Lai Guanlin.
Cinta pertama Sejeong. Dan juga sahabatnya sejak PAUD. PAUD, TK, SD, SMP, mereka selalu satu sekolah. Seperti sudah takdir.
Mereka berpacaran ketika Sejeong berada di pertengahan kelas 9 dan Guanlin kelas 10. Namun ketika Sejeong mulai menginjak kelas 10, Guanlin harus pindah ke Taiwan bersama orangtuanya. Awalnya Sejeong tidak terima dengan keputusan orangtua Guanlin, namun, ia siapa sih? Ia bisa apa? Sejak kecil mama Guanlin memang tidak suka anaknya berteman dengan Sejeong.
Dan sejak saat itu hubungan mereka tidak berjalan dengan baik. Mereka sering bertengkar lewat chat. Sekecil apapun masalahnnya.
Beberapa Minggu setelah kepindahan Guanlin, Sejeong beserta orangtua dan kakaknya pun pindah keluar kota yang sekarang mereka tinggali. Baguslah, setidaknya itu bisa membantunya untuk tidak terlalu terpuruk.
Sejeong tersenyum kecut. Mengembalikan ingatannya ke masa lalu. Di mana ia bahkan selalu memeluk foto Guanlin ketika tidur dan merasa ingin menangis ketika foto tersebut jadi terlipat atau lecek saat terbangun.
Ia terlalu shock atas kepindahan Guanlin. Padahal setiap hari bertahun-tahun, yang pertama ia lihat ketika keluar pintu adalah wajah Guanlin yang manis diterpa matahari pagi dibalik pagar rumahnya yang tinggi. Namun setelah itu yang ada hanya rumah kosong yang selalu sunyi ketika pagi dan suram ketika malam.
Saat ber-LDR, Sejeong rasa, Guanlin menjadi sulit ditebak. Ia sering membuatnya jengkel dan marah. Namun tiba-tiba saja keesokannya harinya di depan pintu rumahnya langsung terdapat boneka serta hadiah lainnya yang menunggu. Akhirnya Sejeong tidak jadi marah. Ketika akan tidur pun mereka melakukan video call dan saling melempar kiss bye. Hingga saat salah satu dari keduanya tertidur, maka satunya akan mematikan video call tersebut. Namun, Sejeong lah yang sering meninggalkan Guanlin tidur dahulu.
Tibalah di bagian yang paling Sejeong tidak suka.
Suatu sore ketika Sejeong akan mengabari pada Guanlin bahwa dirinya sudah sembuh dari sakit tifus, Guanlin kembali membuatnya sakit.
Sejeong ... menyesal telah nekat membuka sosial media Guanlin. Tapi apa boleh buat? Saat itu Guanlin tak kunjung membalas chat Sejeong. Jadilah ia bosan dan menyetalking sosmed Guan.
Ia lebih merutuki kekurang ajaran Guan. Bisa-bisanya ia memosting fotonya bersama seorang gadis, yang Sejeong rasa lebih cantik darinya. Tipikal gadis bule.
'She is mine' begitu caption yang menemani foto tersebut. Dan Tanpa Guan ketahui Sejeong berusaha tegar dan menahan air matanya agar tidak jatuh, di atas ranjang rumah sakit sendirian. Kala itu Sejeong masih mencoba berpikir positif. Mungkin gadis itu adalah kakaknya? Atau adiknya? Entahlah, Sejeong tidak mau menuduh sembarangan. Namun hatinya menentang pikiran Sejeong dan menyeruak bahwa itu juga termasuk orang yang spesial bagi Guan.
Pada hari-hari yang terus datang menemani Sejeong yang mendung, pada waktu-waktu itulah Sejeong berusaha menjauhi Guan. Tanpa berani menyalakan ponsel, tanpa mau bertanya meminta penjelasan.
Ia memilih diam. Penasaran hanya akan membuat sakit hatinya sendiri.
Sejeong tersenyum getir. Masih terus bernostalgia.
Keadaan Sejeong dapat dikatakan buruk saat itu. Ia hanya melamun di dekat jendela siang malam. Tak jarang sambil menangis. Ia tidak mau keluar kamar sekalipun Daniel yang membujuknya—saat itu Sejeong sudah dekat dengan Daniel. Tidak ada yang tahu mengapa Sejeong jadi seperti itu. Sejeong juga yang merahasiakannya. Lebih tepatnya ia tidak mau bicara. Sampai sekarang Daniel pun masih tidak tahu kalau Sejeong pernah seburuk itu karena Guan. Sebenarnya ia juga belum tahu sama sekali mengenai Guan. Yang ia tahu faktanya hanya Sejeong putus dengan pacarnya. Maklum lah cewek kalau habis putus pasti uring-uringan. Kalau mama papanya mulai tahu jika Sejeong putus dengan Guan setelah sehari mereka resmi putus. Dan setahu mereka Sejeong yang memutuskan. Padahal faktanya bukan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only
FanfictionTentang kisah singkat Daniel, Sejeong dan Guanlin. Tentang kesempatan, kehilangan, dan mempertahankan siapa yang berhak. Bukan hanya itu. Sedikit kisah Ong dan cerita Lalisa yang terdengar familier juga akan menemanimu saat membacanya. Enjoy my fir...