part 02

143 32 15
                                    

Vote&comment ya^^

➖➖➖

Selesai membasuh mukanya di kamar mandi tadi, Sejeong langsung bergegas menuju kelasnya mengingat sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.

Insiden mendebarkan tadi terngiang-ngiang lagi di benaknya.

Kenapa gue deg-degan gini sih?

Sejeong tidak bisa memastikan bahwa wajahnya sudah sempurna kembali normal-alias tidak lagi memerah seperti tadi pagi. Sebab saat ini ia malah kembali mengingat-ingat kronologinya bagaimana ia bisa didekap erat oleh Daniel.

Sejeong menggelengkan kepalanya.

Gadis itu tersenyum sinis. Kayak bukan yang pertama kali aja. Bahkan dulu hampir digrepe malah. Gini nih kalo kecambah dikasih nyawa. Belom pernah aja gue suruh makan nasi basi.

Tidak terasa Sejeong sudah sampai di depan pintu kelasnya. Ia sempat melongokkan kepalanya ke dalam kelas untuk mencari seseorang yang dengan kurang ajarnya sudah membuat ia dag dig dug begini.

Daniel tidak ada.

Pasti lagi nongkrong sama kakak kelas. Fine, aman buat gue.

Baru saja Sejeong akan berjalan, seseorang mengalungkan lengannya di lehernya dan menyeret Sejeong masuk.

Sejeong mendongak disela orang itu menyeretnya.

"Niyel lepasin ih!"

"Telat. Kita udah terlanjur sampe tempat duduk di pelaminan-eh, maksud gue tempat duduk untuk belajar, hehe." Daniel cengengesan.

Sudah bilang seperti itu tapi lengannya masih di tengkuk Sejeong. Maka Sejeong pun melepas paksa lengan Daniel lalu pura-pura membersihkan bagian leher belakangnya seolah-olah baru saja terkena kuman menjijikkan.

"Idih sok suci." Daniel bergidik. "Emang gue kuman apa?"

"Bahkan lo lebih buruk dari kuman!" Semprot Sejeong. Gadis berambut sebahu itu memilih untuk meletakkan tasnya ke meja lalu duduk di bangkunya.

Mulut Daniel komat-kamit nggak karuan dan kemudian ikut meletakkan tasnya di meja. Kemudian sembari mengamati penampilan Sejeong dari ujung rambut hingga ujung kaki, Daniel setengah bersandar di bangku kosong dekat Sejeong dengan bersedekap dada.

Sejeong yang merasa diperhatikan, langsung menghentikan aktifitasnya memotong kuku. Ia mendongak.

"Mata lo mau gue colok pake potongan kuku, hah?!" Sejeong melotot sambil mengacungkan pemotong kuku.

Daniel ngakak.

"Tumbenan hari ini lo cantik. Kesambet apaan?"

Dan Sejeong kembali menunduk melanjutkan memotong kuku. Well, wajahnya kembali bersemu. Dia berpura-pura tidak mendengar ucapan Daniel. Bisa-bisanya ia dengan santainya mengatakan hal itu-tanpa mengingat apa yang terjadi tadi pagi.

Niyel nggak baper ya sama gue? Apa emang guenya yang gampang terbang? Apa sekarang ini gue berharap Niyel baper? Cih, buat apa juga, amit-amit.

Sejeong kembali mendongak dan bersikap netral.

"Selama ini lo kemana aja hah? Baru tau apa kalo gue cantik badai? Bahkan mampu mengalahkan nyai Irene." Balas Sejeong bangga dengan menyebutkan kakak kelasnya yang disebut-sebut sebagai primadona di sekolahnya.

Daniel makin ngakak.

Sejeong memukul kecil paha Daniel. "Lo ngapain ngakak mulu kampret! Gigi lo kering tau rasa lo!"

One and Only Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang