Buanglah mantan pada tempatnya.
Yah memang dulu Sejeong mematuhi kata-kata itu. Hingga sekarang Guanlin muncul lagi di kehidupannya, semua menjadi goyah.
Entah apa yang membuatnya menjadi terobsesi kembali pada cowok itu. Apa karena ketampanannya? Kepribadiannya? Atau janjinya?
Sejeong lebih mengarah ke opsi terakhir, mengingat dulu apa yang dikatakan Guanlin di telepon terakhir mereka. Walau sampai sekarang Sejeong belum menemukan tanda-tanda atau kode Guanlin akan mengajaknya balikan, setidaknya ia sudah sangat senang berada di dekatnya.
Mungkin Guanlin hanya perlu waktu yang tepat. Maka ia hanya perlu menunggu.
Tapi siapa pun tahu menunggu itu tidak enak. Seperti sekarang ini, Sejeong sudah muak menunggu Guanlin tak kunjung datang.
Hampir dua jam ia ditelantarkan Guanlin seperti ini. Duduk dengan lutut terlipat di emperan toko alat tulis seberang sekolah yang sudah tutup. Untungnya tidak turun hujan meski dari sisi yang lain, langit nampak mendung.
Tin tin!
Sejeong mengalihkan pandangannya dari langit yang agak gelap. Guanlin di atas convertiblenya sedang melambaikan tangan padanya sambil tersenyum lebar di pinggir jalan sana.
Sejeong langsung tersenyum cerah kala Guanlin melafalkan kata 'sini' tanpa suara. Ia pun berdiri menghampiri cowok itu.
Jantungnya berdebar-debar tidak karuan saat makin lama semakin jelas ia bisa memandang Guanlin. Auranya sangat kuat. Mungkin karena penampilan cowok itu berbeda sore ini. Biasanya yang hanya mengenakan sweater hoodie polos, kini ia memakai kemeja dibalut ripped denim.
Bukan main style Guanlin. Ditambah lagi air mukanya yang nampak lebih segar.
"Kenapa lama banget sih?" itu kalimat pertama yang Sejeong ucapkan selagi membuka pintu mobil.
"Ya maap. Gue kelamaan mikir mau pake baju apa." Guanlin kembali menyetir begitu Sejeong selesai memasang seatbelt.
"Yaelah lo mah pake baju bagus-bagus gitu, lah gue pakabar coy? Masih pake seragam tadi pagi, mana bau keringet lagi," protes Sejeong sambil mengendus badannya sendiri.
Memang sejak sebelum keluar sekolah tadi Guanlin tidak mengijinkannya pulang dahulu. Alhasil ia belum mengganti baju, sekaligus minta ijin keluar pada Jihoon. Dan dengan kurang ajarnya, tadi Guanlin malah datang terlambat.
Sejeong mengangkat sedikit badannya dan menaruh telapak tangannya di jok penumpang ya ia duduki saat ini, "Lin, kok anget sih? Perasaan dari gue baru duduk tadi deh."
Guanlin terdiam. "Perasaan lo aja kali ah."
"Iya kali ya."
Hening.
Sejeong memerhatikan papan-papan petunjuk arah di sepanjang jalan yang terdengar semakin asing baginya. Dan ia rasa Guanlin membawa mobilnya menjauh dari kawasan Seoul.
"Ngomong-ngomong kita mau kemana sih?" tanya Sejeong.
Guanlin tersenyum simpul, "kita pergi ke masa lalu kita."
Sejeong mengerutkan dahi dan menatap Guanlin bingung, "ngomong apa sih, masa lalu-masa lalu segala."
"Padahal di sini yang tinggal lebih lama di Korea elo deh, tapi kenapa cuma gue yang inget tempat kita suka piknik dulu?" Guanlin tertawa.
Tempat piknik kita?
Masa lalu?
Lima belas menit kemudian mobil Guanlin memasuki area perbukitan yang mulai jarang terdapat rumah penduduk. Udaranya sejuk sekaligus hangat dalam satu waktu.
![](https://img.wattpad.com/cover/149718646-288-k25203.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
One and Only
Fiksi PenggemarTentang kisah singkat Daniel, Sejeong dan Guanlin. Tentang kesempatan, kehilangan, dan mempertahankan siapa yang berhak. Bukan hanya itu. Sedikit kisah Ong dan cerita Lalisa yang terdengar familier juga akan menemanimu saat membacanya. Enjoy my fir...