part 05

111 23 3
                                    

"Perut lo masih mules nggak?"

"APA? NGGAK DENGER!"

"DASAR BUDEG!"

Suara mereka beradu dengan bisingnya sekitar oleh Daniel yang melajukan motornya secepat kilat.

"NIYEL LO CARI MATI? SETOR NYAWA HAH? NYAWA LO BERAPA?" Sejeong berteriak geregetan karena ulah Daniel. Entah cowok itu sedang kesetanan atau apa, yang jelas ini berbahaya. Bahkan Daniel membawa motornya bukan di jalan menuju rumah keduanya. Sejeong rasa pernah melewati jalanan lengang ini, namun lupa ada perlu apa.

"NIYEL, GUE KAYAKNYA MAU MATI DEH," ucap Sejeong dramatis. Ia mengeratkan pelukannya di punggung Daniel. "Aslinya lo modus kan, ke gue? Biar gue peluk lo kayak gini."

Daniel terdengar mengeluarkan tawanya. "Nggak usah ge er. Gue nggak minta dipeluk lo ya, itu inisiatif lo sendiri."

"Halah bacot. Tapi ini tu satu-satunya harapan hidup gue, atau kalau nggak gue bakal guling-guling di jalan trus mati. LO BAWA MOTOR KAYAK SETAN TAU NGGAK! EH AWAS!" Sejeong terus memekik kala Daniel menyalip kendaraan lain dengan tak biasa.

"Lo mau bawa gue ke mana sih? Ini bukan jalan rumah," tanya Sejeong masih memeluk Daniel dengan mata terpejam. "Diem ae lo. Perut lo udah nggak sakit kan?"

"Udah lumayan."

Beberapa menit kemudian setelah berada di ambang hidup dan mati, keduanya sampai di sebuah gedung besar yang belum pernah Sejeong kunjungi. Kalau Sejeong perhatikan di sekelilingnya, bangunan itu adalah wahana permainan. Tempat itu lumayan ramai untuk waktu siang hari.

"Ayok, masuk." Daniel yang selesai membeli tiket masuk untuk keduanya langsung menarik lengan Sejeong. Gadis itu hanya menurut. Jarang-jarang Daniel mengajaknya pergi ke tempat seperti ini.

"Niyel, beli es krim dulu yuk," ajak Sejeong menunjuk kedai es krim di dekat pintu masuk. Daniel mengikuti arah pandang Sejeong. "Nanti aja elah, pas habis selesai main."

"Maunya sekarang ih! Tenggorokan gue masih kerasa pait tauk, habis minum obat tadi." Sejeong menghentak-hentakkan kakinya ke lantai dengan bibir cemberut. Daniel terkekeh. "Liat gue aja sini, ntar pasti ilang paitnya."

Sejeong memutar mata malas. "Muka lo mah asem, nggak ada manis-manisnya."

"Yaudah ayo deh. Ntar lo guling-guling di lantai, kan malu-maluin. Pake duit lo kan?" Keduanya mulai mendekat ke kedai es krim.

"Duit lo lah! Gue mana bawa dompet," tukas Sejeong cepat-cepat. Namun memang benar ia tidak membawa dompet atau uang sepeser pun.

"Emang ya, lo niat mau korupsi dompet gue, kan?"

Sejeong nyengir.

"Lo mau rasa apa?" Tanya Daniel sembari melihat-lihat es krim berbagai varian di dalam wadah besar.

"Rasa coklat sama vanila aja deh." Setelah itu si penjual es krim langsung membuatkan pesanan Sejeong.

"Lo nggak pesen?" Tanya Sejeong balik. "Enggak, gue minta punya lo aja ya, kita suap-suapan, hehe."

"No! Enak aja, ini punya gue. Pesen sendiri sana." Sejeong menutup es krim miliknya dengan telapak tangannya sendiri. Menjauhkannya dari jangkauan Daniel.

Bibir Daniel mengerucut. "Yaelah, diajak romantis dikit aja nggak bisa."

"Satu lagi dong mbak."

"Rasa apa?"

"Rasa yang pernah ada, ada nggak?"

"Dasar bucin."

Daniel cekikikan.

One and Only Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang