[PROBLEMS 1]

2.4K 261 27
                                    

Tiga hari kemudian...

Hari itu cuaca mendung dan berangin tapi tak turun hujan, Rose tengah berjalan memasuki gerbang sekolahnya, ia sendiri tanpa seorang yang bersamanya. Rose menatap bangunan didepannya itu dengan datar tapi entah kenapa hatinya terasa sedih hanya mengingat kebersamaan dengan para sahabatnya.

Selepas penghormatn terakhir untuk Jisoo ia tak keluar rumah ataupun menemui siapapun, Jennie bahkan menghilang tanpa kabar, ia tak datang pada penghormatan terakhir Jisoo. Jimin... Ia tak menghubungi Rose setelah ia membawa Jisoo padanya waktu itu. Rose tak pernah merasa kesepian seperti ini, tapi sekarang ia bahkan sangat kesepian.

"Huh.. Aku tak pernah merasa kehilangan seperti ini" ucapnya lirih.

Ia melangkahkan kaki menuju kelasnya, disana ada beberapa anak yang sudah duduk ditempatnya sambil membicrakan sesuatu yang Rose tak tertarik untuk mengetahuinya. Ia duduk dan menelungkupkan wajahnya dilipatan tangannya. Tiba-tiba seorang mengelus surainya, dan seketika itu juga ia menegakkan kepalanya dan menatap sang penganggu ketenangannya.

"Jangan sedih.." ucap sosok itu.

"Singkirkan tangan kotormu itu Kim Taehyung!" ya, dia Taehyung sosok yang berhasil melenyapkan ketenangan Rose pagi itu juga.

"Kotor? Tangan mu lebih kotor Park bodoh"

Taehyung menggeser kursi di samping Rose dan mendudukkinya menghadap Rose. Ia menarik nafasnya lalu menghembuskannya.

"Mau ku beritau sesuatu?" tawar si Kim dengan senyuman liciknya.

"Aku tidak tertarik" Rose hendak berdiri,

"Jisoo"suatu nama yang terlontar dari mulut Taehyung mampu menahan pergerakannya.

"Apa yang kau tau tentangnya?"

"Bayaran apa yang akan kau berikan jika aku memberitahumu?" Rose merotasikan bola matanya malas.

"Apa sebenarnya yang kau mau Kim sialan?"

"Mmmm... Sesuatu yang berharga"

"Aku tidak mau memberikan bayarannya jika itu hanya leluconmu"

"Kau tidak percaya padaku?" tanya Taehyung.

"Untuk apa aku percaya pada bajingan sepertimu"

"Semuanya ada disini" mata Taehyung mengarah pada sebuah flashdisk hitam yang ia putar dengan tangannya di meja.

"Cih.. Aku tidak sebodoh itu Kim Taehyung" Rose menyilangkan tangannya di depan dada.

Tiba-tiba seorang masuk ke kelas,

"Bahkan aku tau Jisoo mati karena apa" seringai Taehyung mengarah pada June, orang yang masuk ke kelas itu.

Rose sedikit menatap Taehyung selidik, ia sedikit ragu dengan apa yang Kim itu ucapkan. Bagaimana dia bisa tau tentang kematian Jisoo sedangkan dia waktu itu tengah bertengkar dengan Jungkook, apa Taehyung yang ada dibalik semua itu?

KRINGGG

Bell masuk berbunyi menyudahi acara menyelidiki ucapan Taehyung itu,

"Kalau kau mau membayar mahal flashdisk ini temui aku dibelakang sekolah saat istirahat" Setelah ucapan itu Taehyung berdiri dan tersenyum licik ke arah Rose juga June lalu pergi keluar dari kelas.

......

"Ugh.." Jimin terbangun dari pinsannya, kepalanya benar-benar pusing saat ini.

"Aku ada dimana? Tempat apa ini?" ia memijat sedikit pelipisnya guna meredakan pusing di kepalanya.

Setelah ia pulang untuk penghormatan sahabat Rose itu yang terakhir ia ingat adalah ia sedang berjalan pulang dan tiba-tiba saja sakit di kepalanya muncul lagi, dan ia tak sadarkan diri. Hanya itu yang mampu ia ingat saat ini.

"Kau sudah bangun?" tanya seorang yang masuk pada ruangan bernuansa putih itu.

"Kau?!"

"Kau hampir tidak sadarkan diri selama tiga hari, aku tidak bisa mengecek denyut nadimu karena kau bukan manusia, aku juga tidak bisa menyimpulkan kau masih hidup atau mati karena kau itu vampire, jadi aku membawamu ke sini" terangnya.

"Trimakasih, aku harus pergi sekarang" Jimin hendak pergi tapi Seulgi menahannya.

"Hanya itu? Setelah aku menyelamatkanmu?"

"Aku tidak memintamu untuk menolongku"

"Tapi setidaknya kau membalasnya dengan benar"

"Aku sudah bertrimakasih, dan akan ku kirimkan uang ke rekeningmu nanti" ucap Jimin.

"Aku tidak butuh ucapan terimakasih atau uang mu Tuan Vampire"

Seulgi dengan tiba-tiba memajukan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada bibir Jimin, ia hanya menempelkannya. Jimin terkejut dengan tingkah Seulgi, ia dengan cepat mendorong tubuh Seulgi hingga ia jatuh ke tempat tidur.

"Berani sekali kau menciumku!" mata Jimin mulai berubah memerah.

"Bukannya kau sudah sering melakukannya karena kau sudah hidup 200 tahunan lebih, kenapa kau terkejut seperti itu? Cih.." Seulgi mendecih di akhir kalimatnya.

"Dasar jalang! Kau akan menerima akibatnya karena sudah menciumku"

Jimin dengan sigap langsung menancapkan gigi taringnya di leher Seulgi dan tak lama darah keluar dari sana. Itu bukan gigitan biasa, tapi gigitan mematikan karena membuat seorang vampire marah besar. Tubuh Seulgi limbung dan sudah tak bernyawa.

"Kau tidak akan hidup sebagai vampire asal kau tau, jangan berharap kau bisa mencampuri kehidupanku lagi"

.......

"Kenapa aku harus ikut bersamamu? Aku juga punya kehidupan dan aku juga harus pulang kerumah, sekolah, dan melakuka aktifitas seperti biasa" keluh Jennie sambil menatap sosok yang tengah duduk di sofa besar dengan kacamata di depan matanya dan buku ditangannya.

"Aku akan pergi dari tempat ini" final Jennie kini berjalan ke pintu keluar rumah megah itu.

"Sudah kubilang, tunggu sampai keadaan aman"

"Memangnya ada apa? Apa diluar sana sedang ada pengeboman masal dan rumah mu ini sudah dilindungi dengan atmosfer anti bom? Cih.. yang benar saja"

Hanbin menutup bukunya dan melepas kacamatany.

"Kau ini benar-benar keras kepala"

"Atas dasar apa juga kau membawaku kemari? Kita baru saja bertemu, dan aku baru tau namamu tiga hari yang lalu, dan kau dengan seenak jidatnya menyuruhmu tinggal dirumahmu?!"

"Aku hanya ingin menjagamu"

"Apa hak mu"

"Karena aku menyukaimu" Hanbin menatap Jennie lemah.

Keadaan seketika menjadi sunyi tanpa pertengkaran di antara keduanya.

-31-


CRAZY [JiRose]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang