part 07

92 18 11
                                    

"Kenapa gue harus ketemu si Terong terus, sih?"

Sejeong bersungut-sungut, kesal pada Daniel. Sedangkan Ong tidak mempedulikan kedua orang itu dan terus memakan jajannya dengan wajah sepolos pantat bayi.

Daniel menempelkan telunjuknya di bibir. "Ssssst, nggak papa udah, sini, duduknya deketan gue, nggak usah deket-deket Ong," ia mengisyaratkan. Berusaha melindungi Sejeong dari kemungkinan buruk yang disebabkan oleh Ong (lagi).

Sejeong menurut saja. Sebenarnya ia tidak ingin pergi ke kantin. Akan lebih baik kalau ia tidur saja di kelas yang sunyi. Tapi lagi-lagi ia dipaksa oleh Daniel untuk menemaninya makan di kantin. Padahal kan sudah ada Ong.

"Trus gue ngapain di sini? Nontonin kalian makan gitu?" Sejeong menopang dagunya dengan kedua tangan. Menyaksikan Daniel dengan soto ayamnya, dan Ong dengan segala macam makanan ringan di hadapannya. Cewek itu menelan ludah.

"Muka lo biasa aja dong. Nggak usah dijelek-jelekin, bikin enek tau nggak!" hina Ong. Sejeong memelototinya.

"Nih, gue kasih. Biar nggak kayak orang bingung." Ong memberi Sejeong sebungkus jajan yang ternyata sudah ludes. Sejeong pikir masih ada isinya. Ia pun menggumpalkan plastik jajan itu dan melemparkan pada Ong.

"Tuh, kan Niyel! Gue kalo ketemu Ong dibegoin mulu." Sejeong merengek pada Daniel yang masih makan dengan lahap.

"Lagian lo jadi orang jangan gampang dibegoin dong," sewot Ong meledek. Sejeong jadi ingin menyiram wajah cowok berwajah kecil itu dengan kuah soto Daniel.

"Heh!" Daniel menegur Ong, lalu beralih menatap Sejeong. "Gini ya Jung, lo deket sama gue dan Ong juga deket sama gue. Jadi, lo sama Ong juga harus deket dong. Biar makin klop kita!"

"NGGAK!"

Sejeong dan Ong menolak bersamaan. Membuatnya salah tingkah. Daniel terkekeh. "Tuh, kalian mulai sinkron, kan. Inget ya, jangan terlalu benci, ntar jatuh cinta lagi."

Sejeong serta Ong menatap tajam Daniel tidak terima.

"Weeh, santai Mbak, Mas." Daniel mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya membentuk V, tanda damai.

Daniel pun merangkul Sejeong dan memandangnya dari samping. "Lagian kan, lo udah jodoh sama gue, ya nggak? Jadi sejauh apapun lo deket sama Ong, itu nggak lebih dari sekadar te-man." Ia sengaja menekan kata 'teman'.

Daniel tersenyum kecil, "gue adalah tempat lo pulang."

Sejeong tersipu. Anjir, sa ae nih upil Sehun.

Daniel melepas rangkulannya lalu tertawa terbahak-bahak. Ong pun ikut tertawa. "Gue canda kok. Tegang amat dah? Jangan dimasukin hati ya."

"Yaah, baper dia. Wekawekaweka. Kasian dibecandain doang."

Sejeong mengangkat sebelah bibirnya kesal. Lagi-lagi ia dipermainkan. Ia memalingkan wajahnya kasar. Orang-orang ini sungguh idiot.

"Lo udah tau kak Guanlin?"

"Tau, tau! Kakak kelas pindahan itu kan?"

"Iya bener! Aduh Ya Allah, sumpah ganteng bangett!"

"Ho oh, cakep banget dah. Melebihi most wanted di sekolah ini tauk! Nggak ada yang bisa kalahin kegantengannya."

"Gue setuju! Gue kepo deh, dia udah punya cewek apa belum. Abisnya dia boyfriendable banget ih, gemes."

"Gue lebih kepo lagi sama followers instagramnya. Secara dia keren abis, trus dari tampangnya anak orang kaya sih. Pasti pasti kak Guanli famous di sekolah lamanya!"

One and Only Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang