5

119 24 9
                                    

Sesampainya Adara dan Fairel di tempat perkemahan, semua orang menatap dua orang ini dengan tatapan kaget. Adara yang terlihat pucat dan kedinginan, sedangkan Fairel yang nampak kelelahan menggandeng tubuh Adara yang hampir hilang kesadarannya.

"Ya ampun nak, ayo cepat-cepat bantu angkat Adara. Kasihan dia sudah sangat lemah."ucap Bu Tuti menginterupsi anggota lain untuk membawa Adara kembali ke tenda.
Luna nampak kasihan melihat tubuh Adara yang terlihat lemas, matanya melihat ke arah Fairel yang kini berjalan ke arah tendanya.

"Fairel, tunggu,"ucap Luna membuat lelaki itu menghentikan langkahnya lalu menengok ke arahnya.
Tatapan lelaki itu seolah bertanya, namun tak mengurangi wajah lelahnya saat ini.

"Lo gak kenapa-napa kan?"tanya Luna khawatir.

"Gak papa."jawab Fairel dingin, lalu kembali masuk kedalam tendanya.
Luna mengejar Fairel pelan, lalu ikut masuk ke dalam tenda yang terbuka itu.

"Gue buatin teh hangat ya?"tanya Luna yang kini duduk disamping Fairel.

Fairel hanya fokus mengeringkan rambutnya yang basah, tanpa menggubris ucapan Luna tadi.

"Mau gak?"tanya Luna yang masih berharap Fairel akan menjawabnya.

"Gak usah makasih. Mending lo samperin tuh temen lo yang tadi lo tinggal gitu aja," ucap Fairel ketus dan berhasil membuat hati Luna merasa sakit.

Kini Luna merasa bersalah, benar yang dikatakan Fairel bahwa dirinya yang meninggalkan Adara hingga semua ini terjadi.

"Iya gue tahu gue salah kok. Gue nyesel ninggal Adara tadi sendirian, gue gak tahu kalo bakal kaya gini."ucap Luna nampak merasa bersalah.

"Gak usah bilang nyesel, semuanya udah terjadi. Mending lo kesana temenin cewek itu,"ucap Fairel lalu pergi meninggalkan Luna yang masih mematung mencerna ucapan lelaki itu.

*****
Setelah menghangatkan tubunya, Fairel duduk sembari memainkan ponselnya.
Tak lama Dimas datang lalu duduk disampingnya.

"Makasih ya, lo udah nolongin Adara tadi. Gue gak tahu lagi kalo gak ada lo,"ucap Dimas menatap lurus kedepan, melihat siswa lain yang kini sedang menghangatkan tubuhnya didepan api unggun.

"Sama-sama. Lain kali kalo suka sama orang, dijaga baik-baik,"ucap Fairel seperti menyindir Dimas.

"Tadi gu..gue.."ucap Dimas terbata-bata.

"Udah gak usah dijawab, gue tau lo gak punya nyali buat jaga tuh cewek," lagi dan lagi Fairel berhasil membuat Dimas diam tak berkutik.

Kini Adara sudah berada di tengah-tengah anggota lain mengelilingi api unggun. Mata Adara sempat menatap Fairel lekat, senyum dibibir manisnya terukir.
Fairel melirik sekilas ke arah Adara, berusaha memastikan bahwa gadis itu baik-baik saja.
Ada perasaan lega melihat senyum dari Adara, setelah kejadian beberapa jam yang lalu yang sempat membuat gadis itu amat merasa takut.

"Dar, gue minta maaf ya udah ninggalin lo di hutan tadi. Gue bener-bener nyesel Dar,"ucap Luna yang kini menatap Adara sendu.

Adara terkekeh pelan, lalu menatap Luna.
"Gak masalah kali Lun, toh gue yang salah gak hubungin lo atau Dimas,"ucap Adara mengingat kejadian itu.

"Terus kenapa lo gak hubungin gue atau Dimas?"tanya Luna serius.

"Iya gue gak tahu kalau baterai ponsel gue habis,"

"Intinya gue minta maaf banget yaa?"ucap Luna memelas-melaskan wajahnya.

Adara bergidik ngeri melihat wajah Luna yang menurutnya menjijikan.
"Geli gue dih."
Luna menghela nafasnya berat, lalu bibirnya di buat sejutek mungkin.

FairelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang