[DIA BERBAHAYA]

2.6K 299 18
                                    

Rose dan Jimin kembali kekelas, mereka tampak akrab sepulang dari gudang, itu pun mengundang perhatian para warga sekolah tak terkecuali Seulgi yang menatap keakraban mereka dengan pandangan tidak suka sekaligus iri, bagaimana tidak? Jimin bersikap acuh dan dingin terhadapnya dan sekarang ia terlihat akrab dengan Rose yang juga terkenal dingin dan cuek.

"Apa benar mereka berpacaran?" tanya Yeri pada Seulgi.

"Mungkin itu benar.. dan kau Seul, kali ini kau tidak bisa mendapatkan yang kau inginkan" Joy ikut menimpali.

"Apa kalian berdua bisa diam?!" bentak Seulgi pada kedu temannya.

"Eumm.. Rose ada satu hal lagi yang ingin kubicarakan padamu"

Jimin teringat karena melihat June yang masih menatap Rose lekat dari tempat duduknya. Rose mengikuti arah pandangan Jimin lalu berbalik kembali pada Jimin.

"Ada apa?" tanyanya.

Jimin membuka buku tulis kosong yang ada di lacinya dan menuliskan sesuatu.

'Kuharap kau berhati-hati dengan mahluk di samping kirimu itu'

Jimin memberikan kertas yang sudah ia tulisi itu pada Rose. Setelah ia membacanya ia hanya memberikan tatapan bingung dan bertanyanya pada si penulis.

"Wae?"

'Dia berbahaya'

Jimin kembali memberikan kertas yang sudah ia tulisi pada Rose, Rose sudah sempat membacanya tapi saat ia hendak bertanya ssaem sudah memasuki kelas dan ia urungkan pertanyaannya nanti pulang sekolah.

"Dasar pengecut"

......

Jennie pulang sekolah bersama Jisoo tapi tanpa Rose. Mereka melewati gang sempit dekat sekolah untuk pulang alasannya supaya lebih hemat dan menyehatkan.

"Jen, lihat dia sangatlah tampan" ucap Jisoo sambil menunjukkan layar ponselnya pada Jenie.

"Bukankah itu anak baru di kelas kita?" tanya Jennie memastikan.

Jisoo mengangguk, tapi setelah itu ia terdiam dan berhenti dari langkahnya. Jennie yang menyadari Jisoo berhenti berbalik kebelakang.

"Kenapa kau berhenti? Apa dalam foto itu ia menampikkan ABS nya? Kenapa matamu sampai melotot seperti itu?"

Jisoo masih diam dalam posisinya. Menyadari tak ada respon dari Jisoo Jennie menghampirinya lalu merebut ponsel dari tangan Jisoo.

"Ada apa? Apa yang an—"

Kini Jennie ikut membulatkan matanya. Jisoo dan Jennie berpandangan.

"Kenapa tidak ada bayangannya dalam cermin?" tanya Jennie, Jisoo menggeleng.

"Sebenarnya apa dia?"

"Apa ini faktor cahaya?"

"Kalau dia bukan manusia kenapa ia bisa tertangkap kamera?"

"Karena kamera yang digunakkan kamera infla" kini Jisoo menjawab.

"Kita harus selidiki"

"Jangan—" Jisoo mencegah jennie.

"Kenapa?"

"Firasatku mengatakan akan ada kejadian buruk"

"Itu hanya firsat" Jennie melangkahkan kakinya lagi dengan diikuti Jisoo yang sedikitt ketakutan.

......

Jimin pulang bersama Rose, Jimin berjanji pada Rose akan mencarikan korban untuk mereka. Mereka menuju ke gang sepi jauh dari area pemukiman warga.

"Apa kau yakin akan menemukan korban disini?" tanya Rose.

"Percayalah padaku"

Tap.. Tap.. Tap..

Suara langkah kaki mendekati mereka.

"Seorang namja" ucap Jimin.

Tak lama nampaklah namja bertampang bad boys dengan pakaian acak-acakannya. Baju seragam yang dikeluarkan, rambut berantakan yang diberi warna, dan bau alkohol?.

"Hiks.. Kenapa hidupku sangat miris? Apa salahku dengan mereka? Apa harus aku dihukum seperti ini atas kesalahan yang bukan salahku.. Hiks.. Hiks.."

Namja itu bergumam dan mendudukkan diri di jalannan itu, nampaknya dia sangat frustasi.

"Apa kau yakin?" tanya Rose.

"Aku terserah kau"

Rose mengangguk dan Jimin pun mendekati namja itu.

"Hei.. Kenapa kau bersedih?" tanya Jimin.

"Aku ingin mati saja" ucapnya.

Jimin malah merasa iba pada namja yang sepertinya lebih muda darinya itu. Di sisi lain Rose pun merasa iba pada namja itu.

-22-

CRAZY [JiRose]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang