part 04

109 26 0
                                    

Klik bintangnya dulu dund(づ ̄ ³ ̄)づ

Selamat membaca:)

➖➖➖

"Sialan."

Umpatan tersebut terus keluar dari mulut gadis berambut cepol itu. Pasalnya ini sudah yang keenam kalinya ia keluar-masuk kamar mandi. Perutnya melilit sejak ia pulang sekolah tadi. Dan sekarang ia kembali duduk di wc.

"Makan apaan gue tadi?" Sejeong mencoba mengingat-ingat. Sarapan dengan sayur, minum susu... Makanan yang diberikan mamanya tadi pagi tidak mungkin bisa ia tuduh sebagai penyebabnya menjadi begini. Masakan mamanya sudah pasti higienis. Dan setelah itu ia tidak makan apa apa lagi. Oh—tunggu

"Niyel."

"Bakso."

"Nah, iya gue makan bakso. Tapi, emang sejak kapan gue berani masukin sambal? Kalo bukan karena sambal, apa mungkin bakso bu kantin mengandung racun? Wahh, bahaya ini!" Sejeong terus berkomat-kamit.

"Aduuh, perut guee." Sejeong memegang perutnya sambil mengeluarkan sesuatu.

Kemudian ia menggeleng. "Nggak, nggak mungkin, bu kantin nggak punya nyali segede itu untuk meracuni mesin uangnya."

"Ong...." Sejeong menggumamkan nama itu. Mengingat tadi siang ia makan bakso bersama Ong juga, itu berarti bukan pertanda yang baik.

"Asem! Iki mesti gara-gara Ong. Awas ae we!"

•••••

"Niyel! Niyel! Buka woi! Kudaniiil!" Teriakan demi teriakan terus Sejeong lontarkan seiring dengan gedoran di pintu kayu rumah Daniel.

Dor dor dor

"Perut gue melilit nggak abis-abis, Niyel! Lo tanggung jawab dah!" Curhat Sejeong.

"Astaga lo nggak usah ngumpet ya, Niyel!"

"Gue tau lo di dalem, kan! Motor lo di rumah dan sendal lo juga! Ato gue dobrak pintu rumah lo!"

Gubrak!

Sejeong menendang pintu Daniel dengan kakinya hingga ia terpental ke lantai. Kemudian ia mengaduh sakit. Namun saat ia akan bangun, dirinya mendapati dua buah kaki berdiri di belakangnya.

"Asu! Kaget anjir!"

Tawa Daniel pecah. Sejeong yang merasa sedang ditertawai langsung berdiri dengan bibir mengerucut. Lalu ia ganti menendang tumit Daniel dan membuatnya oleng lalu terduduk di lantai masih dengan tartawa.

"Heh! Ngakak mulu lo." Ketus Sejeong memalingkan mukanya.

Tawa Daniel mereda. "Aduh, perut gue sakit. Lo ngapain tereak terak di depan rumah orang, hah? Kayak orang idiot tau nggak?"

"Dasar dudukan wece, ngatain orang aja bisanya."

"Udah tau nggak ada orang, masih aja digedorin. Situ sehat?" Daniel kembali cekikikan.

Sejeong menggerak-gerakkan dagunya lalu sekilas melongokkan kepalanya ke jendela di samping pintu yang gelap. "Gue kira lo di rumah. Emang dari mana lo?"

Daniel mendekati kursi panjang dari kayu yang ada di terasnya dan mendudukinya. Ia juga melepas sepatu sekolahnya yang masih ia pakai. "Dari kafe bentaran. Gue emang sengaja naik angkot."

One and Only Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang