari dimana Adara.
"Rel, lo mau kemana?"tanya Luna.
"Nyari Adara,"ucapnya dingin.
"Ini hujan, udah gelap juga. Besok pagi aja kita cari sama-sama."ucap Luna khawatir. Ia takut terjadi sesuatu kepada Adara, tapi ia juga khawatir terhadap Fairel. Luna memang digosipkan menyukai Fairel, meskipun sikapnya tak menunjukkan bahwa ia menyukainya.
"Gue cowok bisa jaga diri, dia cewek pasti ketakutan disana, gue gak bisa biarin itu."ucap Fairel lalu pergi dengan langkah cepat.
Ia tak menghiraukan guru dan teman-temannya memanggil namanya.Perasaan bersalah menyelimuti hati Fairel, amanah dari Ibunda Adara tak bisa ia jaga. Gadis yang kini harus dijaganya, hilang dari pandangannya. Ia sangat merasa khawatir, bagaimana kondisi Adara sekarang, apakah dia baik-baik saja, atau kini ia sedang menangis.
Fairel semakin gusar memikirkan apa yang sedang terjadi dengan Adara, ia berlari sambil meneriaki nama gadis itu.*****
Di sisi lain, Adara sedang terisak dengan baju yang mulai nampak basah, tubuhnya menggigil, wajahnya begitu pucat. Adara merasa amat takut, ia benar-benar hampir kehilangan kesadarannya.
"Fairel, gue takut. Lo dimana?"lirihnya pelan dengan isak tangis yang semakin kencang.Fairel terus meneriaki nama Adara, menengok sana-sini, namun belum ditemukan tubuh gadis itu.
Tak lama ponselnya berdering, ia mengecek dan mendapati pesan dari Luna. Bahwa tadi ia meninggalkan Adara di dekat pohon besar yang bertuliskan 'TOILET' dengan anak panah.
Lama mencari akhirnya ia menemukan pohon yang di ceritakan Luna, segera ia mengikuti arah panah itu.
"Adara..." teriak Fairel mencari sosok gadis itu.Tak lama berlari, ia menemukan tempat kecil bertuliskan 'TOILET', ia segera berlari dan mendapati seorang gadis tengah duduk menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Fairel mendengar isakan Adara yang nampak kencang, tubuhnya bergetar. Fairel segera menghampirinya."Adara?"tanya Fairel pelan, membuat sang pemilik nama itu mengangkat kepalanya.
Adara menatap wajah Fairel, lalu segera memeluk tubuh lelaki di depannya itu.
Fairel kaget dengan sikap Adara, tak lama ia memahami sikap gadis ini. Ia membiarkan Adara menangis dalam pelukannya, membiarkan gadis ini meluapkan segala ketakutannya."Fairel, gue takut. Takut banget," ucap Adara dengan suara serak.
Fairel mengusap pucuk kepala Adara, menatap mata gadis itu lembut.
"Gak usah takut, ada gue disini Dar," ucapnya dengan senyum.
Fairel membuka jaket yang dikenakannya lalu memakaikannya ke bahu Adara, mengusap lengan gadis ini pelan."Dingin gak?"
Adara hanya mengangguk, lantas tangan Fairel memegangnya, jari-jemari mereka terpaut satu sama lain. Menjalarkan kehangatan untuk mereka masing-masing."Makasih."ucap Adara menatap wajah Fairel sendu.
Lelaki itu hanya mengangguk dengan senyum yang terus mengembang.*****
Setengah jam mereka berdua menunggu hujan reda, akhirnya mereka segera beranjak kembali ke tenda.
Di tengah perjalanan, Fairel terus menggenggam tangan Adara supaya gadis ini tidak merasa kedinginan lagi."Rel, lo tau gak sih, tadi gue takut banget. Gue manggil nama lo, berharap lo dateng jemput gue,"ucap Adara menatap wajah Fairel.
"Ini udah gue jemput kan?"jawab Fairel terus berjalan.
"Dan ternyata harapan gue terkabul, lo dateng jemput gue. Gue gak tau lagi kalo gak ada lo, mungkin besok gue udah ditemukan tak bernyawa."ucap Adara terkekeh pelan.
Fairel terkekeh, mengapa gadis ini sempat membuat lelucon disaat-saat seperti ini.
"Gak lebay gitu juga kali Dar,"jawab Fairel sedikit mengejek Adara."Ish, gue serius tau!"ucap Adara memalingkan wajahnya.
"Iya iyaa gue tau."ucap Fairel kembali tersenyum, entah sudah keberapa kalinya gadis ini mampu membuatnya merasa nyaman.
Adara menatap lelaki disampingnya ini, ia mengetahui sisi lain dari seorang Fairel. Sisi yang tidak pernah lelaki itu tunjukkan kepada siapa pun, senyum, peduli, baik itulah yang Adara ketahui saat ini.
Adara tersenyum, ia senang melihat sisi lain seorang Fairel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fairel
Ficção AdolescenteHallo kawan semuaa Mampir yuk siapa tau suka sama ceritanya. Ayo langsung baca ajaa🤗🤗